Dengan keanekaragaman suku dan bahasa di Indonesia, ditambah lagi kita punya bahasa nasional, yaitu bangsa Indonesia, maka hampir tiap warga Indonesia menguasai minimal 2 bahasa, yaitu bahasa daerah sebagai bahasa ibu, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Dan Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara pengguna bilingual (dua bahasa) terbesar di dunia dengan 57,3 persen warganya bisa berbicara dengan dua bahasa.

 Tapi ternyata hal itu belumlah cukup. Seiring perkembangan arus modernisasi, maka warga Indonesia juga dituntut untuk bisa berbahasa inggris sebagai bahasa resmi dunia. Dan hal itu menjadikan sebagian besar warga Indonesia bisa berbicara dalam tiga bahasa (trilingual), yaitu bahasa daerah masing-masing, bahasa Indonesia dan bahasa inggris.

 Bahkan menurut lembaga survey SwiftKey, dengan 17,4 persen warganya yang mampu bicara dalam 3 bahasa, Indonesia telah dinobatkan sebagai negara pengguna trilingual (tiga bahasa) terbesar di dunia. Masih menurut SwiftKeys, 27,5 persen warga Indonesia bisa berbicara dengan lebih dari satu bahasa. Jika dibanding negara tetangga yang bahkan nggak memiliki bahasa nasional, tentu Indonesia lebih unggul.

 Sepertinya rasa persatuan telah mendarah daging di tiap warga Indonesia. Rasa nasionalisme kita sangat tinggi. Kita bangga jadi warga Indonesia. Hal ini tercermin dari salah satu slogan yang kita miliki, bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Jika ujung timur Indonesia diserang, tentunya ujung barat Indonesia akan membantu. Meski kita memiliki 1300 lebih suku bangsa, tapi kita tetaplah Indonesia. Hal ini tentu jadi keunggulan dibanding bangsa yang lain yang bahkan nggak memiliki rasa nasionalisme.

 Akhir-akhir ini kita udah sering melihat fenomena baru di dunia maya, bahkan para netizen Indonesia pun punya rasa persatuan yang kuat. Satu netizen Indonesia diserang oleh netizen dari negara lain, maka netizen seluruh Indonesia akan balas menyerang. Meskipun kadang hal ini kadang membuat netizen indonesia dicap sebagai netizen yang 'kurang sopan'.

 Memang sebagian besar orang Indonesia mempunyai minimal dua keahlian. Mungkin karena dalam menjalani kehidupan sehari-hari, orang dituntut untuk mempelajari hal baru agar bisa tetap menghasilkan. Seperti misalnya seorang tukang bangunan, dia pasti mengerti juga soal instalasi kelistrikan rumah, bahkan bisa juga merambah jadi tukang ledeng. Dalam bermain musik juga demikian, satu orang bisa bermain gitar, drum, bass dan keyboard. Hal ini adalah suatu bukti kalo sebagian besar orang Indonesia adalah multitalenta.

 Bandingkan dengan bangsa di negara lain, disana kebanyakan warganya cuma memiliki satu keahlian aja, dan nggak punya bakat di bidang lain. Tapi sisi positifnya, mereka betul-betul terjun total dan mendalami satu keahliannya itu, hingga negara itu bisa memiliki banyak orang yang bener-bener expert di bidangnya masing-masing.

 Multitalenta bisa menjadi suatu kelebihan dari warga Indonesia, tapi juga punya satu kelemahan. Dengan banyaknya bidang yang ditekuni, maka orang Indonesia jadi kurang begitu expert dalam salah satu bidang. Jika orang Indonesia mau menekuni satu bidang keahlian saja, maka kita akan memiliki banyak sekali expert yang benar-benar handal.

 Ini masih berhubungan dengan multitalenta tadi. Kebanyakan warga Indonesia bisa bermain gitar. Sering kita jumpai anak-anak nongkrong membawa gitar, bernyanyi bareng-bareng. Bahkan alat musik yang digunakan pengamen pun yang paling umum adalah gitar. Seakan orang Indonesia dari semua kalangan bisa bermain gitar. 

 Jika dibandingkan dengan negara lain, disana cuma musisi sejati yang bisa bermain gitar, tapi mereka sangat ahli dalam hal itu. Dan orang yang bukan musisi seakan enggan belajar bermain gitar. Meskipun begitu, Indonesia juga memiliki gitaris-gitaris handal, bahkan anak-anak kecil dan cewek pun juga banyak yang ahli bermain gitar dan sampai terkenal di dunia maya.

 Alat musik gitar memang gampang ditemui dimana aja dan gampang dipelajari, ditambah lagi kebanyakan orang Indonesia suka dengan musik, jadi mungkin itulah sebabnya banyak orang indonesia yang belajar gitar. Meskipun cuma genjrang-genjreng nggak karuan dan cuma hafal kunci dasar aja, tapi setidaknya mereka mau belajar sampai bisa bermain gitar.

 Sopan santun sepertinya sudah menjadi budaya di negeri kita ini, dan merupakan salah satu peraturan yang nggak tertulis. Kayak udah jadi kewajiban bagi yang lebih muda untuk menghormati yang lebih tua. Bahkan panggilan dan cara bicara pada yang lebih tua pun juga berbeda. 

 Kita udah tau kalo kita harus menunduk atau minimal menyapa kalo kita lewat didepan orang tua yang lagi duduk, padahal peraturan ini nggak kita jumpai dalam pelajaran sekolah. Mungkin karena rasa sungkan yang dimiliki bangsa Indonesia lah yang membuat kita punya peraturan nggak tertulis semacam itu.

 Bandingkan dengan negara-negara barat yang bahkan nggak memiliki panggilan khusus untuk orang yang lebih tua ataupun lebih muda kayak di negara kita, mereka cuma memanggil nama gitu aja pada orang yang lebih tua tanpa embel-embel kakek-nenek, mbak-mas, abang, kakak, pakde, bude, uwak, bli, tulang. etc. Mereka juga nggak punya yang namanya rasa sungkan atau ewuh pakewuh. Dan hal ini membuat Indonesia lebih unggul dalam hal kesopanan.

 Meskipun di beberapa negara asia juga punya adat kesopanan, seperti di Jepang dan Malaysia yang juga punya panggilan khusus pada orang yang lebih tua, tapi tetap saja Indonesia memiliki kesopanan yang lebih halus. Di beberapa daerah di Indonesia bahkan bahasa yang digunakan untuk ngomong dengan yang lebih tua itu pun berbeda.

 Hal yang disukai oleh turis mancanegara dari indonesia adalah iklim tropis, keindahan alam dan warganya yang ramah. Memang orang Indonesia udah terkenal sebagai bangsa yang ramah. Kalo kita berpapasan dengan seseorang di jalan, meskipun kita nggak kenal, pastilah kita akan melempar senyum, atau mungkin malah menyapa.

 Di negara-negara barat, nggak ada budaya semacam ini. Kalo mereka berpapasan sama yang nggak dikenal, yaudah jalan terus aja tanpa menoleh. Mereka suka negara kita karena mudah saja mencari informasi, kalo misal mereka lagi di Indonesia dan bertanya pada sembarang orang yang mereka temui, tentu orang itu akan menjelaskan dengan senang hati. Mungkin karena warga Indonesia emang suka berinteraksi dengan orang lain, membuat warga Indonesia jadi ramah pada siapa saja.

 Tapi ternyata akhir-akhir ini, yang terjadi di dunia maya sangat bertolak belakang dengan kehidupan nyata. Menurut survei dari beberapa lembaga, netizen indonesia terkenal sebagai netizen yang paling nggak ramah, hal ini bisa dilihat dari perilaku netizen indonesia di dunia maya yang nggak akan segan menghujat dan mengolok-olok secara beramai-ramai.. Ayolah netizen Indonesia.. tunjukkan kalo kita adalah bangsa yang ramah dan bersahabat.. Come on.. tunjukkan jati diri kita yang sebenarnya...

 Perilaku gotong royong juga merupakan salah satu karakter dan kepribadian warga Indonesia, dan sudah jadi kebiasaan yang turun temurun sebagai suatu bentuk solidaritas sosial antar warga.  Contoh yang paling nyata yang sering kita jumpai adalah kerja bakti di lingkungan masing-masing. Bagi orang Indonesia, gotong royong punya beberapa manfaat, yaitu menciptakan kebersamaan dan persatuan, disamping itu juga membuat pekerjaan jadi lebih ringan dan cepat selesai.

 Kita jarang menjumpai budaya gotong royong ini di negara lain, apalagi di negara-negara barat. Mungkin karena sifat individual yang tinggi lah yang menyebabkan nggak adanya budaya gotong royong ini di negara lain. Mereka lebih memilih kerja nyari duit daripada membantu, dan lebih memilih mencari orang yang ahli untuk melakukan pekerjaan untuk kepentingan umum.