Begitu istimewanya seorang ibu, hingga ada sebiah tanggal untuk memperingati di 22 Desember.
Namun apakah di 22 Desember saja kita menghormati dan mengagungkan seorang ibu?

Siapa yang bangga pada ibunya, siapa yang benci, siapa yang hormat dan siapa yang membangkang?
Suapa yang ingin jadi ibu dan siapa yang tidak?

Pernah aku tulis sebuah trit, bahea tak gampang menjadi ibu, persiapan menjadi tauladan harus benar benar dimatangkan. Jangan sampai ada geregetan dan penyesalan dikemudian hari.

Kata ibu pun tak disandang oleh wanita namun juga disematkan pada negeri ini dengan julukan ibu pertiwi
Ada lagi kata ibu pada anggota tubuh kita yaitu ibu jari, untuk tempat pusat pemerintahan ibu kota

Begitu agung kata ibu, menunjukkan sebuah keutamaan. Sudahkah kita mengutamakan seorang ibu?
Aku yakin pasti semua mengutamakan ibunya, lebih dari apa pun. Sempatkan untuk selalu membuat dia bahagia, dengan senyuman yang selalu menghias di wajahnya.

Selagi nafas masih dikandung badan, jangan sia-siakan, karena doa ibu adalah segalanya untuk perjalanan melintasi masa selama di muka bumi. Amarah seorang ibu bukanlah sebuah kebencian. Kadang itu adalah suatu kekhawatiranpada buah hati.

Ibu mempunyai ruang yang cukup luas di hatinya untuk memaafkan segal kesalahan buah hatinya. Dia juga akan berusaha menghapus semua kesalahan atau khilaf anak-anaknya dengan memohonkan ampunan pada Yang Mahakuasa.

Sayangi ibu selagi ada, ibu takkan bisa tergantikan oleh siapapun. Tuhan telah memberikan keistimewaan pada seorang ibu.
Kenanganku bersama ibu kurangkum dalam tulisan ini.

Mengajariku Menjahit dan Menyulam

Ibu mengajarkan bagaimana cara menjahit baju yang robek dengan jahitan tangan, tentu sangat senang sekali melihat hasil jahitan tangan sendiri. Bila ada baju yang sobek atau kaos kaki bolong, aku tidak minta bantuan ibu lagi untuk menjahit.

Pernah saat mendapat tugas boneka kucing saat SMP, ibu hanya mengajari cara menjahit dengan tangan yang rapi. Jahitan tangan ibu memang rapi sekali. Pernah menjahit pinggiran sprei, sangat rapi seoerti jahitan mesin.

Memasak dan Membuat Kue

Aku paling suka sayur asem dan ikan tongkol waktu kecil. Aku selalu berada di belakang ibu saat di dapur, melihat bagaimana ibu memasak. Tapi tidak sepandai ibu, masakan ibu selalu rnak. Nasi kuning buatan ibu selalu kurindukan dan tidak ada duanya. Sampai sekarang aku belum menemukan nasi kuning yang rasanya seperti buatan ibuku.

Aku masih ingat pertama kali diajari ibu membuat klemben dengan cetakan 2 telur dan dikocoknya masih manual, pegel dan kemeng lengan, ngopyok sampai mengembang.

Ibu juga membiarkanku berlatih nguprek di dapur walau pasti hasilnya bikin mringis seisi rumah waktu itu. (mungkin sampai sekarang ya, biar saja yang penting anak-anakku suka, orang lain lewat).

Suara Ibu Merdu

Saat aku masih kecil dan ibu masih berusia kepala tiga, ibu sering bersenandung dan mengikuti lagu yang diputar dari tape recorder. Suaraku saja kalah merdu, saat melantunkan ayat suci pun enak didengar (sayang aku takpunya rekaman suaranya)

Masih ingat waktu kutanya kenapa suara ibu bisa merdu, jawaban ibu semua saudaranya bersuara merdu mungkin sudah keturunan

Masih banyak kenangan-kenangan kecil yang masih tersimpan dalam lipatan ingatan. Mungkin bila kutulis semua bisa panjang dan bersambung.

Kini tinggal kenangan, yang akan selalu muncul ke permukaan rasa ketika hari ibu dirayakan. Kehilangan itu luka, bukan bermaksud meratapi, tapi pasti akan selalu ada secuil penyesalan, masih ingin selalu bersamanya.

Hanya doa yang kuterbangkan ke langit, begitulah caraku memelukmu dari jauh. selamat hari ibu, terima kasih sudah memberikan kasih sayangmu dan banyak mengajarkan kebaikan padaku dan anak-anakku. Semoga Allah memberi surga yang indah.

🌺🌻🌼💖💝

Sumber gambar https://pin.it/52oU6bi