Pada 16 Januari 2024, Komando Pusat AS (US Central Command) merilis foto berupa suku cadang rudal, foto-foto itu dipublikasikan di X. Menurut US Central Command, suku cadang itu akam dikirimkan ke militan Houthi di Yaman. Mereka menyita barang-barang tersebut pada 11 Januari 2024 di lepas pantai Somalia. Barang-barang tersebut diangkut memakai sebuah kapal berukuran kecil, kapal akan menuju Yaman untuk menyerahkan paket ke militan Houthi.

Dalam operasi penyitaan paket tersebut, Amerika menugaskan anggota US Navy Seal yang bermarkas di kapal Expeditionary Sea Base, kapal yang digunakan sebagai markas terapung tersebut adalah USS Lewis B. Puller. Dalam operasi yang dilakukan saat malam hari itu, dua personel Navy Seal hilang. Saat ini masih dilakukan pencarian terhadap dua orang personel tersebut.

Sementara itu, 14 orang di dalam kapal kini sudah ditahan dan sedang dilakukan pemeriksaan. Kapal yang mereka gunakan untuk mengirim paket suku cadang rudal kemudian ditenggelamkan. Karena militer AS menilai kapal tersebut tidak layak pakai dan membahayakan.



Barang yang sudah di unboxingAmerika adalah komponen rudal jelajah anti kapal berbasis C-802. Iran memproduksi sejumlah varian dan turunan dari senjata rancangan China ini, beberapa di antaranya kemudian sampai ke tangan Houthi. Semua rudal ini memiliki paket panduan yang terdiri dari sistem navigasi inersia (INS) untuk mencapai area sasaran umum dan pencari radar aktif untuk digunakan dalam fase serangan terminal penerbangan.

Bagian-bagian terkait dari rudal C-802 yang ditemukan dari kapal tersebut termasuk bagian pemandu dan mesin rudal, pendorong roket yang digunakan untuk meluncurkannya, dan beberapa bagian sirip. Contoh hulu ledak khusus yang digunakan pada C-802 dan rudal terkait, yang berasal dari rudal jelajah anti kapal Exocet buatan Prancis, juga disita. 

Hulu ledak tersebut adalah jenis semi-armor piercing blast-fragmentation yang dirancang untuk menembus lambung kapal dan kemudian meledak ke luar untuk menghasilkan kerusakan maksimum. Sebelumnya pada November 2019, militer Amerika juga telah menyita komponen rudal C-802 yang akan dikirim ke Yaman.

John Krzyzaniak, seorang peneliti Iran di Proyek Wisconsin, menuis di X bahwa ada satu mesin turbojet Tolou-10 (terkadang juga ditulis Tolue-10). Ini adalah versi salinan TJ-100 buatan Ceko, Iran diketahui telah membuat mesin tersebut tanpa izin, mesin ini digunakan pada sejumlah rudal jelajah anti kapal dan serangan darat, termasuk jenis rudal yang telah dipasok ke Houthi. Tampaknya mesin ini juga digunakan pada drone kamikaze Shahed 238 bertenaga jet.



Lima motor roket dan komponen terkait yang akan digunakan pada rudal balistik jarak menengah (MRBM) berada dalam paket kiriman baru-baru ini yang disita dan ditujukan untuk Houthi. Mengutip artikel TheDrive.com, rudal dengan klasifikasi MRBM didefinisikan sebagai rudal balistik dengan jangkauan maksimum 1.000 sampai 3.000 kilometer.

Fabian Hinz, Peneliti untuk Analisis Pertahanan dan Militer di International Institute for Strategic Studies (IISS) menulis di X bahwa, motor roket yang disita Amerika tampaknya berbahan bakar cair. Serupa dengan yang ditemukan pada varian dan turunan dari rudal Scud buatan Soviet. Militan Yaman memiliki sejumlah MRBM rancangan Iran di gudang senjata mereka, termasuk rudal seri Qiam, yang merupakan desain turunan Scud. Iran menggunakan Qiam-1 dalam serangan yang menargetkan pasukan AS di Irak pada tahun 2020.

Dalam penggrebekan yang dilakukan US Navy Seal, mereka juga menemukan selusin sensor turret, yang tampaknya memiliki kombinasi kamera elektro-optik dan inframerah. Meski kurang menarik perhatian dibandingkan komponen rudal, ini adalah salah satu item yang lebih menarik dalam paket kiriman tersebut. Belum jelas apa tujuan Houthi menggunakannya, namun US Central Command menggambarkannya sebagai “komponen yang terkait dengan pertahanan udara."



Dirangkum dari artikel TheDrive.com, sistem pertahanan udara Houthi terdiri dari sistem rudal permukaan ke udara Kub rancangan Soviet, yang dikenal sebagai SA-6 Gainful di Barat. Selain itu, kelompok ini memiliki berbagai rudal permukaan ke udara yang ditembakkan dari bahu, juga dikenal sebagai (MANPADS).

Militan Yaman juga telah memperluas kemampuan pertahanan udara mereka dengan rudal udara ke udara berpemandu inframerah rancangan Soviet, termasuk jenis R-27, R-73, dan R-77. Sistem pertahanan udara improvisasi ini diketahui menggunakan sensor turret, beberapa diantaranya buatan AS – dengan kamera inframerah untuk membantu mengenali dan melacak target serta memberi isyarat pada rudal.

Houthi juga telah mengoperasikan rudal permukaan ke udara bernama Saqr-1, yang juga buatan Iran. Rudal ini sering dideskripsikan sebagai "loitering" surface-to-air missile. Sementara pihak Barat meyebutnya sebagai rudal 358.



Houthi telah menggunakan kemampuan pertahanan udara mereka dengan baik, dengan menembak jatuh beberapa jet tempur berawak dan drone milik koalisi pimpinan Arab Saudi selama bertahun-tahun. Kelompok ini juga sukses menembak jatuh MQ-9 Reaper yang terbang di atas Laut Merah pada bulan November 2023. Militan di Yaman tersebut secara rutin merilis video yang direkam dengan kamera video inframerah di lapangan menyusul klaim telah melumpuhkan pesawat asing.

Dari hasil penyitaan ini menunjukkan jika Houthi bukanlah kelompok militan biasa, selain itu teknologi China ternyata telah berhasil disalin Iran dan dijadikan Houthi sebagai senjata yang mumpuni. Dengan dukungan dari Iran, Houthi telah menjelma menjadi proxypaling kuat yang dimiliki Iran di kawasan. Sekaligus telah menjadi ancaman serius dan merepotkan bagi Barat di kawasan Timur Tengah.







Referensi Tulisan: TheDrive.com
Sumber Foto: US Central Commnd