dikkysudrajatAvatar border
TS
dikkysudrajat
Tataboga Yang Menurunkan Kuliner Memang Selalu Menarik Jika Di kisahkan


Gernas Tastaka: Upadate Kuliner (1)

"Saya senang matematika saat di MI ketika dikaitkan dengan tataboga..." ujar seorang peserta TOT ketika pertanyaan wajib "Dlm peristiwa apa dan kapankan anda senang dan terkesan saat belajar matematika ?..". Nah, tataboga yang menurunkan kuliner memang selalu menarik jika dikisahkan, apalagi disajikan dalam semua peristiwa.

Berangkat jumat pagi dari depok, dari stasiun Gambir Jakarta hingga tiba di stasiun Pasar Turi Surabaya, biasa saja tak ada yg istimewa. Tahu goreng, bala bala (goreng lah), lemper ayam dan lontong isi sayur pedas plus 2 botol besar air kemasan menemani pagiku. Siang, memesan Nasi Rames ala restorasi KA Rp 35.000 dengan lauk ayam goreng, tempe orek dan tumisan buncis. Jika tak dilengkapi sambal yg enak, nasi agak segan ditelan.

Agak sore, saya ngopi dan melanggar pantangan, kopi sasetan kesukaan suheng Satria dan sebungkus kentang rasa bumbu rumput laut saya kudap. Semua biasa saja, dilakukan hanya memenuhi kewajiban mengisi perut dan wirid "ngopi", namun ketika turun di stasiun pasar turi, naluri saya langsung mengajar mampir warung Soto Madura (Asli) di depan masjid sisi kanan parkiran Stasiun Pasar Turi.

JOSS.... saya ditraktir mas Agung, segera mengudap semangkuk Soto daging dan nasi setengah, mengapa ? Karena sebagian kantung nasi kami siapkan untuk makan malam bebek Sinjai di Bangkalan. Minumpun sangat minimalis, teh anget tanpa gula. Saya lupa berapa mas Agung membayar, kurang dari Rp. 100.000.

Mobil sewaan daring membawa kami keluar dari surabaya melalui jembatan Suramadu (Surabaya Madura) sepanjang 5 Km itu menuju Bangkalan dan saya rasakan jembatan ini mur bautnya masih utuh, belum dipreteli sebagai besi tua seperti mitos itu. Jokowi di periode awal, memangkas ongkos menyebrang dari 30 ribu menjadi 15.000 dan periode ke-2 ini menggratiskannya.

Usai melewati jalan di ruas kabupaten Bangkalan dari ujung jembatan, saya lihat, tanah yg sangat luas itu belum terlihat kawasan industrinya. Dugaanku bahwa sudah dikuasai oleh pemain tanah dan menjadi tidak ekonomis jika dibangun pabrik di sana, dikuatkan oleh pendapat supir mobil sewaan saat saya pulang, pak Ipung ini penduduk bangkalan. Alamak, ketika berniat mampir membeli makan malam, warung bebek Sinjay terlihat sepi dan gelap. Sudah tutup.

___________________________________________________________________________________

Gernas Tastaka: Update Kuliner (2)


Untunglah kami berdua sudah mengudap Soto Madura di Stasiun Pasar Turi Surabaya sehingga meskipun kuciwa, namun perutku masih cukup kenyang untuk tidak lagi di "Top Up". Saya masuk kamar Hotel Rose di belakang Pondok KH. Syaichona M. Cholil dan tak keluar lagi, sebelum tidur, saya "topup" dengan sekotak kecil susu yg kubawa dari rumah dan air putih.

Hotel ini menyiapkan makan pagi, namun nasi kotak hanya diletakan di depan pintu tanpa memberi tau saya, untunglah ada feeling bahwa akan terjadi seperti itu. Menu makan pagi cukup lezat. Nasi putih dengan sayur santan krecek, sepotong kecil ikan goreng tuna, rempeyek dan tumisan potongan kecil paru sapi goreng dan sekali lagi sambal lezat. Saya habiskan sarapan itu dan menuju pondok jam 07.30.

Pelatihan dibuka oleh wakil pimpinan pondok dan harapan saya memperoleh sekedar teh atau kopi panas secangkir musnah, hingga saya pulang ke Hotel pukul 11.00, kami dijamu minuman botolan palstik dan gelas plastik dan kudapan istirahatpun untuk peserta dan kami adalah "crackers" plastikan olahan pabrik dengan minuman botolan plastik juga. Mas Agung menggumam di WA internal tentang tingginya pemakaian plastik ini, sampai2 beli kopi panas di warungpun di gelas plastik.

Makan siang saya beli di warung depan hotel. Nasi putih panas dengan Lele Goreng, tempe dan tahu masing2 sepotong kecil (what a nice piece of tempe goreng), sekali lagi yg kusukai di Surabaya dan Madura ini adalah sambalnya, sehingga nasbung lele seharga Rp. 12.000 itu ludes. Kafe di depan hotel tutup pagi sd siang hari, hari itu seharian saya tidak ngopi.

Tuhan mengabulkan keinginanku mencoba ulang Nasi Bebek Sinjay. Saya singgah dan beli 1 paket seharga 23.000 dengan mengantri sekitar 15 menit karena di jam makan siang, cukup banyak yg memesan "take out" antara 5 bungkus sd 50 bungkus. Meski sudah makan siang lele sambal penyet tadi, nasi bebek sinjay tetap saya makan selagi hangat di hotel sore hari. Tak bisa dipungkiri, rasanya termasuk sambalnya dengan bebek goreng yg "oily" memang cocok dengan lidah Suroboyoan, asin gurih pedes.

Karena malam tak lagi makan besar dan hanya menenggak susu cair di kaleng bermerk yg kondang itu, jam 06.00 saya sudah sarapan di hotel. Sekali lagi biasa saja, bahkan teh dan kopinya belum panas. Alamak sejak kemarin dari bangkalan saya "disiwak" omben2 panas, oleh karena itu, di stasiun pasar turi saya membeli secangkir Americano blended arabica gayo dan robusta (entah dari mana) sangat panas.

Di ruang tunggu stasiun dan di KA saya menikmati kopi panas lezat seharga Rp. 20.000 itu (sebagian saya masukan termos mini khusus kopi). Thx God sudah memberi kegembiraan di hari ahad ini dengan memberi kenikmatan kopi tersebut.
Depok, aku pulang. 

Penulisan oleh dikkysudrajat
Karya.Original
Cerita Pendek Tentang Keseharian, Pengalaman, dan Opini pribadi

Diubah oleh dikkysudrajat 27-03-2022 09:56
0
289
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan