Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jahemerah01Avatar border
TS
jahemerah01
Wow, Ini Nih Fakta Varian Covid-19 Omicron, Mutasi Berkali-Kali Sejak 2020


Munculnya varian baru Covid-19, yakni Omicron menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat. Salah satunya adalah kemampuan varian tersebut untuk mengelabui atau menghindar dari  pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) lantaran mutasinya terlampau banyak.

Menurut ahli patologi klinis sekaligus Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS Universitas Sebelas Maret Surakarta Tonang Dwi Ardyanto, varian Omicron masih bisa dideteksi menggunakan tes PCR. Adapun, mutasi yang disebut-sebut  mencapai 30 itu sebenarnya adalah titik mutasi, alih-alih jumlah mutasi.

"Yang 30 itu titik mutasi, bukan jumlah gen yang menjadi titik mutasi. Sampai saat ini, PCR mendeteksi semua varian Covid-19. Untuk pencegahan dan tata laksana klinis, tidak harus tahu apa variannya. Identifikasi varian lebih untuk keperluan epidemiologi dan kebijakan kesehatan," katanya dalam sebuah forum diskusi daring beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, Tonang mengungkapkan sebenarnya cikal bakal varian Omicron sudah ada sejak pertengahan 2020. Kemudian cikal bakal dari varian tersebut berkembang atau bermutasi berkali-kali hingga titik mutasinya lebih kompleks daripada varian Delta.

"Cikal bakal [varian] Omicron sudah ada sejak pertengahan 2020. Terus bermutasi berkali-kali, baru muncul dan berkembang saat sudah banyak orang tervaksinasi, terinfeksi [varian] Delta atau keduanya. Maka titik mutasinya lebih kompleks daripada Delta. Jadi, bukan karena istimewa," katanya.

Kemudian terkait dengan mutasi virus, menurut Tonang pada dasarnya virus apapun rentan bermutasi. Mutasi terjadi akibat kegagalan mekanisme check-point saat bereplikasi. 

Baca : Perhatikan Perbedaan Gejala Flu Biasa dengan Omicron

Khusus untuk virus SARS CoV-2, sejauh ini dilaporkan sudah terjadi lebih dari 4.000 mutasi virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu.

"Hanya hampir semuanya tidak signifikan berpengaruh bagi manusia. Hanya sebagian kecil yang signifikan. Ini yang kita kenal VoI dan VoC," katanya.

Tonang menjelaskan sebagian kecil mutasi yang menjadi signifikan ini terjadi karena adanya tekanan (selection pressure)  virus harus berusaha bagaimana caranya tetap bisa menginfeksi. Di luar faktor perubahan alami, selection pressure bisa karena faktor tindakan pencegahan penularan atau protokol kesehatan, pemberian terapi atau vaksinasi.

"Virus dengan mutasi-mutasi tertentu yang signifikan akan bisa menghindar atau escape and evade dari hal-hal tersebut. Maka sering juga disebut escape mutation," tuturnya.

Virus bisa bermutasi bila bereplikasi. Virus hanya bisa bereplikasi bila berada dalam sel manusia. Oleh karena itu, diperlukan upaya agar virus tak memiliki kesempatan untuk masuk atau berada di dalam sel tubuh manusia.

Saat cakupan vaksinasi baru sedikit mulai ada selection pressure terhadap virus. Hal tersebut mendorong virus bermutasi saat bisa masuk ke sel manusia yang belum tervaksin. Kemudian menyebarkan hasil mutasi itu ke yang lain. 

"Karena itulah pada titik tersebut, pilihan strategi adalah protokol kesehatan. Sampai nanti perlahan cakupan vaksinasi makin tinggi, dan makin mampu menahan sebaran infeksi. Itu terjadi karena yang sudah tervaksin akan menjadi benteng pelindung bagi yang belum tervaksinasi," tegas Tonang.

Sumber : https://hypeabis.id/read/10597/fakta...ali-sejak-2020

Diubah oleh jahemerah01 11-02-2022 08:22
0
586
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan