Perang di Ukraina telah membuat militer di seluruh dunia mendapat pelajaran yang berharga, salah satunya adalah penggunaan drone sipil yang masif. Drone sipil yang dipersenjatai terbukti efektiv untuk menyerang posisi lawan. Drone tersebut terus menghadirkan ancaman di garis depan, dan kini berbagai upaya telah dilakukan untuk melumpuhkan drone tersebut.

Salah satu pihak yang cepat tanggap terkait penggunaan drone di medan perang adalah militer Inggris, sejak 5 Maret 2024 lalu 16th Air Assault Brigade Combat Team telah mulai menerima alat bidik Smash X4 buatan Smart Shooter asal Israel. Pada tahun 2023 lalu, Kementerian Pertahanan Inggris memberikan kontrak senilai US$5,8 juta untuk pembelian alat bidik Smash melalui Viking Arms Limited. Pembelian alat bidik baru ini untuk membantu prajurit melawan ancaman dari drone.

Pesanan awal berjumlah 225 alat bidik, kesepakatan tersebut memiliki ketentuan pembelian tambahan untuk Angkatan Darat Inggris, serta unsur-unsur Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Tapi, sejauh ini, baru pasukan terjun payung dari Angkatan Darat Inggris yang menggunakan alat bidik tersebut.

Dalam keterangan resmi di akun X, pihak 16th Air Assault Brigade mengatakan, selain melawan ancaman drone; pembelian alat bidik baru ini juga untuk meningkatkan akurasi tembakan dari prajurit yang bertugas sebagai tenaga medis dan petugas sinyal. Dalam praktinya di lapangan, prajurit tersebut jarang menggunakan senjata. Sehingga pembelian alat bidik baru bisa membantu mereka memaksimalkan akurasi tembakan, jika sewaktu-waktu harus mengoperasikan senjatanya.



Selain Smash X4, pada tahun 2022 pihak Angkatan Darat Inggris telah menguji alat bidik Smash 2000/3000 yang juga dibuat Smart Shooter. Pada waktu itu unit yang melakukan pengujian adalah Batalyon ke-2, Resimen Royal Yorkshire (2 Yorks), yang memasang alat bidik Smash tipe X4 dan Smash 2000/3000 dengan senapan serbu L85A3. Unit 2 Yorks adalah batalion eksperimen Angkatan Darat Inggris. Sejauh ini, tidak diketahui apakah varian 2000/3000 akan ikut dibeli atau tidak.

Perbedaan utama antara Smash X4 (awalnya diberi merek Smash 4M) dan versi 2000/3000 sebelumnya adalah versi X4 memiliki optik utama dengan pembesaran 4x. Sementara tipe Smash 2000/3000 tidak memiliki optik dengan pembesaran 4x. Hanya itu pebedaannya, secara umum cara kerja kedua tipe alat bidik ini masih sama.

Alat bidik Smash menggunakan algoritma penargetan milik Smart Shoorter untuk mengenali dan mengunci target. Sistem ini kemudian menghitung titik optimal yang dapat dibidik oleh penembak, meskipun ancamannya bergerak atau selama pertempuran di malam hari. Perusahaan juga mengatakan bahwa, senapan serbu dengan alat bidiknya dapat dikonfigurasi agar pelatuk (trigger) hanya dapat ditarik ketika alat bidik sejajar dengan titik bidik.



Smart Shooter juga menawarkan kubah yang dikendalikan dari jarak jauh (turret remote-controlled) yang dilengkapi dengan senapan mesin dan alat bidik Smash, konfigurasi ini juga dapat ditempatkan di tanah atau dipasang pada kendaraan. Beberapa senjata yang telah dilengkapi alat bidik Smash adalah senapan serbu M16 dan senapan karabin M4 serta senapan serbu IWI Tavor.

Menurut catatan The War Zone, alat bidik Smash pertama kali digunakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada tahun 2018. Alat bidik tersebut kemudian dipakai pasukan khusus AS di Suriah pada tahun 2020, dengan penekanan pada kemampuan anti-drone. Angkatan Darat AS dan Korps Marinir AS juga telah memperoleh alat bidik SMASH untuk digunakan oleh unit konvensional.



Mengutip artikel Smart Shooter, alat bidik Smash X4 yang dilengkapi sistem kendali tembakan menyediakan deteksi, pengenalan serta jangkauan identifikasi target lebih luas bagi penembak untuk menghadapi ancaman pada jarak yang lebih jauh. Smash X4 juga dilengkapi etched reticle, untuk memungkinkan penembakan tanpa daya baterai.

Laser Range Finder (LRF) terintegrasi menjadi fitur opsional yang bisa ditambahkan, untuk pengukuran jangkauan maupun sebagai input sistem untuk meningkatkan tembakan presisi. Smash X4 juga mengintegrasikan kemampuan Lock-Track-Hit, yang membantu penembak untik menembak target statis dan dinamis dalam kondisi pertempuran dan skenario taktis yang rumit.

Smart Shooter awalnya mengembangkan alat bidik Smash untuk membantu meningkatkan akurasi penembak, terutama dalam situasi stres tinggi atau saat individu sangat lelah. Namun, manfaat lain dari alat bidik ini sebagai alat penangkal drone sudah lama terlihat jelas. Dalam peran ini, optik Smash X4 yang diperbesar menawarkan manfaat tambahan dalam hal kemampuan mengenali dan menangani ancaman yang relatif kecil yang bergerak dengan cara yang tidak menentu seperti drone.



Di Ukraina, drone komersial kecil dipersenjatai dengan hulu ledak yang dirancang untuk menabrak sasaran dan meledak. Ada juga drone yang dikonfigurasi untuk melepaskan amunisi kecil, kedua drone ini telah terbukti menjadi ancaman serius. Drone jenis ini terkadang mampu menghancurkan  tank dan kendaraan lapis baja serta menyerang sasaran yang tidak bersenjata dan bahkan personel perorangan.

Drone komersial yang dimodifikasi di Ukraina rata-rata berukuran kecil, dan pasukan Ukraina menembaki drone tersebut dengan roket 70 mm atau sistem pertahanan udara Gepard. Meski efektiv, akan lebih baik jika drone FPV (sipil) berukuran kecil bisa dieliminasi memakai senapa serbu yang dilengkapi alat bidik terkomputerisasi. Secara umum, pasokan amunisi untuk senapan serbu lebih mudah didapat dibandingkan amunisi roket atau amunisi kanon 35 mm yang dipakai Gepard. Hal tersebut menggarisbawahi pergeseran fungsi dari senapan serbu di era modern, dan inilah pelajaran penting yang telah didapatkan Inggris dari perang di Ukraina.





Referensi Tulisan: The War Zone& Smart Shooter
Sumber Foto: sudah tertera