Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

agusrezapratam4Avatar border
TS
agusrezapratam4
SEPOTONG KORAN MEMBAWA KENANGAN


Dulu semasa sekolah ane pernah kenal dekat dengan seorang tukang becak mesin yang sering mangkal didekat sekolah. Kisah awal perkenalan sampai perpisahannya juga begitu heroik lalu kejadian hari ini mengajak ane bernostalgia dan menggamblangkan sebuah cerita.

Hari itu entah tanggal berapa ane sedang mengikuti pesantren kilat yang diadakan oleh pihak sekolah. Pagi, siang, sore sampai menjelang magribh tentu saja diisi dengan kegiatan agama yang notabenenya adalah kegiatan yang sedikit berseberangan dengan aktifitas ane sehari-sehari selaku anak warnet dan agak "bargajul". Sampai saat akan Isya, ane dan teman-teman ane membahas kegiatan setelah selesai tarawih yaitu kegiatan yang ane lupa "tahapa" namanya. Kata temen ane kegiatan nanti malam adalah kegiatan berdiam diri, lampu dimatikan, "distel musik sedih" terus disuruh membayangkan jika tiba-tiba ada bendera merah didepan rumah. Disuruh membayangkan orang tua meninggal, what? Sontak nyali ane ciuttt dan ane memutuskan untuk "cabot" dari kegiatan tersebut.

Benar saja, ane dan Putra memutuskan untuk melakukan skenario pamungkas jempolan yang sudah sering kami lakukan yaitu berpura-pura sakit perut. Kebetulan si Putra sudah dikenal punya penyakit maag kronis yang dibuktikan dengan surat sakit hasil dari "kongkalikong" antara si Putra dengan pacarnya yang jauh lebih tua umurnya dan kebetulan bekerja di rumah sakit. Akhirnya malam itu ane membopoh si Putra yang merintih sembari memegang perutnya diberi izin untuk meninggalkan kegiatan pesantren kilat. Sedapnya lagi kami berdua diberi dua bungkus nasi kotak, dua roti dan dua kotak mini susu coklat jatah dinner kegiatan pesantren kilat.

Dengan hati gembira walaupun penuh dosa kami berjalan pulang sambil terbahak-bahak. Si Putra naik angkot pulang ke rumahnya dan ane berencana naik becak menuju warnet, menghabiskan waktu dengan "paket malam" dan berencana pulang esok pagi supaya tidak ketahuan "boss" cabot dari kegiatan pesantren kilat.

"Wak becak Wak, ke simpang teratai"

"Oke dek, naek la"

Ane lihat Uwak tukang becak membawa anak laki-lakinya seumuran sekolah dasar ikut duduk di "jok belakang"

Brengghhh teketekketek ketek ketek ketek sembari suara becak tua berjalan pelan ane memulai percakapan basa-basi sampai basi.

"Wak, narek bawak anggota wak ya?"

"Iya dek kakakmu mau magribh tadi pulang kampong, sakit parah mertua"

"Ooo pantesla wak, uda makan ko dek?" basa-basi ane bertanya pada si anak uwak tukang becak tapi bocah tersebut hanya diam dan sedikit melempar senyum lalu kemudian ayahnya yang menjawab.

"Belum makan kami dek, gak sempat kakakmu masak tadi karena buru-buru."

"Bah beseraknya tukang nasik disine wak"

"Dibawak kakakmu tadi duit semua dek, namanya panik mamaknya sakit. Ini pun baru kaunya sewaku dari sore tadi. Payah dek bulan puasa gini gak ada sewa, belum ada duit belik nasik"

"Mak, sedih juga bah" dalam hati ane

Sampai di simpang teratai ane turun dan membayar ongkos becak yang biasanya lima ribu karena empati ane bayar dua puluh ribu plus ane serahin nasi kotak, roti dan susu tadi ke si adek anak uwak tukang becak.

"Bah, kok baik kali ko dek, ngapai ko kasih nasikmu ini? Nanti ko kekmana"

"Udah gakpapa wak, aku tadi uda makan dua kali di sekolah karena aku panitia acara pesantren wak. Ongkosnya pun simpan aja baleknya wak, mamakku tadi pagi ngasih jajan banyak, baru narek jula-jula dia"

"Makasi yaa dek, makasi yaa bang" ucap mereka anak-beranak.

Setelah uwak tukang becak berlalu ane pun "menyetop" angkot menuju arah pulang ke rumah. Ane gak jadi main warnet karena duit habis dan perut sudah lapar.

Beberapa hari kemudian entah kenapa ane jadi sering berpapasan dengan si uwak tukang becak. Beliau senyum ane ikut senyum, beliau mainin alis keatas tanda sapa, ane ikut mainin alis keatas, beliau klakson tiiin tiiin ane kaget hahaha cringe

Sejak kejadian malam itu ane jadi akrab dengan si Uwak tukang becak. Sesekali pulang sekolah ane duduk dekat tempat "ngetem" si uwak tukang becak sambil bercerita tentang politik, sosial dan budaya. Namanya tukang becak banyak kali "kuahnya". Kebetulan selain tukang becak si uwak juga "tukang ngantar" koran ke "kede-kede" maka beliau banyak tahu tentang berita hingga membuatnya makin "banyak cakap". Paling sering kami bahas "si Togar" dari Koran Posmetro Medan.

Sampai disuatu pagi,

Seperti biasa ane berangkat sekolah dengan "stel kandas" dan wangy. Rambut klimis belah tengah pakai minyak rambut gatsby. Memakai baju monyet ala anak kejuruan masa kini. Menyongsong pagar sekolah dengan senyum dan semangat berapi-api. Percaya diri menghadapi ujian praktek kejuruan akhir semester yang sudah lama dinanti.

Sampai di depan ruangan ternyata Mr.X sudah menunggu didepan pintu. Jantung ane seketika berdegup dengan amat sangat cepat. Dag dig dug dag dig dug dag dig dug. Teringat uang sekolah sudah dua bulan ane "seleapkan" untuk main warnet. Benar saja si Mr.X yang adalah petugas administrasi mengusir ane dari sekolah karena sudah berulang kali terlambat membayar uang sekolah karena "ane seleapkan untuk men warnet".

"KAMU TIDAK BOLEH IKUT UJIAN SEBELUM ORANG TUAMU DATANG!!!"

Mahu marah, beliau orang tua dan berbadan besar serta berkumis tebal. Mahu sedih, salah ane sendiri. Akhirnya dengan pandangan menunduk serta rambut yang tak lagi klimis ane keluar dari gerbang sekolahan.

Menyusuri jalan ane terombang-ambing dalam kebingungan. Kalau ngadu ke ortu nanti digimbal karena uda "nyeleapkan uang sekolah" kalau gak ngadu gak bisa ikut ujian sama dengan gak lulus. Duh

Tiba-tiba. . .

Brengghhh teketekketek ketek ketek ketek suara becak tua berjalan menghampiri.

"Loh, mau kemana ko dek? Gak ujian ko?"

"Diusir aku wak gak dikasih ujian karena kumakan uang sekolahku"

"Hahahaha mantabla aku pun dulu gitu, ayok ikut ko ngantar koran nanti kukasih uang capekmu"

Tanpa pikir panjang karena tak tahu lagi kemana melangkah akhirnya ane "mengiyakan" ajakan si uwak tukang becak. Melanglangbuana kami mengantar koran demi koran ke "kede-kede".

Sampai pukul sepuluh lewat setelah kami selesai membagi koran si uwak tukang becak mengantarkan ane kembali ke sekolah dan memberi beberapa lembar uang.

"Bah, kok banyak kali wak? Nanti uwak kekmana"

"Udah gakpapa dek pegang aja, istri uwak baru narik jula-jula. Ko bayarkanlaa uang sekolahmu. Bagus-bagus ko sekolah ya, boleh bandal tapi tamatkan sekolahmu ya dek biar jadi orang"

Singkat cerita akhirnya ane bisa ikut ujian praktek kejuruan akhir semester dan lulus dengan peringkat lima dari belakang. Lumayanlah untuk ukuran ane yang biasa-biasa aja dan kebetulan sekolah di tempat anak-anak pejabat. Sejak saat itu ane tidak pernah lagi bertemu si uwak tukang becak karena tamat sekolah ane pindah ke Asahan.

Begitulah kehidupan. . . Apa yang kita tanam itulah yang kita tuai maka jangan berhenti menebar kebaikan pada siapapun sekalipun kepada orang yang belum kita kenal.

Begitu juga dengan potongan koran yang ada pada foto ini. Kebaikan dan keikhlasan seluruh warga SMP Negeri 1 Pulau Rakyat dalam menanamkan pola pendidikan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan telah menjadikan sekolah nan betuah ini mendapat gelar Sekolah Adiwiyata Mandiri.

Terkhusus Ibu Kepsek kami yang tetap berjuang sampai detik akhir memasuki masa purnabakti. Penghargaan dari dua menteri sampai dua kali dengan membawa bendera sekolah yang berbeda serta penghargaan khusus dari Bapak Bupati tak membuat beliau melangitkan diri malah beliau membuka diri kepada siapapun yang ingin belajar bersama hingga semua sekolah dapat menjadi Sekolah Adiwiyata.

Panjang umur sehat selalu Bu. . .
Budi baik Ibu akan selalu terkenang.



indrag057Avatar border
ciptorosoAvatar border
phyu.03Avatar border
phyu.03 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.1K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan