Aku tak berkerabat dengan ambisi Tak ingin untuk menjadi Karena itu, jauh dariku takut akan mati Dan pikirku, Tindak lakuku, Adalah hati
Aku ditinggalkan para aksara Tak tahu apa itu kata Apalagi kenal dengan kalimat Jika, dan hanya jika yang kutahu Jadi kasih, diamku bukan tanpa karena Gemingku bukan tak bersuara Tahu kau disana pun aku bahagia
Kering udara yang dibawanya Pada malam ini hingga lelapku, Yang bersembunyi di balik pintu Apa mimpi - mimpi mereka? Semut lalu - lalang Dibawah kaki sekalian yang menghitam Mungkin agak perihnya Setelah siang tadi ditekannya pasir putih Mengobral tawa sambil menyalang mata Calon dari biang si pe...
wilshere masih bisa bersaing. udh sering cedera tp gak mempengaruhi ke skill dan visi dia dalam bermain kok
Izinkan aku, Membelai rambut di telinga kirimu Menyentuh ujung hidung hingga sudut bibirmu Mengisi tengkukmu dengan tanganku Adinda, kau terlalu indah untuk tidak ku puisikan
Kau adalah angin musim yang gersang Yang kau bawa bercampur deru debu Membantu musim gugurkan daunku Bersama surya keringkan akarku Tapi Tuhan semesta alam maha tau Aku yang hampir habis, kini sangat butuh Rintik hujan untuk kuatkan tancapku pada bumi pertiwi Untuk payungi jiwa manusia yang selalu
Hening yang mengisi telingaku, Seiring dengan kenangan tentangmu Yang menyeruak sesak di dadaku Rasakan bersamaku walau jauh
Purnama menyinari musim yang menyemi Sementara aku duduk disini menyendiri Cemburu pada ranting dan daun yang saling menciumi Pada teriak kucing kampung yang saling menggauli Pada hal-hal lain yang syahdu di bumi ini Sementara harmoni terus saling mengisi Aku yang bukan sekali ini entah sudah mati
Sore ini, ketika hujan reda Saat mendung akhirnya takluk oleh surya Ku ikutsertakan sakitku bersamanya Menggenang dengan tenang di cekungan aspal Melupakan bukan hal mudah Malah hampir tak mungkin ku rasa Hingga tiba pada suatu senja Berserah pada waktu jalan satu-satunya
Aku selalu suka Ketika kau tertawa, Rona di kedua pipimu Garis halus di ekor matamu Kerut di pertemuan alismu Kau perlu tau, Bahwa aku selalu suka itu,
"Alamku makin surut dan ciut" Sedikit, polos, tapi ngena tuh yg kayak gini nih Btw, titip salam ke abah juhan gan.
Aku simpulkan bahwa Tuhan menghukumku, Lewat nikmat yang hanya sesaat Dari tiap rintik gerimis yang menghipnotis Ya, memang Tuhan telah menghukumku Musibah? Bukankah seperti itu mereka menyebutnya? Kali ini ia datang padaku, samar tak kentara Dengan cadar mengendap pelan ditutupi kabut Lalu tanpa
Tiap jangkau terasa dekat namun hanya meraba Senyummu membayang terus menggodaku Melupakan bekas mendung tadi sore yang belum hilang Mendekatlah, kan kurengkuh tiap lekuk tubuhmu Aromamu yang kucium dari angin bawaan malam Menyentak memori, menggetar rasa Meski hanya lewat satu tarikan nafas Mend...