Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bintanghuAvatar border
TS
bintanghu
Kak Mawati : Singgle Parent yang Menjadi Inspirasi Desa

Saya tidak tahu nama asli beliau, namun orang sekampung memanggilnya Mawati, seorang wanita paruh baya yang tinggal disebuah Desa terpencil di provinsi paling barat Indonesia.
Setiap pagi, saat fajar belum menampakkan diri dan saat orang pada umumnya masih terlelap, beliau pergi menyusuri sungai dengan sampan kecilnya. Sejauh satu kilometer ia mengarungi sungai untuk mencari kayu bakar. Setelah matahari telah menunjukkan jati dirinya, ia bergegas pulang membawa pulang kayu bakar untuk memasak ikan dan kepiting bakau yang semalam beliau cari di tambak warga yang sudah terbengkalai. Setiap malam setelah menunaikan ibadah shalat isya, dengan senter kuning jadul dan sebuah pengait kecil yang terbuat dari besi serta jala, ia bergegas mencari ikan dan kepiting. Rutinitas itu sudah ia lakukan semenjak saya masih Sekolah Dasar. Iya, saya bukan anaknya melainkan saya teman anaknya.

Gambar

20 tahun yang lalu, saat saya masih Sekolah Dasar. Saya dan mayoritas teman-teman beruntung walau hidup di Desa, tetapi hidup berkecukupan untuk makan, biaya sekolah dan jajan. Sederhana memang, tetapi untuk ukuran Desa kami yang cukup terpencil, itu sudah lebih dari cukup. Sepulang sekolah, kami pergi mengaji atau kadang membolos untuk mencari kepiting dan plastic bekas untuk nantinya dijual dan kami bisa membeli Tamiy* atau sandal Homyp*d dengan uang itu saat nanti Idul Fitri tiba. Hampir semua anak dikampung pergi, tak terkecuali teman dekat saya…Fazli. Fazli anak yang pintar, terpintar dari kami semua. Ia selalu mendapatkan rangking teratas saat sekolah. Namun yang beda dari kami, Fazli tidak pernah sekalipun memiliki Tamiy* atau sendal Homyp*d sepanjang hidupnya walaupun ia ikut menjual kepiting dan botol bekas bersama-sama kami.

Gambar

Ia menjadi sangat murung semenjak ayahnya meninggal saat kami masih SD, ia tak pernah membolos ngaji dan mencari kepiting atau botol bekas Bersama kami lagi. Ia juga tidak lagi menjadi juara pertama semenjak saat itu hingga kami menyelesaikan Sekolah Dasar. Semenjak hari kelam itu, ia setiap hari setelah pulang mengaji selalu dirumah dan tak pernah keluar. Saat malam hari, ia pergi Bersama ibunya yang tak kami tau kemana hingga kami mengikutinya disuatu malam secara diam-diam.

Gambar

Kami ketahui kalau ia sedang menemani ibunya yang mencari kepiting dan ikan. Ibunya adalah Kak Mawati, begitu orang sekampung memanggilnya. Beliau semenjak ditinggal suaminya menjadi single parentdan harus menghidupi keluarganya sendirian. Ia setiap sebelum matahari subuh terbit sudah pergi ke sungai mencari kayu bakar untuk dipakai sendiri atau kadang dijual. Saat siang hari, kalau tangkapan kepiting dan ikan yang dicari semalam banyak, ia akan berkeliling Desa atau bahkan kecamatan menawarkan ikan tersebut dari rumah ke rumah dengan berjalan kaki dan pulang saat matahari terbenam. Seorang wanita melakukan pekerjaan yang sangat beat, bahkan sebagian pria mungkin tak sanggup memikulnya. Sementara Fazli, dia jadi pemurung dan pendiam, ia tak pernah terlihat selain saat malam hari kala ia menemani ibunya mencari ikan dan kepiting atau saat ia sekolah dan mengaji.

Kak mawati, terus menjalankan rutinitas itu tanpa mengenal lelah . Orang-orang Desa bermaksud memberi kak Mawati bantuan berupa uang tetapi beliau tidak pernah mau menerimanya, beliau hanya mau kalau diberikan pekerjaan untuk membantu-bantu tetangga dan orang Desa seperti menjadi pembajak sawah atau menanam dan memotong padi atau bahkan menabur benih ikan dan udang ditambak punya orang Desa. Ia menggarap semua pekerjaan yang umumnya dilakukan pria, tetapi sebagai tuntutan beliau terus melakukan pekerjaan padat dan berat itu. Hingga Fazli menginjak SMA dan beliau telah jatuh sakit. Fazli, teman kami yang jenius, terpaksa sementara berhenti sekolah saat ibunya jatuh sakit dan kak Mawati tidak bisa beranjak dari tempat tidur selama berbulan-bulan. Dengan simpanan uang, mereka bertahan hidup. Saat kak mawati telah sembuh, ia melakoni terus pekerjaannya untuk keluarga tercinta dan tidak membiarkan fazli ikut bekerja, ia harus lanjut bersekolah. Ia seperti biasa menjalankan rutinitas pagi mencari kayu bakar, siang menajajakn ikan dan kepiting, dan malamnya mencari ikan dan kepiting ditambak warga yang terbengkalai atau dalam rawa hutan bakau dekat sungai tanpa kenal Lelah.


Pada suatu Ketika saat kami sudah kelas 3 SMA, kami sekali berkumpul dirumah Fazli. Dipersilakannya kami masuk ke rumahnya. Dihalaman belakang rumah, banyak tumpukan kerang seperti kjokkenmodinger purba yang tersusun rapi seperti bukit. Didalam rumahnya, terdapat banyak poster…namun semua hanya poster satu orang dengan pose berbeda dan quote yang berbeda-beda pula…itu adalah poster Albert Eisntein. Didalam rumah, banyak piala penghargaan dibidang Matematika dan Fisika yang kami tidak heran, karena walau di Desa kami jarang bertemu, namun cukup sering berbincang disekolah. Menjelang magrib, kak Mawati pulang dan dengan gembira menceritakan hasil jualannya hari ini yang ‘banyak’. Kami mulai pun bercerita hingga impian kami yang ingin masuk tantara dan menjadi dokter atau menjadi pedagang diperantauan di negeri jiran. Saat itu Fazli bercerita ia ingin jadi fisikawan—lihat kawan, seorang anak Desa terpencil yang ingin jadi fisikawan—seketika kak Mawati menangis. Ia, walau bekerja banting tulang tanpa kenal lelah tetap tak sanggup membiayai Fazli ke universitas untuk mewujudkan cita-citanya. Cita-cita Fazli putus disitu, anak yang jenius dan pintar karena nasib tidak bisa mencapai potensi terbaiknya, betapa sebagian dari kami dengan kemampuan jauh dibawah Fazli bisa berkuliah dan sekarang bekerja diruangan dengan AC atau ada yang memakai seragam coklat mengabdi kepada negara dan menjadi pedagang di negeri jiran hanya dengan satu kelebihan… modal nasib baik orang tua berkecukupan. Sementara Fazli, dia memiliki semua kemampuan namun kurang satu syarat…nasib kurang baik orang tua. Sekarang, 10 tahun setelah kami tamat SMA, Kak Mawati masih bekerja dengan rutinitas yang sama sepanjang hidupnya. Namun, sekarang beliau hidup sendiri tanpa anak kesayangannya dan juga teman jenius kami, Fazli meninggal 14 hari yang lalu saat tengah mencari ikan sendirian disungai.

Kak Mawati orang hebat yang ada di Desaku dan single parent hebat. Namun realita hidup tak seindah peristiwa-peristiwa viral yang indah yang muncul diberanda internet di ponsel kita.
#ThePowerofSingleParent








0
671
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan