ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #52: Cinta yang Abadi


“Selamat ulang tahun, Sayang.”

Kalung berlian untuk ulang tahunnya yang ke-25. Aku tak bisa memikirkan hadiah yang lebih cocok. Memang cuma ini satu-satunya yang bisa kupikirkan.

“Thank you, Honey~~ Kamu romantis banget deh.”

Tanpa basa-basi Aisha langsung melingkarkan kalung itu di lehernya. Rantai yang putih berkilau membuat kulitnya lebih bercahaya. Banyak yang bilang 25 adalah puncak kejayaan dan kecantikan seorang wanita. Aku tak bisa menyangkal hal itu.

“Gimana? Aku cantik kan?”

“Cantik dong. Kau cewek paling cantik sedunia.”

“Beneran? Lebih cantik dari mantanmu?”

“Haduhh, bahas mantan lagi.”

“Becanda kok. Tapi kau masih sering salah sebut nama kami.”

“Ya mau gimana lagi? Dia Aisah, kau Aisha. Gimana caranya nggak salah sebut?”

Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Sulit untuk meredam amarah Aisha saat aku pertama kali salah menyebut namanya, tapi sekarang itu sudah jadi candaan yang berulang-ulang. Aku tak suka membicarakan mantan-mantanku, tapi Aisha sangat suka menggalinya. Mungkin karena aku pacar pertamanya dia merasa sangat tersaingi.

“Masa lalu memang harus diingat,” bisikku sembari menoleh keluar jendela, “tapi itu cuma pelajaran, bukan kenangan.”

“Keluar lagi. Kalimat motivasi murid nomor satu Siddhartha Gautama.”

Dengan nada mengejek dia menggodaku. Untuk anak-anak yang tumbuh di zaman modern pasti aneh mendengar ada orang yang tiba-tiba mengucapkan kalimat bijak. Padahal di jaman dulu hal itu amat sangat wajar.

“Buddha itu orang yang luar biasa. Kenapa anak-anak jaman sekarang tak mau sedikit saja menggali pemikirannya.”

“Anak jaman sekarang? Kau ngomong kayak orang tua aja.”

Ahh, sial. Kadang-kadang aku masih sering kelepasan omong.

Sulit rasanya menjalin hubungan jika ada terlalu banyak perbedaan antara dua orang. Tak semua orang bisa mengatasi perbedaan, tapi bagiku ada kesenangan tersendiri dalam mencapai kompromi. Jika seseorang tak bisa mengatasi perbedaan bagaimana caranya dia bisa mencintai?

“Manusia bertahan hidup karena bisa mengatasi perubahan. Dulu Buddha bilang begitu. Segala hal pasti berubah. Jika tak ada apa pun yang berubah, mungkin kau sendirilah yang berubah.”

Aisha menatapku dengan mata membulat. Kira-kira kenapa aku mengingat kalimat itu sekarang? Apa karena ini hari yang spesial?

“Luis, jangan bilang diam-diam kau udah pindah agama?”

“Kalau aku pindah agama aku pasti bilang ke kau.”

“Hmm … yaudah deh. Yuk pesan makan. Kau mau steak setengah matang lagi? Kok bisa sih ada orang suka daging yang masih merah?”

Daging merah adalah makanan kesukaanku. Aku suka steak yang dimasak setengah matang. Sebenarnya, aku lebih suka jika daging itu tidak dimasak sama sekali. Sensasi darah merah yang masih melekat di daging adalah satu-satunya bumbu yang bisa kunikmati di dunia ini.

Ada dua hal yang tak pernah kuberitahukan pada siapa pun. Yang pertama adalah fakta bahwa aku seorang vampir.

Aku sudah hidup selama ribuan tahun, jauh sebelum manusia mengenal peradaban. Karena itulah aku mengenal Buddha dan banyak orang yang kini hanya tinggal sejarah. Keabadian dan awet muda membuatku menjadi saksi perubahan dari yang awalnya emas dan perak menjadi kripto.

Meski ditusuk dan dibakar, aku tak bisa mati. Sinar matahari tidak membunuhku. Aku sudah mencoba segala cara, tetapi inilah hukuman yang harus kami terima akibat bermain-main dengan nyawa.

“Ngomong-ngomong tentang Buddha,” Aisha tiba-tiba berkata, “apa kau percaya reinkarnasi?”

Aku sampai menggigit lidah saking kagetnya dengan pertanyaan mendadak itu. Apa gerangan yang terjadi pada dunia sampai-sampai Aisha yang hobinya cuma scrol Tiktok tiba-tiba bicara tentang reinkarnasi?

“Kenapa tiba-tiba bahas gituan? Kau nggak sakit kan?”

“Apaan sih? Aku cuma nanya doang kok.”

Sepertinya itu memang cuma angin lewat semata. Aku merasa merinding meski cuma sesaat.

“Reinkarnasi … kurasa aku percaya,” jawabku kemudian.

“Itu nggak masuk akal,” sangkal Aisha cepat. “Kalau memang kita bereinkarnasi gimana caranya manusia jadi banyak banget sekarang? kalau manusia memang bereinkarnasi harusnya jumlah manusia selalu sama kan?”

“Kau beneran nggak sakit kan? Kok kau tiba-tiba pintar?”

“Apaan sih?!”

Ahh, sekarang dia ngambek. Aisha memang paling imut kalau dia sedang ngambek jadi aku tak buru-buru minta maaf. Aku malah diam dan menatap keindahan wajahnya terang-terangan. Akhirnya dia malu sendiri dan tertawa.

“Tapi kau beneran percaya kita bakal lahir kembali?”

“Hmm … nggak semua orang. Cuma orang-orang spesial yang memang dibutuhkan oleh dunia. Mereka terlahir lagi dan lagi dan lagi karena masih ada hal yang harus mereka lakukan. Kurasa orang-orang seperti itu pasti ada.”

“Hmm … bukannya bakal so sweet banget kalau seratus tahun lagi kita terlahir kembali dan jatuh cinta lagi? Aku pengen deh begitu.”

“…. Itu plot drama Korea ya?”

Bodohnya aku sudah menanggapi pertanyaan itu dengan serius.

“Tapi romantis kan? Cinta sampai mati memang indah, tapi kalau ada cinta yang bertahan sampai melampaui kematian siapa yang tak mau?”

Aku hanya tersenyum mendengarnya.

“Ngomong-ngomong, kalau aku terlahir jadi ulat kau masih cinta sama aku nggak?”

“….”

Untungnya pesanan kami datang dan membuatku tak harus menjawab pertanyaan itu. Aku tak yakin apakah hewan mengenal konsep cinta, tapi jika dia terlahir kembali sebagai ulat aku mungkin tak akan pernah bertemu dengannya.

Selama makan aku memilih menjauhkan pembicaraan dari topik-topik berat dan hanya membahas hal menyenangkan yang mengundang tawa. Bagaimanapun ini akan jadi hari terakhir kami. Aku lebih suka menutup sebuah hubungan dengan kenangan manis.

“Udah jam segini … aku harus pulang.”

Aisha melihat waktu di layar ponselnya. Sudah sore. Dia ada rencana dengan keluarganya.

“Okay. Besok ketemu lagi?” aku bertanya.

“Nanti aku kabarin.”

Dia pun bersiap untuk pergi. Aku mengamati semua pergerakannya mulai dari roknya yang berkibar hingga kedipan matanya yang tak mungkin ditangkap manusia normal. Aku ingin mengingat semua bagian dari dirinya.

“Oh iya, aku jadi ingat pertanyaanmu tadi,” ucapku sebelum dia pergi. Aisha berhenti dan menoleh menatapku. Mungkin dia sendiri tak ingat pertanyaan mana yang kumaksud. “Kalau dua orang yang saling cinta bereinkarnasi dan jatuh cinta lagi, menurutku itu memang romantis.”

“Hmm? Terus?”

“Aku cinta kau, Aisha. Kalau kau terlahir kembali aku pasti jatuh cinta padamu lagi.”

Wajahnya memerah semerah tomat. Dengan senyum yang tak bisa ditahan dia berkata, “Ihh gombal,” sebelum bergegas meninggalkan restoran.

Aku tak bergerak dari kursiku. Aku menunggu dan menajamkan telinga. Satu menit kemudian pendengaran vampirku pun mendengar suara kecelakaan dari ujung jalan. Itu Aisha. Dia … sudah meninggal.

***


Ada dua hal yang tak pernah kuberitahukan pada orang lain. Pertama, aku adalah vampir yang abadi. Kedua … Aisha adalah satu-satunya kekasih yang pernah aku punya. Dan dia … abadi.

Tidak sepertiku, dia mengalami apa yang disebut kematian. Meski demikian dia pasti akan terlahir kembali. Orangtua yang berbeda, nama yang berbeda, tapi memiliki wajah yang sama. Aisha, Aisah, Anne, Anya, Astrid, aku mengingat mereka semua, tetapi semua berawal dari Acerola.

Dulu kami menemukan sebuah buku sihir yang menuliskan tentang keabadian. Didorong oleh keinginan kami yang ingin hidup selamanya kami melakukan hal-hal mengerikan hingga akhirnya Tuhan mengutuk kami.

Aku dikutuk dengan keabadian sedangkan Acerola dikutuk dengan reinkarnasi abadi. Setiap kali umurnya mencapai 25 tahun dia akan mati dan terlahir kembali di suatu tempat. Meski demikian, tak peduli ke mana pun aku pergi, aku pasti akan bertemu dan kembali jatuh cinta padanya.

Tuhan menghukumku dengan begitu kejam. Aku mencintainya, tapi semua itu harus berakhir dengan rasa sakit hati terus menerus. Tak peduli seberapa keras aku mencoba, kematiannya tak pernah bisa terhindarkan. Di hari ulang tahunnya yang ke 25, hatiku akan kembali diinjak-injak.

Aku tahu seharusnya aku menyerah untuk mencintai. Aku tahu mencintainya hanya akan membuatku terluka, tapi aku terus mendekatinya di seluruh kehidupannya. Meski semua berakhir dengan rasa sakit, aku pasti mendekat dan menyatakan cintaku padanya.

Karena aku ingin jatuh cinta padamu lagi dan lagi. Cuma itu yang membuatku tetap hidup. Meski harus menderita patah hati ratusan kali, kebahagiaanku hanyalah melihatmu tersenyum. Kaulah satu-satunya kebahagiaan di kehidupanku yang panjang dan tidak bermakna ini.

Aisha pun kini menjadi bagian dari kenangan yang tak akan kulupakan. Entah sampai kapan kutukan ini akan terus menghukumku, tapi aku tak akan pernah melupakan mereka semua. Meski selalu berakhir dengan rasa sakit itulah harga yang pasti akan kubayar.

Karena aku mencintainya.

***TAMAT***

sukhhoiAvatar border
spaghettimiAvatar border
bonek.kamarAvatar border
bonek.kamar dan 8 lainnya memberi reputasi
9
34.2K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan