2024 secara perlahan membuka lebar jalannya.
Pesta demokrasi akan segera di mulai.
Para calon kontestan mulai menampakan diri.
Tentu dengan slogan yang ane bisa bilang sudah basi karena faktanya sering kali kepentingan golongan di atas kepentingan bangsa ini.

Dari nama-nama yang beredar dan masuk the best three pun dalam survey, tidak satupun yang bisa membuat ane bergairah tuk mendukungnya.

Berbeda saat Jokowi ikut kontes pemilihan Presiden.
Ada passion yang membuat ane sangat bersemangat mendukung beliau hingga dua periode.
Walau dengan segala kekurangan beliau.

Akan tetapi sosok Jokowi mampu membuat dogma basi namun selalu di lestarikan dari banyaknya masyarakat menjadi pudar.

Yaaaa.....

Jokowi membuka mata banyak orang bahwa everyone bisa menjadi Presiden di negeri ini.
Belenggu dogma tersebut mulai lemah.
Masyarakat lebih selektif dalam memilih Presidennya.
Dahulu yang selalu di gaungkan ke masyarakat bahwa Presiden itu bagus dari militer, bagus dari keturunan pahlawan atau tokoh-tokoh ternama.

Lebih cenderung di arahkan tuk melihat sisi bibitnya di banding bobotnya.
Padahal bobot itu yang utama.
Seorang pemimpin negara itu mengurusi jutaan manusia.
Setiap kebijakannya akan mempengaruhi kehidupan jutaan manusia di negara yang dia pimpin.

Kini anak-anak Indonesia bisa bermimpi menjadi Presiden.
Tentu mereka harus berjuang keras tuk menjadikan mereka berbobot tuk menjadi Pemimpin bangsanya sendiri tuk kebaikan negaranya.
Terima kasih tuk rakyat yang telah mendukung Jokowi menjadi Presiden.
Tindakan kalian telah banyak merubah budaya lama soal memilih pemimpinnya.
Tindakan kalian telah membuka ruang sempit demokrasi menjadi lebih lega dan luas.
Kini siapapun bisa jadi Presiden tanpa perlu minder dengan garis keturunan dari keluarga yang biasa-biasa saja.



Tuk 2024....

Ane kehilangan passion tuk mendukung siapapun.
Jalan di depan terliat rada gelap.
Mau memilih jalan yang mana pun sangat ragu-ragu.
Para kandidatnya sangat minimalis prestasi kerjanya bahkan ada dari kandidatnya jauh dari nilai standar.
Para kandidat yang ada hanya mengulang teknik politik sebelumnya.
Pencitraan bukan prestasi kinerja yang mumpuni dan berguna di masa depan.
Semua apa yang mereka lakukan kebanyakan hanya bersifat seremonial.
Tidak ada yang visioner tuk membuat negeri ini lebih maju dan bersaing dengan negara-negara yang sudah maju lainnya.

Kebanyakan mereka hanya merangkul saat butuh dan pura-pura sibuk saat terpilih.
Bermain kata-kata atau berlaku manis tapi hasil kinerja minimalis.
Tuk yang menjabat jabatan publik, para kandidatnya tidak ada yang terbukti kinerjanya sebagai visioner handal.

Pribadi ane beropini mereka punya nilai bobot standar saja.
Mereka berlaku manis demi suara pemilih.

Ane analogikan seperti ini.

Publik ingin menu bakso yang enak, maka mereka menyediakan bakso tersebut dengan keenakan rasanya di bumbui micin.

Mereka tidak berupaya tampil lebih baik, dengan menyediakan menu bakso yang enak walau tanpa micin.
Seenak apapun makanan yang di bumbui micin, jelas berdampak tidak baik bagi pemakainya di masa depan.

Ane berharap ada putra bangsa di tahun depan yang bisa membangkitkan passion ane.
Sesuatu yang beda dengan tujuan bangsa ini makin lebih baik.
Punya bobot yang jelas dan terukur sebagai calon Presiden.
Salah satunya kinerja nyata dan terasa.
Bukan prestasi dari selembar kertas penghargaan ataupun dari mulut sales sang kandidat.

Seorang yang visioner bukan dengan kata-kata atau khayalan tapi ada misi kebaikan yang wajib di kerjakan secara nyata dan terliat jelas dengan mata sendiri.

Hingga detik ini, ane belum melihat sosok tersebut.
Yang sering terliat hanya gaya khas usang yaitu kerja seremonial doang.
Lalu di turunkan salesnya tuk promo bahwa ini barang kualitas no 1.