Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mahadev4Avatar border
TS
mahadev4
THE SHADOW
By Deva Shastravan

===



"Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat, nama dan juga cerita adalah hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan sama sekali."

===

Lelaki bertubuh besar dengan tato kepala serigala di bahunya mengambil sebatang besi yang tebal dan berkarat, perlahan didekatinya sosok lelaki yang sekujur tubuhnya sudah basah kuyup itu.

Tetesan air yang menetes dari wajahnya adalah campuran dari guyuran air dan keringatnya sendiri, menahankan pedihnya penyiksaan yang telah berlangsung selama hampir sejam itu.

Lelaki bertubuh besar segera mengayunkan batangan besi di tangannya dengan sepenuh tenaga dibanding pukulan-pukulan yang sebelumnya dia hantamkan ke tubuh lelaki dengan tangan terikat di atas itu.

===

Sebuah motor berwarna gelap melaju menembus deras hujan di jalanan yang sepi dengan kecepatan tinggi, dia hanya punya waktu tiga puluh menit ke depan untuk menyelesaikan tugas yang kini ditanggungnya. Sebuah misi yang nyaris mustahil diselesaikan bahkan oleh sepasukan elite terlatih sekali pun.

Tidak baginya, banyak misi telah diselesaikannya, dia di sebut “The Shadow”, karena kecepatan geraknya yang nyaris tak terdeteksi mata biasa.

Motornya berhenti saat mendekati sebuah gedung bertingkat namun nampak suram, jarak motornya yang terparkir di jalan dengan gedung itu cukup jauh.

Dia menarik sebuah gulungan hitam dari sisi motornya, kemudian melangkah cepat menuju gedung yang berdiri kokoh namun menampakkan aura angker.

The Shadow berjalan dengan menunduk, menghindari dari pandangan mata para penjaga yang jumlahnya puluhan, berdiri bagaikan tembok-tembok yang kokoh menjulang.

Tiap kali gelegar petir menyambar-nyambar, dalam kilatan cahayanya dia terdiam, lalu kembali berjalan merunduk saat gemuruh petir mengakhiri jeritannya.

Sampai di pagar batas yang mengelilingi gedung itu, dia mengeluarkan sebuah tang berbahan baja pilihan yang terselip di pinggul kirinya, pagar kawat pembatas itu dialiri listrik bertegangan tinggi, dia harus berhati-hati untuk dapat memotongnya hingga tercipta sebuah lubang seukuran tubuhnya, agar dia bisa menyelinap masuk.

Peluh membasahi wajahnya yang masih mengenakan helm itu, wajah aslinya benar-benar tertutup rapat hingga tak ada celah untuk bisa dikenali siapa pun.

Diliriknya jam digital di tangannya, waktu tersisa 26 menit lagi.

Sebuah dinamit berukuran kecil namun memiliki daya ledak tinggi dia pasang tepat di pagar pembatas yang kini berlubang besar. Di pasangnya timer dengan durasi 26 menit.

Dengan merayap di tanah dia perlahan menuju sisi kiri gedung yang tidak ada penjaganya. Tiga menit kemudian dia sampai di sisi kiri gedung yang gelap tanpa penerangan.

Dikeluarkannya sebuah sarung tangan khusus dengan pengait dari metal, dia merayap bagaikan seekor cicak.

“Teruskan menuju arah jam 11.00 dari posisimu sekarang!”

“Perintah dicopy. Siap laksanakan.”

The Shadow merayap lebih ke kiri menuju sebuah jendela di lantai paling atas.

Dilihatnya isi ruangan itu, tampak tiga lelaki bertubuh besar membawa senjata laras panjang, seseorang yang lebih besar badannya memegang besi berkarat, lalu seorang pria tua berjas abu-abu, tengah asyik mengisap pipa cangklongnya dan seorang lagi sosok lelaki yang tangannya terikat ke atas dengan wajah berlumur darah.

The Shadow melirik jam digitalnya. 15 menit lagi.

Dia memukul kaca jendela, membuat siapa pun yang ada di dalam ruangan itu terkejut dan berbarengan menatap ke arah jendela, semua terlihat siaga,

Tiba-tiba sebuah shuriken melesat menyambar lampu ruangan yang langsung menimbulkan suara ledakan, seketika ruangan gelap gulita, The Shadow masuk ke dalam ruangan bersamaan melesatnya shuriken tadi.

