Beberapa pekan lalu sebuah kejadian yang begitu mengentakkan publik. Kasus mutilasi yang terjadi di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan memenuhi pemberitaan, baik pada media elektronik maupun media cetak. Pelaku maupun korban masih tercatat sebagai pelajar pada sekolah menengah atas. Dilatar belakangi oleh motif cemburu, karena si korban memiliki pria idaman lain. Miris, anak seusia belasan tahun telah dengan tega menghabisi nyawa seseorang karena persoalan asmara.

Pemberitaan kejahatan yang dilakukan oleh anak usia remaja tidak hanya terjadi sekali ataupun dua kali. Namun, hal itu tidaklah menimbulkan efek jera bagi kaum remaja lainnya. Pada kenyataannya, zaman sekrang pergaulan remaja yang tanpa rasa risih kerap kali mempertontonkan kemesraan di depan umum. Tidak dapat dipungkiri remaja yang telah terlanjur terjebak dalam pergaulan liar, akan sangat sulit untuk keluar dari lingkaran itu. Nasihat orang sekeliling seolah hanya angin lalu, dan menganggap dirinyalah yang paling benar.

Tentu banyak faktor yang melatar belakangi prilaku pergaulan liar anak zaman sekarang. Apa saja faktornya? Berikut ulasannya.

Pondasi utama anak adalah pendidikan keluarga. Penananman nilai nilai religi pada anak di usia dini tentunya akan membawa dampak pada anak ketika sudah mulai beranjak remaja. Meski tidak menutup kemungkinan anak akan dirusak oleh lingkungan pergaulan di luar rumah, maka penting untuk mengontrol kemana dan dengan siapa anak akan bergaul. Dengan dalih pencarian jati diri seorang anak remaja kerap kali akan mencoba hal hal yang baru dan tidak menuntup kemungkinan hal hal negatif akan jusru cendrung lebih menonjol. Kendati demikian anak tidak akan terjerumus lebih jauh jika orang tua menanamkan kedisiplinan dan pengontrolan penuh terhadap anak sebelum mereka beranjak dewasa.

Digital native mengacu pada generasi yang tumbuh berkembang di tengah-tengah teknologi digital atau di era teknologi informasi. Berkenaan dengan hal tersebut, digital native merupakan kelompok generasi yang lahir di dunia digital. Tak heran jika digital native begitu nyaman dan fasih dalam kehidupan mereka. Penggunaan gadget yang seolah tak berbatas menjadikan anak kehilangan kontrol dan mencoba mencari hal hal yang baru dalam totonan mereka. Tanpa adanya pengawasan dari orang tua akan mengakibatkan anak akan kebablasan dan tidak menutup kemungkinan lebih condong pada prilaku prilaku negatif.

Pacaran bagi anak anak remaja zaman sekarang adalah bentuk sebuah gengsi. Pacaran dianggap adalah sebuah hal yang membanggakan, maka tidaklah heran ketika menyaksikanan anak anak usia remaja dengan begitu bangganya mempertontonkan prilaku prilaku kuragn adab di tengah khalayak ramai. Pembuktian bahwa dirinya jauh lebih menarik adalah hal yang sangat dibanggakan.

Anak remaja kerapkali memiliki geng sendiri, mereka tidak hanya menghabiskan waktu dalam lingkungan sekolah, tetapi kerap juga menghabiskan waktu di luar sekolah entah sekadar hangout bareng, ataupun belajar bareng. Dari sanalah mereka kerapkali saling memperkenalkan pacar mereka masing masing, sehingga memicu teman yang lain yang masih sendiri untuk berusaha menemukan pasangan agar tidak merasa terasing ataupun ketakutan di singkirkan dari circle pertemanan.

Sangat tidaklah mudah mendidik dan mengarahkan anak di era gempuran tekhnologi yang semakin menguasai dunia. Orang tua dituntut untuk melek tekhnologi agara tidak dengan mudah dibodohi oleh anak yang justru sangat jauh lebih paham para urusan tekhnologi canggih. Akhir kata, semoga anak anak kita dijauhkan dari hal hal yang dapat merusak iman dan masa depan mereka.