VitaArkanaAvatar border
TS
VitaArkana
Prasangka Hati Malisa [ COC CLBK - SFTH ]

Sumber : facebook


"Brakkkkk!"

Malisa menutup pintu kamar dengan kencang, lalu menguncinya, dan berbaring diatas tempat tidur sambil menutup wajah dengan bantal.

Malisa menangis pilu. Isak tangisnya masih terdengar meski tertutup bantal. Sementara di luar kamar, Tante Nova-ibu Malisa berusaha membuka pintu kamarnya.

"Lisa, buka pintunya, Nak. dengarkan Mamah sebentar. Tolong, Nak buka pintunya, Mamah mohon!"

Tante Nova terus berusaha membujuk Malisa agar membuka pintu kamarnya. Namun, Malisa bergeming, dia sudah tidak mau mendengar apapun dari wanita yang telah melahirkannya itu.

"Lisa, Mamah mohon dengan sangat!"

"Sudahlah, Va. Percuma membujuk sekarang, anak itu sama kerasnya denganmu. Bereskan saja masalah kita, sekarang." Raka-ayah Malisa berujar sambil menyesap lintingan tembakau.

"Tunggu saja, Malisa pasti akan mengerti dan menerima perpisahan kita, dia hanya butuh waktu saja." Santai dan tenang Raka bicara pada Tante Nova.

"Mas, jaga ucapanmu, jangan egosi, Malisa juga perlu dimintai pendapat, dia sudah cukup besar untuk tau semuanya."

"Egois katamu? Lalu saat kamu meminta perpisahan ini apa itu juga tidak egois?"

"Itu semua karena ulahmu, Mas! Tidak ada asap kalau tidak ada api."

"Sudah cukup, malas berdebat kusir denganmu!"

Di dalam kamar, Malisa semakin kencang menangis, menjerit dan berteriak-teriak. Tante Nova semakin gusar, dan Raka semakin kesal melihat kondisi ini. Ya, kedua orang dewasa ini sedang menjalani proses perceraian, yang tentu saja menyakiti hati Malisa, putri semata wayangnya yang baru berusia 10 tahun.

Hati anak mana yang tak teriris, manakala orangtua yang dicintainya memilih berpisah. Dan, semakin sakit rasanya saat harus disuruh memilih untuk ikut tinggal dengan siapa. Bolehkah dia memilih agar tetap hidup bersama kedua orangtuanya? Tentu tidak bisa.

Masalah yang sangat klise untuk para manusia yang lebih memilih bercerai daripada bertahan mengalahkan egoisme nya masing-masing.

***

Sore itu, dua buah mobil terlihat pergi meninggalkan sebuah rumah tua. Malisa melihat dari balik jendela rumah tua itu. Separuh hatinya terasa hilang, saat keluar halaman rumah, kedua mobil itu memilih arah dan jalan yang berbeda.

Akhirnya Malisa memilih untuk tinggal dengan nenek dari ibunya di pinggiran kota. Nenek Sari selama ini tinggal sendirian sejak suaminya meninggal 10 tahun silam. Anak-anak nenek Sari yang lain tinggal jauh di luar kota. Nenek Sari sangat menerima saat Malisa memilih tinggal dengannya. Pilihan yang tepat daripada harus ikut salah satu orang tuanya, yang tentu saja akan mempunyai keluarga baru nantinya.

Perasaan sedih dan kecewa muncul di hati Malisa, sangat egois saat orangtuanya bertengkar lalu bercerai tanpa memikirkan dirinya.

Tersisih, diabaikan dan dilupakan. Itulah yang dirasakan Malisa. Berlahan rasa itu tumbuh menjadi perasaan benci. Bahkan sangat benci pada kedua orangtuanya.

Saat Tante Nova-ibu Malisa menikah lagi dengan seorang duda beranak tigapun, Malisa tidak datang ke acara pernikahannya. Pun demikian, saat Raka-ayahnya menikahi gadis cantik nan seksi sang sekretaris dikantornya. Sedikitpun Malisa tidak bisa dibujuk agar mau datang ke tempat acara.

Benci ! Hanya satu itu yang ada dalam hati Malisa. Tak kurang Nenek Sari berusaha menasehati dan membujuk pun tidak mempan. Hati Malisa terlalu sakit.

***

15 tahun berlalu ....

"Nduk, sini nenek mau bicara." Suatu sore Nenek Sari mengajak Malisa duduk di teras depan rumah.

"Iya, Nek tapi bentar ya, Lisa ada kerjaan dari kantor yang belum diberesin tadi."

"Iya, bentar banget. Kamu sibuk banget akhir-akhir ini." Wanita tua itu tersenyum sambil membelai rambut panjang Malisa.

"Demi sebongkah berlian buat nikah, Nek," ujar Malisa girang. Nenek Sari terkekeh.

Lalu keduanya duduk di teras depan rumah yang langsung berhadapan ke jalan.

"Nenek dengar kabar, Papahmu sakit, apa tidak sebaiknya ditengok." Pelan Nenek Sari berbicara, agar tidak menyinggung perasaan Malisa. Nek Sari sangat paham, kalau Malisa tidak mau mendengar apapun tentang orangtuanya sejak perceraian 15 tahun silam.

"Oh."

"Koq cuma Oh aja, Papahmu sakit lho."

"Kan anak yang lain ada, kenapa Lisa. Lagian 15 tahun ga pernah nanyain kabar, sekalinya ada kabar lagi sakit."

"Lisa, ga boleh gitu Nak. Mau bagaimanapun juga, dia Papahmu."

"Papah yang ada namun tiada ! Seenaknya menghilang, ga pernah nanyain kabar, ga pernah ngasih apapun, apa itu yang dinamakan papah, Nek?"

"Lisa...."

"Sudah Nek, jangan pernah sebut namanya lagi, Lisa benci!"

Malisa kesal, lalu masuk ke dalam kamarnya, menangis, kembali mengingat masa-masa berat saat orangtua nya bercerai. Pertengkaran demi pertengkaran yang didengarnya. Keributan bahkan umpatan-umpatan yang biasa didengarnya muncul kembali. Mengingat masa lalu hanya semakin memupuk perasaan benci kian menjalar dalam hatinya.

Nonsense lah kalau mereka bilang sudah tidak ada kecocokan lagi. Mengapa tidak sejak dulu saja? Mengapa sesudah ada dia baru muncul ketidakcocokan itu? Alasan palsu yang dibuat-buat. Intinya mereka hanya sudah bosan satu sama lain, dan berniat mencari keluarga baru. Lalu, dia hanyalah batu kerikil kecil yang kapan saja bisa dilempar.

Sejak pembicaraan dengan Neneknya, Malisa lebih banyak diam. Sepulang dari kantor, dia lebih memilih berdiam diri di dalam kamar. Hanya saat makan malam dan sarapan saja dia berbincang dengan Neneknya, itupun hanya basa basi semata.

Waktu terus berjalan, karena roda kehidupan yang berputar, menggelinding pada arah yang sama. Malisa, gadis kecil yang dipaksa dewasa sebelum waktunya, akhirnya menemukan tambatan hati.

Hanya seorang Rangga yang sanggup mematahkan keras hatinya Malisa. Hanya seorang Rangga yang mampu menumbuhkan perasaan cinta yang sempat menghilang dari dalam hati Malisa, sehingga tumbuh dan bersemi kembali.

Hubungan yang mulus tanpa celah itupun akhirnya terkena sandungan juga. Saat rangga berniat serius untuk menuju jenjang pernikahan. Malisa gamang, gadis itu seperti trauma dengan sebuah kata yang bernama pernikahan. Masa lalu kegagalan pernikahan orangtuanya seketika muncul, dan itu membuatnya menggila, rasa benci itu muncul kembali. Namun, lagi-lagi Rangga berhasil mematahkannya. Malisa luluh.

Bukan hidup kalau tanpa kendala. Sandungan selalu muncul kapanpun dia suka.

"Tidak!" Tolak Malisa saat Rangga meminta alamat papahnya untuk meminta izin menikahi putrinya, sekaligus menjadi wali nikahnya.

"Sampai kapan pun aku gak sudi melihat wajahnya lagi," ucap Malisa gusar.

"Lisa, wali itu sangat penting dan utama dalam sebuah proses pernikahan."

"Ya... ya... aku tau itu, tapi setahu aku, wali bisa digantikan oleh wali hakim." Malisa bersikukuh dengan pendapatnya.