“Nyalakan senter dan panggil bantuan dari lantai ba ....” Kata-kata pria bersenjata laras panjang itu terputus berbarengan dengan putusnya urat leher dan pita suaranya oleh senjata karambit dalam genggaman The Shadow.

Dua temannya yang sadar kalau temannya tewas mundur beberapa langkah dan menghujani dengan peluru-peluru panas dan tajam ke arah tubuh temannya yang lehernya putus itu, rentetan tembakan menyadarkan seisi gedung bahwa telah ada penyusup masuk.

Tembakan itu terhenti, sabetan sebuah katana pendek di lengan kiri The Shadow telah membabat putus leher kedua orang itu, kepalanya langsung terputus dan menggelinding ke lantai.

Pria berjas abu-abu mencoba mengambil sebuah pistol kecil dari sakunya. Tapi terlambat, tangannya telah putus sekali lagi oleh sabetan katana The Shadow, sedang tenggorokannya robek, memuncratkan darah segar akibat gerakan memutar karambit di tangan kanan The Shadow.

Lelaki bertubuh besar yang memegang besi panjang berkarat demi mendengar suara Bosnya meregang nyawa langsung menghambur ke arahnya dengan tongkat besi yang siap diayunkan kepada The Shadow, yang saat itu berdiri menghadang lelaki bertubuh besar.

Tetapi langkah lelaki itu tertahan. Dia berdiri kaku, batang besinya jatuh menimbulkan suara berdentringan dengan keras, ulu hatinya ternyata telah tertembus katana yang dilemparkan oleh The Shadow dengan cepat saat lelaki itu menghambur ke arahnya, detik berikutnya tubuh besar Sang Algojo itu terbanting ke depan tak bernyawa lagi.

The shadow maju dan menarik katananya dari tubuh lelaki itu, dengan sekali tebas tali yang mengikat kedua tangan sosok lelaki yang tubuhnya sudah lemah dan berlumuran darah itu terputus, tubuhnya melayang jatuh namun sempat ditahan oleh The Shadow yang langsung membopongnya.

Dia menyelipkan katana ke pinggang kanannya dan karambit di bahu kirinya.

Di ambilnya tiga buah dinamit serupa dengan yang dipasang di pagar pembatas, dia memasang timer untuk 10 detik.

Dengan berlari dia menuju jendela dari mana dia masuk tadi, waktu terus berjalan tak kenal ampun, lima detik kemudian tubuhnya telah menembus kaca yang memang sudah pecah akibat pukulannya tadi.

Saat itu juga pintu ruangan dijebol dan masuklah puluhan anak buah pria berjas abu-abu itu.

Lelaki yang masuk lebih dulu dan membawa senter melihat dinamit di depannya.

5 ... 4 ....

“Keluar! Ruang ini ada bomnya!” lelaki yang memegang senter itu berteriak.

3 ... 2 ...

Suasana kacau. Berebut untuk keluar dari pintu, karena saling himpit justru mereka terperangkap tak ada yang bisa keluar.

1 ...

Lelaki yang memegang senter berpikir nekat untuk melompat ke arah jendela.

0 ...

Terlambat. Ledakan besar terdengar, menggetarkan gedung itu, semua yang berada dalam ruangan langsung mati bersamaan dengan tubuh hangus terpanggang tak dikenali lagi.

Saat tubuh The Shadow yang memanggul lelaki bertubuh penuh luka itu melayang deras siap menghantam lantai semen di bawahnya, The Shadow cepat melemparkan sebuah tali khusus yang melesat ke puncak gedung, ujungnya langsung menancap ke dinding, tubuhnya tersentak dan memutar lalu meluncur ke bawah, kali ini dengan perlahan karena tertahan tali.

The Shadow memasang dinamit di beberapa bagian dinding, lalu berlari dengan tetap memanggul tubuh lelaki penuh luka itu. Dia berlari ke arah lubang tempat dia masuk.

Sebuah jeep tiba-tiba muncul mengejar The Shadow. The Shadow melirik jamnya, satu menit tersisa, dia mempercepat larinya, namun laju jeep itu semakin dekat dengannya.

Tinggal jarak beberapa meter lagi The Shadow telah berhasil melewati lubang itu, The Shadow melompat tinggi, dilemparkannya tubuh lelaki itu sejauh mungkin, dia sendiri terjatuh ke tanah dengan posisi tengkurap.

Saat itulah jeep merangsek pagar kawat, dinamit yang terpasang sebelumnya meledak berbarengan dengan dinamit yang dipasang di dinding gedung.

Gedung itu hancur sisi kirinya, dan berakibat meremukkan pondasi-pondasi sisi lainnya, sehingga tak bisa menahan beban. Gedung itu pun runtuh. Jeep yang mengejar The Shadow meledak dan terbakar.

“The Shadow, misi selesai. Letakkan tubuh Pak Mentri X di situ, sebentar lagi team KPK kita akan tiba di sana.”

‘Dicopy, Kapten, The Shadow kembali ke titik nol.” The Shadow menaiki motornya, memilih jalur berbeda.

Lamat-lamat terdengar suara beberapa mobil regu KPK menuju lokasi yang telah hancur oleh The Shadow, mereka menemukan tubuh Pak Mentri X yang penuh luka, selanjutnya membawa segera ke rumah sakit.

Sementara para anggota KPK saat itu menangkap banyak orang-orang yang berada di sisi sebelah kanan gedung yang runtuh. Orang-orang itu selamat, beberapa tampak terluka akibat berlarian dan saling tabrak saat ledakan terjadi.

===

Motor yang melaju menembus guyuran hujan itu memelankan lajunya, berbelok ke arah sebuah perumahan dan berhenti tepat di depan rumah Sang Ketua KPK. Guyuran hujan telah membersihkan jaket hitamnya dari percikan darah para Preman yang dibayar para Koruptor untuk menculik Mentri X.

Mentri X sejatinya akan mengumumkan daftar nama sesama Mentri yang terlibat korupsi, beberapa Mentri yang tak mau tertangkap KPK menyewa beberapa preman profesional untuk menculik Pak Mentri X di rumahnya.

“Perpect, The Shadow. Terima kasih.”

“Aku yang harusnya berterima kasih sama Papa yang telah mendidikku sampai seperti ini,” kata The Shadow.

The Shadow membuka helmnya, rambut panjang hitam tergerai, seraut wajah cantik muncul dari balik helm hitam yang selama ini menutupi wajah asli The Shadow, hingga dirinya tetap menjadi misteri bagi masayarat umum, bahkan oleh anggota kepolisian dan KPK sendiri.

Namun sepak terjang The Shadow sangat menggegerkan, karena motto hidupnya yang membuat para Koruptor harus berpikir ribuan kali untuk menantang The Shadow.

“Ketika hukum yang ada sudah tak berfungsi dan disalah fungsikan, bersiaplah menerima hukum alam dari hukum Rimba.” Kalimat itu yang tertulis dalam selembar kartu nama tanpa alamat, hanya berisi kalimat dan nama The Shadow, sebuah kartu yang selalu ditemukan nyaris ditiap penangkapan para Koruptor.

Gadis itu melepas jaket hitam dan memasukkan motornya, melepaskan semua senjatanya dan ransel yang berisi dinamit dari punggungnya. Kemudian dia keluar dari garasi dan menguncinya, menuju ruang tamu di mana Papanya tengah menemui beberapa Pejabat, Polisi dan beberapa anggota KPK lainnya.

”Semua Koruptor berhasil ditangkap, Pak. Anehnya sebagian dari yang tertangkap itu ternyata adalah yang selama ini me ....”

Sang Ketua KPK menahan anak buahnya untuk tak melanjutkan kata-katanya, dia malah bertanya tentang Pak Mentri X.

“Beliau saat ini tengah dirawat secara intensif di rumah sakit ZZZ, dengan dijaga oleh Kepolisian untuk mencegah tindakan yang tidak diinginkan.” Kali ini orang penting dari Kepolisian Negara yang berkata.

“Ada yang lain?”

Seorang anggota KPK menaruh selembar kartu nama. Dari warna kertas dan tintanya semua yang hadir di situ sudah paham maksudnya, semua merasa segan pada sosok pemilik kartu nama itu.

Ketua KPK melirik ke arah putrinya dengan lirikan penuh makna, yang dibalas putrinya dengan sebuah senyuman.

Senyuman manis yang bisa berubah jadi Bayangan Kematian, senyuman maut The Shadow.

SEKIAN

NB : Cerpen ini ditulis dengan iringan lagu Toxicity-nya System of Dawn yang dicover oleh Sanca Record. Cerita ini saya dedikasikan untuk semua Bapak-Bapak anggota KPK yang luar biasa.
datakkAvatar border
bukhoriganAvatar border
69banditosAvatar border
69banditos dan 9 lainnya memberi reputasi
8
1.2K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan