Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

masramidAvatar border
TS
masramid
Kontroversi Ada atau Tidak Mafia Minyak Goreng...
 

Carut marut minyak goreng di Indonesia agaknya masih menimbulkan pertanyaan

"Bisakah minyak goreng turun harga dan rakyat kembali menikmati harga gorengan yang terjangkau alias tidak mahal?"

Ini dimulai dari pernyataan
Menteri Perdagangan yang baru Zulkifli Hasan baru baru ini.

Menperdag mengatakan tidak ada istilah mafia yang mengakibatkan kenaikan dan kelangkaan minyak goreng. Kelangkaan yang terjadi karena harga pasaran internasional mengalami kenaikan.

“Saya kira tidak mafia. Ini kan ada kenaikan harga booming. Teman-teman punya CPO langsung jual cepat. Nah, ada keterlambatan kita antisipasi?,” kata Zulhas di Istana Kepresidenan pada Senin, 20 Juni 2022.

Menperdag menganggap hal itu biasa dalam perdagangan, ada pihak yang mendapatkan keuntungan itu merupakan hal wajar....

Sebelumnya Kejaksaan RI mengungkapkan, 4 orang ditetapkan sebagai tersangka dugaan tindak pidana korupsi terkait minyak goreng (migor).


Zulkifli Hasan Bantah Ada Mafia Minyak Goreng. Foto/berita: CNN

"Saya sudah tahu mengapa minyak di pasar mahal, itu saya sudah tahu sebab-sebabnya. Sudah kita perbaiki, sudah ada jalan keluarnya. Sebulan-dua bulan beres insyaAllah," ungkap Menperdag yang baru.

Jaminan itu agaknya bisa melegakan hati, sebab stop eksport minyak goreng waktu singkat dan tidak berlanjut dari Presiden ternyata tidak atau belum menimbulkan turunnya harga minyak goreng.


Mafia Minyak Goreng, Segelintir orang Untung , Satu Negara Buntung.foto/berita: tempo.co.id.

Ekspor minyak goreng dan bahan bakunya per 28 April 2022 hanya berlangsung kurang satu bulan karena 23 Mei dibuka lagi.



Petani Sawit Rugi Rp 2 Triliun Tiap Hari Gagara Larangan Ekspor CPO, . Foto: disway.id


Stop ekspor merugikan petani kecil "Terutama petani sawit kecil, pemilik lahan sawit sedang, dan pemilik kebun sawit yang tidak memiliki pabrik pengolahan CPO, refinery atau pabrik minyak goreng yang jumlahnya sangat banyak yaitu 41 persen. Pengusaha bisa tahan pembelian yang mengakibatkan kerugian dari petani kecil.

Tidak ada eksport Indonesia berpotensi kehilangan devisa sekitar US$ 3 miliar dan kenaikan minyak di pasar Internasional menguntungkan pesaing yakni Malaysia.

Kalau menurut Ane, pembicaraan Menperdag itu ada benarnya juga. Kebutuhan dalam negeri cukup banyak, meski disisihkan sebagian oleh Pengusaha tidak juga cukup karena masyarakat Indonesia adalah penggemar gorengan termasuk Ane. Mungkin kita sudah harus mengurangi konsumsi minyak goreng karena harus bersaing dengan harga diluar lebih mahal.

Ane berharap dan mungkin juga agan tentu berharap usaha menteri perdagangan yang baru ini bisa terlaksana, entah dengan cara apa. Jadi kita menanti.

Atau kita sudah harus mengganti gorengan dengan rebus rebusan saja, itu lebih baik untuk menambah devisa negara. Seperti yang sudah dicontohkan (anjuran) baru baru ini.

Sumber ,

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...ku-orang-dalam


https://www.viva.co.id/amp/berita/bi...ng-lebih-biasa

https://www.cnbcindonesia.com/news/2...-minyak-goreng

https://finance.detik.com/berita-eko...food-dipanggil

Diubah oleh masramid 21-06-2022 00:15
IluminarcAvatar border
Iluminarc memberi reputasi
0
1.2K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan