Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Jagokan Ganjar-RK, Bima Arya PAN Minta Yang Jadul-jadul Digeser

Foto milik pihak ketiga.

Jagokan Ganjar-RK, Bima Arya PAN Minta Yang Jadul-jadul Digeser


Solo, CNN Indonesia -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto meminta pasangan favoritnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, untuk "memudakan Indonesia".
Politikus PAN itu berharap Ganjar dan Emil bisa terus berkontribusi dalam regenerasi kepemimpinan di kalangan generasi muda.

"Yang jadul-jadul, yang agak susah beradaptasi, digeser deh. Untuk diberikan ruang untuk pemikiran yang segar," kata Bima dalam acara KTT Youth 20 (Y20) Indonesia di Solo, Jawa Tengah pada Jumat kemarin (29/10).

Bima berharap Ganjar dan Emil memberi lebih banyak panggung untuk generasi muda. Dengan begitu, bakal banyak ide segar untuk kemajuan Indonesia di masa mendatang.

"Kita titipkan untuk memudakan Indonesia. Anak-anak muda yang ada di sini dirangkul, diambil, diberikan pentas, didorong di semua level," kata Bima.

Bima, yang juga Ketua Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) lalu menutup pidatonya dengan bertanya kepada Ganjar dan Emil.

Dia bertanya apakah keduanya siap jika dipasangkan di Pilpres 2024 mendatang. Pertanyaan Bima lantas disambut dengan tawa dan tepuk tangan puluhan tamu yang hadir. Termasuk Ganjar dan Emil.

"Enggak ada tanggapan," ujar Ganjar singkat seraya tersenyum.

Sementara Ridwan Kamil mengatakan siap mendukung siapa pun yang menjadi pemimpin berikutnya asalkan demi kemajuan Indonesia.

"Urusan itu sudah ada takdirnya. Siapa pun yang diberi takdir kita dukung, yang penting demi Indonesia yang bersatu, Indonesia maju," ucap Emil.

Foto milik pihak ketiga.


Ganjar Pranowo digadang-gadang menjadi calon presiden di Pilpres 2024. Elektabilitasnya selalu berada di tiga teratas berdasarkan hasil survei berbagai lembaga.

Kader PDIP itu juga pernah mengamini ketika ditanya soal kesiapannya menjadi calon presiden. Sejauh ini, belum ada partai termasuk PDIP yang mendeklarasikannya sebagai capres.

Ridwan Kamil juga termasuk sosok yang memiliki elektabilitas cukup tinggi sebagai capres maupun cawapres.

Dia juga sudah pernah menyatakan kesiapannya untuk ikut serta dalam Pilpres 2024. Akan tetapi, semuanya tergantung partai politik selaku pemilik tiket untuk mendaftarkan pasangan calon ke KPU.


**********


Foto milik pihak ketiga.


Hmmmm...
Ganjar-Ridwan.
Sebagaimana kita ketahui, Ridwan Kamil pernah diundang oleh Megawati langsung untuk memberi "kuliah" pada Sekolah Partai milik PDIP untuk memberi masukan mengenai apa dan bagaimana mempersiapkan diri menjadi kepala daerah. Ridwan Kamil sampai sekarang bukanlah kader PDIP, tetapi Megawati sangat dekat dengan Ridwan Kamil dan menyukai sikapnya yang santun, cerdas, cepat belajar, sabar, dan lurus.
Pokoknya ibarat Pramuka, Dasa Dharma nya dijalanin semua sama Ridwan Kamil.

Bima Arya sendiri adalah kader PAN. Meskipun baru sebatas pendapat pribadi, bukan pendapat PAN, namun Bima Arya termasuk kader potensial di PAN. Bisa jadi sudah ada banyak bisik-bisik mengenai elektabilitas Ganjar dikalangan pimpinan dan kader PAN. Dan ini termasuk juga Ridwan Kamil.

Akan tetapi dimata para kaum nasionalis muda, RK dianggap punya cacat, sebab terlalu dekat dengan para loyalis pengusung politik identitas. Ridwan Kamil dianggap semi kadrun. Mereka takut RK bertransformasi menjadi Kadrun tulen. Akan tetapi bagi sebagian orang, pembawaan RK memang bergaya santri kekinian. Dan RK tak mungkin seperti itu atau akan menjadi lebih dari seperti sekarang.

Jika kita amati sejak sekarang, bahkan beberapa tahun belakangan, aura Pilpres 2024 memang akan lebih keras dari tahun 2014 dan 2019, karena akan ada 2 kutub yang saling tarik, yaitu pertarungan antara kaum nasionalis dengan kaum agamis. Sayangnya jika dulu kaum agamis mungkin dianggap biasa, kini mereka telah bertransformasi menjadi kaum Islam sentris. Segala sesuatunya dipandang harus dengan Islam. Entah itu Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, bahkan Budaya harus sesuai dengan Islam. Ini menjadi lebih rumit ketika kaum intoleran, kaum sekedar mengingatkan, kaum takfiri, sampai kelompok radikalis ikut nimbrung kedalam gerbong kaum agamis. Dan kita tak bisa tutup mata.

Lalu apakah Ganjar Pranowo (GP) dan Ridwan Kamil (RK) cocok dan bisa bekerja sama saling melengkapi? Untuk kinerja, pasti keduanya minimal punya pengalaman kerja sebagai kepala daerah. Untuk menilai hasil dari kerja mereka di wilayah masing-maing, pasti tiap orang punya tolak ukur masing-masing, tak bisa 100% puas, tak bisa juga 100% tidak puas.

Namun berbicara mengenai identitas kepribumian, keduanya lekat dengan adat dan budaya Indonesia. Sosok GP begitu lekat dengan adat Jawa Tengah (Jawa), sementara sosok RK begitu lekat dengan adat Jawa Barat (Sunda). Dan apa yang mereka pertontonkan bukanlah gimmick semata, bukan polesan, bukan topeng, bukan pencitraan. Mereka nyaman seperti itu. Dan budaya keduanya hanya mewakili begitu banyak budaya dan adat istiadat bangsa Indonesia yang telah ada saat disisi lain dunia ini masih tergolong belum beradab, masih jahiliyah, bahkan jauh sebelum itu.

Lalu pertanyaannya, apakah Indonesia sudah layak dipimpin oleh mereka yang terbilang masih muda? Apakah Indonesia layak dipimpin oleh mereka yang latar belakangnya sipil untuk menuju gejolak antara tahun 2024-2030? Tentunya kita masih ingat dengan kata-kata Prabowo yang disadurnya dari sebuah buku Fiksi Geopolitik, bahwa tahun 2030 Indonesia akan pecah dan bubar! Halukah? Tidak juga jika melihat fenomena Indonesia belakangan ini yang selalu dikisruhkan oleh kelompok yang itu-itu saja, yang merasa paling memiliki negeri ini.

Apapun juga, tiap Capres-Cawapres akan terus dicari salahnya, meskipun tidak benar atau sudah selesai. Akan terus digaungkan kejujuran pribadinya karena masalah yang manusiawi. Akan terus dikuliti siang dan malam sejarah hidupnya.

Akan tetapi, itu jauh lebih baik daripada kita telah jelas melihat sebuah kerusakan, pembangkangan, egosentris, megalomania, tapi tetap dipaksakan dan dibela habis-habisan hanya karena faktor agama dan ketidaksukaan pada suatu hal. Jika ini dibiarkan terjadi, maka tak mustahil tahun 2029 saat Pilpres berikutnya akan menjadi perpecahan Indonesia tahun 2030.

Begitulah.
Diubah oleh i.am.legend. 29-10-2022 15:42
gabener.edanAvatar border
gapatarAvatar border
muhamad.hanif.2Avatar border
muhamad.hanif.2 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.6K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan