Bismillahirrahmanirrahim

Kehidupan di dunia sejatinya menjalani sunnatullah dan meridhoi sebuah ketetapan. Segala hal yang terjadi di muka bumi, tidak lepas dari dzat maha penulis skenario kehidupan.

Tugas manusia beriman hanya mengimani, mentaati dan meridhoi apapun yang telah, sedang, atau apapun yang akan terjadi.

Tugas tersebut bukan perkara mudah, butuh kesabaran tanpa batas, karena sabar adalah sebuah amal yang tidak terhingga nilai pahalanya.

Berikut beberapa perkara, di mana sebagian besar orang sulit menerimanya:

1. Takdir yang Dianggap Buruk

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa apapun yang terjadi di muka bumi ini tidaklah satu pun yang luput dari catatan takdir.

Anda ridho atau tidak, jika itu telah menjadi sebuah ketetapan, maka tetaplah itu terjadi.

Sebagai contoh, ketika anda telah mengupayakan penjagaan putra/putri anda, dengan segenap penjagaan. Namun nyatanya, Allah subhanahu wa ta'ala menguji anda dengan terperosok atau jatuhnya putra/putri anda, maka itulah takdir.

Tidak perlu menyalahkan si A, si B, si C, ini, itu dan seterusnya. Karena anda ridho atau tidak ridho toh semua itu sudah terjadi.

Tugas hamba yang beriman cukup meridhoi, meski itu menurut kaca mata dan ilmu manusia merupakan takdir buruk. Boleh jadi, apa yang anda persangkakan itu buruk, tetapi boleh jadi tidak demikian di sisi Rabb yang maha ilmu.



Seorang hamba hanyalah beralih dari sebuah takdir, menuju pada takdir yang
selainnya. Manusia beriman tentu akan mudah meridhoi takdir, tidak peduli takdir itu baik atau buruk. Karena tentu takdir yang terjadi pasti baik di sisi Allah subhanahu wa ta'ala.

Allah subhanahu wa ta'ala yang maha menguasai ilmu, tentu lebih tahu mana yang terbaik bagi hamba-Nya saat itu. Tugas manusia bersabar dan ambil hikmah dari setiap kejadian yang singgah.


Berikutnya yaitu, umumnya orang kesulitan menerima masukan, kritik maupun saran. Hal tersebut bisa saja terjadi karena adanya ego, perasaan bahwa diri lebih dari orang lain, baik merasa lebih dari sisi kedudukan, jabatan, kekuasaan atau juga harta kekayaan.

Hal tersebut tidak berlaku bagi orang-orang yang sadar diri dan tidak memiliki ego, serta orang yang benar-benar menginginkan perbaikan pada dirinya.


Perkara ketiga yang kerap kali orang-orang tidak menyukainya yaitu mengakui kesalahan. Meski sesungguhnya ia tahu pasti bahwa dirinya salah, tetap saja ia tidak mau mengakui kesalahannya.

Hal tersebut terjadi manakala seseorang kembali menekankan egonya, dari pada kejujuran hatinya.



Perkara selanjutnya yang sulit diterima kebanyakan orang yaitu ketika muncul kebijakan baru.

Kebijakan baru, kerap sulit diterima karena kebanyakan orang terlalu suka dengan zona nyaman, dari pada harus beradaptasi dengan hal baru.


Selanjutnya yaitu ketika seseorang mengalami kegagalan. Umumnya orang lebih suka jika mendapat keberhasilan. Akan tetapi, tentu saja tidak semua yang kita angankan, kita harapkan akan menjadi nyata, pasti diantaranya ada yang namanya kegagalan.

Dimana justru kegagalan adalah guru terpenting dalam kehidupan. Kita akan belajar banyak hal dari sebuah kegagalan.