Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

amekachiAvatar border
TS
amekachi
Sejarah Hari ini : 77 Tahun Yang Lalu Soedirman Terpilih Menjadi Panglima Besar TNI

Presiden Sukarno menerima Panglima Besar Jenderal Sudirman di Gedung Agung Yogyakarta, tempat Presiden berkantor selama Ibu Kota pindah ke Yogyakarta.

Jakarta Pada 12 November 1945 atau kurang lebih dua bulan setelah kemerdekaan, para pemuda komandan divisi dan resimen Tentara Keamanan Rakyat (TKR) se-Jawa dan Sumatera berkumpul di Markas Tinggi TKR Gondokusuman, Yogyakarta. Mereka menggelar rapat untuk memutuskan siapa yang pantas memegang tampuk kepemimpinan tertinggi angkatan perang Indonesia.

Dilansir dari Seri Buku Tempo: Soedirman Seorang Panglima, Seorang Martir, pada saat itu, sebenarnya sedang berlangsung rapat koordinasi dan strategi menghadapi kemungkinan agresi Belanda yang mendompleng tentara Sekutu. Tetapi, tiba-tiba Kolonel Holland Iskandar, mantan perwira Pembela Tanah Air (Peta), menginterupsi pemimpin sidang, Oerip Soemohardjo.


Holland meminta peserta rapat memilih pemimpin tertinggi TKR yang baru dibentuk seminggu sebelumnya. Dia meyakinkan peserta rapat bahwa TKR sangat membutuhkan seorang pemimpin atau Panglima Besar.

Karena itu, A.H. Nasution dalam bukunya berjudul TNI Jilid 1, menulis bahwa ia curiga pembelokan agenda pertemuan Gondokusuman tersebut sudah diatur sebelumnya. Sehingga interupsi yang dilakukan Holland hanyalah akting belaka karena banyaknya dukungan dari peserta rapat yang berlatar belakang eks Peta.

Tjokropranolo dalam bukunya berjudul "Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman" menulis bahwa pemilihan berlangsung dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dan kedua diberlakukan sistem gugur.

Kongres dipimpin oleh Kepala Staf Umum TKR, Urip Sumoharjo. Perundingan tidak berjalan mulus karena anggota rapat berebutan untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing. Karena menemui jalan buntu, pemilihan panglima pun dilakukan melalui pemungutan suara.

Tokoh-tokoh yang dicalonkan sebagai panglima kala itu adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX (tidak punya pengalaman militer sama sekali), Nasir (mantan pelaut yang pernah bekerja di Angkatan Laut Jepang), Wijoyo Suryokusumo, GPH Purwonegoro, Laksamana M Pardi (Kepala TKR Laut), Suryadi Suryadarma, Sudirman (komandan resimen TKR Banyumas) dan juga Urip Sumoharjo.

Berdasarkan hasil pemilihan sebelumnya, hanya tersisa dua nama di putaran ketiga, yakni Sudirman dan Urip Sumoharjo. Sudirman akhirnya unggul dengan 23 suara, mengalahkan Urip Sumoharjo yang hanya meraih 21 suara.

Terpilihnya Jenderal Sudirman menjadi Panglima Besar TKR ini, dalam catatan Nasution, karena pada masa itu TKR didominasi eks Peta, unsur yang juga merupakan latar belakang Sudirman.

Selain dukungan yang luas dari para tentara bekas Peta, Sudirman juga mendapatkan dukungan dari Kolonel Moh. Noch. Nasution, yang mewakili enam divisi di Sumatera.

Banyaknya pengalaman Sudirman membuatnya tidak sulit terpilih menjadi panglima. Sudirman, sewaktu dirinya memimpin Resimen I/Divisi I TKR, berhasil menggembosi Jepang dan mengambil alih gudang senjatanya. Jenderal Sudirman juga berhasil menahan sekutu dalam pertempuran Ambarawa.

Sudirman terpilih bukan karena pendidikan yang ditempuhnya di akademi militer, tetapi karena kecakapan dan keberaniannya yang luar biasa. Dengan badan kurus dan perawakan yang lemah, semangat dan jiwa Soedirman melampaui penampilannya itu.


Tak Langsung Diangkat

Taufik Adi Susilo dalam bukunya "Soedirman: Biografi Singkat 1916-1950" menulis bahwa pemilihan ini mencerminkan semangat zaman waktu itu, yaitu semangat revolusi. Rakyat muak terhadap sistem kolonialisme Hindia-Belanda dan sistem militerisme Jepang. Banyak pikiran rasional yang tidak terakomodasi akibat emosi bawah sadar yang ikut menentukan terpilihnya Sudirman.

Dilansir dari laman tniad.mil.id, hal itulah yang membuat Jenderal Sudirman terpilih sebagai Panglima. Panglima yang terpilih bukan karena nalar rasional dan keterampilan teknis yang tinggi seperti produk didikan Barat, melainkan yang terpilih adalah seorang anak rakyat, dibesarkan di desa dan menjadi tonggak kepercayaan mayoritas panglima divisi dan komandan resimen yang hadir waktu itu.

Mengutip buku "The Road to Power: Indonesian Military Politics" karya Ulf Sundhaussen, awalnya Urip berharap menang dalam pemilihan itu, karena ia lebih tua dari Sudirman. Namun, latar belakang militer sebagai seorang bekas opsir KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) membuatnya dicurigai oleh banyak perwira TKR yang lebih muda.

Di sisi lain, kesuksesan pemuda kelahiran 24 Januari 1916 itu memimpin pasukan Indonesia dalam pertempuran Ambarawa yang dapat memukul mundur Inggris makin mengukuhkan keunggulannya.

Meski demikian, Sudirman tidak langsung diangkat sebagai Panglima. Beliau baru diangkat sebagai Panglima Besar TKR pada 18 Desember 1945, sedangkan Urip Sumoharjo menjadi Kepala Staf, jabatan yang satu tingkat lebih rendah dari Panglima


Kericuhan Saat Pemilihan Panglima Besar, Soedirman Kalahkan Oerip Soemohardjo


PEMERINTAH Republik Indonesia telah menetapkan formasi Kementerian Keamanan Rakyat pada 9 Oktober 1945. Soeprijadi, pemimpin pemberontakan PETA di Blitar, terpilih menjadi Pemimpin Tertinggi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

“Pengangkatan Soepriyadi lebih banyak didasarkan pada pertimbangan psikologis,” ungkap Tjokropranolo pada Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia. Dia sangat terkenal di kalangan para laskar dan mantan anggota PETA karena aksinya melawan Jepang.

Meski terpilih, sosoknya tak pernah muncul untuk menjalankan tugas. Desas-desus beredar, Soeprijadi dibunuh tentara Jepang.

Kekosongan pemimpin membuat para komandan TKR daerah kebingungan menerima garis komando. Keinginan mengangkat kembali seorang pemimpin semakin menguat di kalangan Pimpinan Markas Besar TKR.

Oerip Soemohardjo, Kepala Staf Oemoem (KSO), menginisiasi rapat besar perwira TKR di gedung MBTKR, Jalan Gondokusuman, Yogyakarta, 12 November 1945. Hampir seluruh Komandan Divisi dan Resimen TKR, paling rendah berpangkat letnan kolonel, menghadiri konferensi, termasuk Sri Sultan Hamengku Buwana IX.

Dari Sumatera, Kolonel Mohammad Noeh hadir untuk mewakili suara 6 Divisi TKR Sumatera, sementara wakil dari Jawa Timur berhalangan hadir karena sedang dalam situasi genting berjibaku pada Pertempuan Surabaya.

Oerip memimpin jalannya konferensi. Namun, mantan perwira KNIL tersebut belum mengenal kelakuan sebagian besar peserta rapat.

Kekacauan Pemilihan Panglima Besar TKR

Para peserta merupakan perwira TKR berasal dari berbagai unsur, mulai mantan PETA, KNIL, Giyugun, dan badan-badan perjuangan rakyat.

Konferensi berjalan begitu ricuh. Setiap orang ingin berebut berbicara. Bahkan, ketika seseorang tampil memberikan pidato selalu mendapat celetukan dan teriakan. Menteri Pertahanan Suljoadikusumo menjadi korban kekisruhan dipaksa menyudahi pidato meski kata terakhir masih jauh.

Rapat berjalan sangat kisruh, menurut Didi Kartasasmita pada Pengabdian Pada Kemerdekaan, lantaran pemimpin konferensi, Oerip Soemohardjo, tidak tegas memandu jalannya konferensi.

Suasana menjadi sangat panas dan ramai. Rapat sempat diskors. Pemimpin rapat berganti, dari seorang eks perwira KNIL, menjadi eks perwira PETA bernama Holland Iskandar. Rapat pun kembali berlanjut dengan agenda memilih Panglima Besar.

“Pada papan tulis nama-nama calon dicantumkan,” ungkap Tjokropranolo. Mereka di antaranya, Hamengku Buwana IX, Widjojo Soerjokusumo, GPH Porbonegoro, Oerip Soemohardjo, Soedirman, Suryadarma, M Pardi, dan Nazir.

Penghitungan suara, menurut Tjokropranolo, dilakukan dengan hanya mengangkat dan mengacungkan jari tangan satu per satu peserta, setelah nama calon disebutkan. Pemilihan harus dilakukan sampai tiga kali. Sesi pertama dua orang nama calon gugur, lalu sesi kedua pun dua nama kembali gugur. Pada pemilihan ketiga nama Soedirman begitu menguat mengimbangi Oerip Soemohardjo.

Mantan perwira PETA dan KNIL bersaing merebut posisi puncak. Enam suara perwakilan Sumatera menjatuhkan pilihan pada Soedirman. “Selisih perbedaan suara diperoleh Pak Dirman dan Pak Oerip Soemohardjo tidak banyak”, ungkap Tjokropranolo.

Hasil akhir perolehan suara, menunjukan raihan suara Oerip Soemohardjo meraup 21 suara, sementara Soedirman lebih unggul dengan 23 suara. Berbeda dua suara. Soedirman, kala itu baru berusia 29 tahun, mampu mengungguli para perwira senior.


Ketenaran Soedirman di kalangan prajurit di Jawa memang tak bisa dipungkiri. Dia pernah duduk sebagai anggota Dewan Daerah ‘Syu Sangi Kai’ Purwokerto, sehingga sedikit banyak mengerti problema sosial politik. Lantaran keuletannya berunding, Soedirman pun melakukan pelucutan senjata Jepang tanpa kontak senjata, dan paling monumental ketika mejadi Komandan Divisi V mampu memukul mundur pasukan Sekutu pada Pertempuran Ambarawa.

Konferensi lantas menetapkan Soedirman sebagai Panglima Besar TKR. Sementara Oerip tetap mengampu jabatan sebagai Kepala Staf Oemoem TKR, mengurus masalah teknis seperti pengorganisasi prajurit.

Mengampu tugas baru sebagai Panglima Besar TKR, berarti Soedirman mulai beralih tak lagi menjadi pemimpin perang taktis, namun mimpin perang strategis dan diplomatis. (*)



Sumber 1 :
https://www.google.com/url?q=https:/...iYHx30ygOOy-Zh

Sumber 2 :
https://merahputih.com/post/read/ker...soemohardjo-10


Hormat Jenderal.....saya dari masa depanemoticon-Cool



Bagi yang menyukai berita,sejarah,politik dunia terutama tentang militernya bisa bergabung dengan forum militer dunia di forum militer dunia kaskus

Silahkan bergabung,berkomentar,membuat thread,bercerita,berdiskusi dll

Saling berbagi ilmu dan wawasan pengetahuan


Forum Militer Dunia
https://www.kaskus.co.id/forum/1263
#ForumKaskus via @KASKUS
Diubah oleh amekachi 12-11-2022 04:56
azhuramasdaAvatar border
bociluraAvatar border
bstepanusAvatar border
bstepanus dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan