Sang Pria Hujan Part 1

Hari ini seperti hari sebelumnya, sangat mendung dan sejuk. Setelah musim hujan, saya merasa sangat tenang dan menikmati suasana hari yang mendung di taman. Aku tidak akan pindah dari tempatku. Saya ingin melihat apakah hujan.
Nama saya ZiaZahra (Zi). Saya berumur 19 tahun dan seorang mahasiswa di Universitas Brawijaya. Saat ini saya sedang menikmati liburan pertama saya setelah belajar dua tahun lalu.

Tiba-tiba rintik hujan menerpa wajahku dan semua orang mencari tempat berteduh. Tidak seperti saya, saya masih duduk di bangku taman dan menikmati dinginnya rintik hujan dan angin sepoi-sepoi.

"Apa yang kamu lakukan di sini, jangan ganggu, pergi dan ambil ini" Apa ini, mengapa ada payung di kepalaku dan siapa pria sombong dan dingin ini? ??
Tatapannya lurus ke depan dan dia mengenakan topeng hitam dengan payung hitam, tunggu. Semua hitam.
"Siapa sih... nerd itu keren sekali" Aku mengabaikan kata-kata dan pikirannya.

Dia perlahan-lahan memindahkan payungnya agar tidak menghalangi air hujan yang menetes ke wajahnya.
Mengapa ini? Tangannya memegang gagang payung
dengan kuat, sehingga sangat sulit untuk memindahkan payung itu.

"Jangan coba-coba bergerak. Ambillah. Pergi dan mengungsi. Jika kamu duduk diam di sini, hujannya akan deras." Kata-katanya sedikit naik, menatapku dan dia. Dia mengungkapkan warna mata merah cerahnya dengan ekspresi tajam di matanya.

“Bukan… ini payung, nanti jadi gila.” Karena takut, aku pergi dengan membawa payung.
Apakah dia punya payung? Jelas saja dia sendiri tidak memakai payung, kenapa dia memberikannya padaku..?.
Setelah berjalan beberapa langkah,kucoba melihat kembali orang asing itu.

"Kemana dia... Barusan tadi.. Lah ..kok..." Tibatiba Aku merasa merinding dan semakin mempercepat langkahku.
Rumah dan taman tempat saya duduk sangat jauh sehingga saya harus naik bus untuk pulang.

“Hari ini seperti kemarin, aku menunggu sendirian di halte bus yang hujannya deras ini.” Tiba-tiba aku teringat seorang pria kemarin. Wajahnya tidak terlihat jelas karena matanya terpaku pada pria di seberang jalan
itu dan saat itu hujan deras.

"Orang ini ..." Aku mengerutkan kening dan menyipitkan mata, agar aku bisa mengingat dan melihat lebih jelas.
“Orang yang memberiku payung itu orang yang sama
seperti kemarin…?” Aku heran dengan laki-laki yang satu ini, kenapa dia sangat menyukai hujan, apa dia tidak sakit, mungkin Rain adalah air matanya, kan? menanggung beban yang berat?
Pertanyaan terus muncul di benak saya, dan saya pusing memikirkannya.

"Saya baik-baik saja, jangan mengeluh."
Tiba-tiba, saya terkejut melihat
di bangku terakhir di halte bus, kapan pria itu duduk di sana, dan
Pakaiannya sama seperti sebelumnya, tetapi kering dan bersih.

“Berapa lama dia di sana, ketika pakaiannya kering, apa-apaan ini dia hantu.” Tenang, aku sedikit takut melihatnya, karena matanya merah cerah. Lihatlah dia.

Saya tidak menyadarinya, air mata keluar, hati saya sesak, dan saya ingin berteriak sekeras mungkin, tetapi tidak ada seorang pun di sana.
Saya duduk di halte bus dan menangis, tetapi saya tidak berani menangis.

Aku mendengar langkah kakinya mendekatiku, aku bahkan tidak bisa mengangkat kepalaku, aku sangat takut.
“Jangan khawatir… aku pergi sekarang, bus akan segera datang, maafkan aku.” Suaranya lembut, tidak seperti nada suaranya yang sangat dingin dan menakutkan.
Ketika saya mendengar suaranya, hati saya sedikit tenang. Anda tidak bisa mengangkatnya dan melihat. Saya hanya melihat kaki dan sepatunya dengan santai mulai berjalan di tengah hujan.

Aku perlahan mengangkat kepalaku dan melihat punggungku masih pucat karena hujan lebat. Dan pasti busnya datang, jadi saya mau pergi dan naik bus ...
"Um, aku merindukan sebuah buku" Kata sopir bus dan menunjuk ke kursi di halte terlebih dahulu.

Saya langsung naik bus tanpa memikirkan apapun. Tidak peduli apakah buku itu milik saya atau bukan. Yang penting kamu bisa pulang. Saya tidak ingin tinggal di halte bus ini.

Thread belum selesai, akan saya lanjut di thread selanjutnya.

Nocopyright.
Ide dan penulisan saya pribadi.