"No, bukan seperti itu konteksnya, Lisa. Jika kamu masih mempunyai ayah kandung dan masih hidup, sudah selayaknya dia berkewajiban menjadi wali nikahmu."

"Ya, dia masih hidup tapi dia sudah gila, atau anggap saja sudah tidak waras lagi, bisakan digantikan oleh wali hakim saja," ucap Malisa santai.

"Gila dan tidak waras dalam artian apa...."

"Apakah seorang yang menelantarkan anak kandungnya bisa dianggap waras?"

"Lisa !" Nafas Rangga memburu karena kesal atas keras kepalanya Malisa. Namun saat hendak membalas kata-kata Malisa, segera dicegah oleh Nenek Sari.

Nenek Sari memegang pundak Rangga dan menggeleng pelan, seolah berkata bukan seperti itu menghadapi Malisa. Rangga menurut pada wanita tua itu.

Malisa sangat tahu perihal wali nikah. Hanya saja, dia butuh waktu untuk menerima bahwa Raka lah yang seharusnya menjadi wali nikahnya.

***

Hari besar itupun tiba, Malisa akan segera menikah, tentu saja dengan perjuangan berat Rangga untuk meyakinkannya.

Pelaminan yang megah dan indah terlihat apik di di dalam aula, sebuah meja dengan beberapa kursi tersedia ditengahnya. Meja dan kursi yang akan digunakan oleh Rangga untuk mengucapkan ijab qobul.

Rona sumringah bercampur tegang muncul di wajah ayu dan cantiknya Malisa. Siger Sunda yang bertahta di kepala Malisa menambah anggun dan menawan. Dari balik ruangan rias, sesekali Malisa melihat para tamu yang didominasi oleh keluarga besar dirinya dan Rangga.

Mata Malisa terpana, melihat deretan kursi paling depan. Mata sendu itu berlahan-lahan meluncurkan bulir bening air mata. Hatinya rontok seketika.

Terlihat olehnya, Tante Nova-ibunya duduk bersebelahan dengan Raka-ayahnya. Keduanya tampak berbicara akrab satu sama lain. Sementara di sebelah Tante Nova terlihat suaminya yang sesekali ikut berbincang dengan Raka. Disebelahnya berderet tiga anak tiri Tante Nova. Pun demikian dengan Raka, istrinya tampak ikut nimbrung berbincang. Akrab bahkan sangat akrab.

Tak ada api permusuhan lagi diantara mereka, bayang-bayang pertengkaran, perselisihan dan keributan yang selalu menghantu Malisa sirna seketika.

Papah dan Mamahnya terlihat bahagia dengan keluarganya masing-masing. Dan dia, dia menanggung sedih seorang diri, bukan ! Bukan dia yang menanggung sedih seorang diri, namun dia yang tidak bisa membuka hatinya agar kedua orangtuanya kembali masuk ke dalam hidupnya.

Jika mereka berniat membuangnya, mengapa dulu mereka sempat memperebutkan dirinya. Akhirnya dengan Nenek Sarilah jalan tengah agar Papah dan Mamahnya tidak terus berselisih. Tidak ada yang suka dengan perpisahan, namun jika itu adalah jalan yang terbaik, lalu bisa apa? Anak pasti akan menjadi korban, tapi apakah dengan meratapi nasib maka semua bisa kembali pada keadaan awal?

Hari itu, Malisa sangat bahagia, bersanding dengan pujaan hatinya dan melihat kedua orangtuanya berkumpul. Hatinya berbunga-bunga. Di hari bahagianya, dia telah menemukan cinta lamanya yang hilang. Cinta yang pernah dia bakar dengan api kebencian, kini telah tumbuh dan bersemi kembali. Kini, dia telah membuka hatinya dan menemukan cinta dari kedua orangtuanya.

***********

Cerita yang Luar Biasa

Aku tahu, kau akan memayungiku dari gerimis yang dingin
Aku juga tahu kau akan membasuh air mataku, dengan kehangatan kasihmu

Kau katakan pada langit dan bumi
Cintamu akan selalu bersemi
Menemaniku agar tak terkurung sunyi
Kau buat cerita-cerita yang luar biasa

Aku tak menganggap itu sebuah kegilaan
Tanpa kita sadari, waktu akan menjawabnya

Poetry - Alizazet


***********
Diubah oleh VitaArkana 09-07-2022 15:58
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
2
314
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan