Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lonelylontongAvatar border
TS
lonelylontong
"Takdir Vs Kehendak Bebas" Melalui Kacamata "Kebenaran Pragmatis"
Buat yang pernah ikutan baca, atau mungkin ikutan debat di tritnya Gan @c4punk1950..., mungkin judul di atas langsung bikin Agan2 tersebut ingat kembali dengan perdebatan itu. Sibuk bahas soal takdir dan kehendak bebas manusia.
(Ane lupa waktu itu siapa aja yang ikutan bahas, kalau ga salah sih ini nih manusianya : @jw.89 @damel88 @iidpriimee793)

Balik ke topik, jadi mana nih yang bener? Manusia punya kehendak bebas dan bisa mengubah nasibnya? Atau segala sesuatu dalam kehidupan manusia itu sudah ditakdirkan dan manusia tidak bisa mengubahnya?

Untuk menjawab pertanyaan itu tanpa mengutak-atik dogma dan doktrin kepercayaan tertentu, ane mau perkenalkan istilah yang namanya : "Kebenaran Pragmatis."

Jadi "apa itu kebenaran" adalah salah satu pertanyaan filosofis yang dibahas para filsuf dari masa ke masa.

Namanya juga filsuf, kalau nggak bikin pertanyaan yang susah dan jawaban yang lebih susah lagi buat dimengerti, bukan filsuf namanya (j/k)
emoticon-Wakaka
Singkat kata, dari berbagai macam perdebatan dan usaha untuk menjawab "apa itu kebenaran", ada seorang filsuf yang mengajukan sebuah pendapat yang di kemudian hari dikenal dengan nama "Pragmatic Truth" (C.S. Peirce, 1878, sumber referensi no 5), atau "Kebenaran Pragmatis". Di mana kebenaran itu dikatakan benar atau tidak, dinilai bukan dari secara logika, bukan dari secara pembuktiam empiris, dst; akan tetapi dinilai dari : apakah versi kebenaran tersebut membawa manfaat?

Atau mungkin kalau di sini, istilahnya : banyakan manfaatnya apa mudharat-nya?

Nah silahkan di kolom komen yang mau berdebat, tentang "Pragmatic Truth" ini. Apa kekurangan dan apa kelebihannya.

--------------

Setelah memperkenalkan sedikit mengenai "Pragmatic Truth", maka kita masuk ke bahasan kedua. Mana yang benar?

1. Manusia memiliki kehendak bebas dan bisa mengubah nasibnya.

Vs
2. Segala sesuatu dalam kehidupan manusia itu sudah ditakdirkan dan manusia tidak bisa mengubahnya.

Ada berbagai percobaan sosial dan eksperimen psikologi (sumber referensi 2-4), atau ringkasannya bisa dibaca di sumber referensi no 1 (ane sih milih baca ringkasannya aja, maklum otak lelet).

Terbukti, ketika seseorang percaya bahwa kehidupannya itu sepenuhnya sudah dituliskan alias ditakdirkan, dan pilihan serta perbuatannya itu tidak memiliki pengaruh/konsekuensi pada perjalanan dan khir hidupnya, maka orang tersebut akan cenderung pada yang namanya kejahatan (mudah selingkuh, males bersedekah, dst).

Hal yang sebaliknya terjadi, ketika seseorang percaya bahwa dirinya memiliki kehendak bebas, dan perilaku, keputusan yang dia ambil, dll; memiliki pengaruh terhadap kehidupannya dan kehidupan orang lain, di masa depan.

Jadi berdasarkan hasil-hasil penelitian itu, secara "Kebenaran Pragmatis", maka pernyataan no 1 : "manusia memiliki kehendak bebas", itu benar. Sementara pernyataan no 2 : "Semua sudah ditakdirkan." itu salah.

Salaaam mumet
emoticon-Ultahemoticon-Ultahemoticon-Ultah



Sumber referensi

1. https://theconversation.com/the-psyc...ree-will-97193

2. https://journals.sagepub.com/doi/abs...0.2008.02045.x

3. https://journals.sagepub.com/doi/abs...46167208327217

4. https://journals.sagepub.com/doi/abs...46167214549322

5. https://plato.stanford.edu/entries/t...uth-pragmatic/
damel88Avatar border
provocator3301Avatar border
evywahyuniAvatar border
evywahyuni dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.1K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan