Proses wisuda merupakan momen yang sangat dinanti-nantikan oleh para mahasiswa ketika dirinya telah berhasil lulus dari universitas atau perguruan tinggi.

Biasanya pihak kampus akan melaksanakan acara resmi untuk para wisudawan kampusnya dengan menghadirkan mahasiswa juga orangtua atau kerabat dekat untuk menyaksikan proses wisuda.

Wisuda merupakan simbol keberhasilan seorang mahasiswa setelah mengarungi pendidikan di perguruan tinggi dengan segala macam tugasnya.



Karena tak sedikit juga para mahasiswa yang mereka tidak mampu menyelasaikan studinya walau sudah di tahap akhir perkuliahan. Karena untuk menjadi sarjana maka mahasiswa harus membuat tugas akhir berupa skripsi, tesis dan lain-lain.

Oleh karena itu, wisuda dijadikan momen paling bahagia bagi mahasiswa dan untuk orangtua melihat anaknya mengenakan toga menjadikan dirinya sangat puas karena berhasil menghantarkan buah hatinya mendapatkan pendidikan terbaik.

Namun, sebuah momen terjadi ketika seorang bayi yang baru berusia 4 bulan telah menjadi wisudawan di Universitas Andi Djemma (Unanda) Palopo, Sulawasi Selatan.



Ya, bayi bernama Kimberly Batari Fadilah Reza itu menjadi wisudawan karena menggantikan sang ibunda yang telah meninggal dunia karena melahirkan si anak.

Momen haru tersebut terjadi pada Senin, 8 Agustus 2022 lalu. Saat itu, Universitas Andi Djemma (Unanda) melaksanakan sidang senat terbuka untuk 525 wisudawannya.

Pada acara wisuda tersebut, bayi berusia 4 bulan itu mengenakan pakaian wisuda lengkap turut dipindahkan toganya oleh Rektor Unanda Anna Boceng.



Ruangan yang meriah itu tiba-tiba menjadi penuh haru ketika sang bayi sambil digendong oleh neneknya maju ke hadapan rektor untuk dipindahkan tali toganya ketika nama ibu sang bayi disebut. Diketahui bahwa ibu sang bayi merupakan mahasiswi dari Fakultas Ekonomi.

Ibu dari bayi itu meninggal ketika melahirkan pada Maret 2022 lalu.

Sementara itu ayah dari bayi tersebut tidak bisa hadir karena sedang dalam proses hukum oleh pihak kepolisian karena laluintas kecelakaan yang menyebabkan korban yang ditabraknya meninggal dunia.



Kematian memang tidak ada yang mengetahui kapan datang dan menemui siapa. Kematian tak pernah mengenal usia, tua ataupun muda sama saja. Ingin tinggal di lautan terdalam untuk menghindari kematian maka semua itu akan sia-sia saja.

Betapa tak terbayangkan bagaimana berada di posisi bayi tersebut. Dirinya harus kehilangan sosok ibu yang mestinya bisa menemani pertumbuhannya. Namun, takdir berkata lain ketika Tuhan lebih mengetahui sesuatu yang terbaik untuk sang bayi dan keluarganya.

Si ibu telah menyelesaikan pendidikannya yang mana itu merupakan persiapan dirinya untuk mendidik anaknya. Si ibu juga telah menyelesaikan kewajibannya dengan telah melahirkan sang anak dalam keadaan selamat meski nyawanya dikorbankan.



Begitulah perjuangan seorang ibu dalam perjuangan melahirkan. Nyawa merupakan taruhan. Maka wajar jika surga berada di telapak kaki ibu.

Alangkah durhakanya ketika ada seorang anak menyia-nyiakan sosok ibu. Di usia ibu yang sudah senja terkadang banyak anak-anak yang tidak peduli dengan ibunya sehingga ia rela membayar dengan uangnya lalu dimasukkan ke panti jompo.

Sumber :

Ulasan dan opini pribadi

1

Gambar : Google