Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

caesarpratamaAvatar border
TS
caesarpratama
The Beautiful Day : Coma


* Cerita ini hanya fiksi

"Selamat datang di thread ku gan. Perkenalkan namaku Caesar (sesar), aku sengaja menulis kisah ku di forum ini berharap ada agan yang memiliki pengalaman yang sama sepertiku dan bisa memberitahuku tentang apa yang harus ku lakukan selanjutnya, oke langsung saja gan, tolong disimak."

Kisah ku dimulai di hari pertama aku mengikuti kelas klub Bahasa Inggris di sekolah ku. Sejujurnya aku sangat malas mengikuti klub ini, tapi apa daya ini adalah salah satu pilihan kegiatan ekskul yang wajib diikuti di sekolah ku. Wali kelas ku berkata, bahwa aku harus mengikuti salah satu kegiatan ekskul, jika tidak hal ini akan berpengaruh pada nilai akhir ku. Jadi aku putuskan untuk memilih kegiatan ini, ku kira ini adalah pilihan yang paling ringan bagiku. Aku bersekolah di salah satu sekolah favorit di kota ku, kota Klungkung-Bali, nama sekolah ku SMAN 1 Semarapura. Sekolah ini cukup luas dan terkenal dengan anak-anak keren yang menjadi penghuni sekolah ini.

Di hari pertama aku mengikuti kegiatan ekskul, aku sudah menduga bahwa ini hanya akan seperti kelas tambahan. Kelas dimulai pukul 11.00 Wita, aku memilih duduk sendiri di deretan bangku tengah paling belakang. Sengaja aku memilih untuk duduk sendiri, karena aku merasa sedikit malas untuk mengobrol dengan seseorang.

Sumber : disini

Seorang guru datang memasuki kelas dan memberikan salam, sesaat setelah itu, seorang anak perempuan datang dengan sedikit tergesa-gesa dan langsung duduk di sebelah ku. "Oh, ayolah, kenapa kau pilih duduk di sini?!", aku menggerutu di dalam hati. Anak perempuan ini terlihat sedikit sakit, warna kulitnya lebih cerah dibandingkan sawo matang, dan rambutnya tergerai lurus panjang sampai ke punggung, khas perempuan Bali. Saat ku lirik dia dengan lebih seksama, dia tampak cukup cantik.

Tidak ada obrolan diantara kami, sampai tiba-tiba guru pembimbing melemparkan pertanyaan kepadaku. "Sar, coba kamu jawab soal nomer 8!" Aku mencoba mencari soal yang dimaksud dan membacanya, "What is the best word to discribe cold weather season?", Sesaat aku merasa bingung apa jawaban yang seharusnya aku berikan untuk menjawab soal ini. "The answer is B, Winter" terdengar bisik dari anak perempuan yang duduk di sebelah ku, berusaha untuk membantu. Aku menjawab soal itu dengan jawaban yang diberikannya. Setelah jawaban itu, beberapa kali ia membantu ku untuk menjawab soal-soal lainnya.

Sesaat sebelum guru pembimbing memberikan salam sebelum membubarkan kelas, anak perempuan yang duduk di sebelah ku ini mendadak pergi tanpa pamit seperti saat dia datang memasuki kelas. "Dasar anak aneh!" gumamku dalam hati.

Di minggu kedua pertemuan klub Bahasa Inggris, kembali terulang hal yang sama seperti sebelumnya. Anak perempuan itu kembali duduk di sebelah ku dengan cara yang sama. Tapi kali ini tampak dia lebih ceria, sesekali ia tersenyum kepada ku, sembari tetap membagi ilmunya kepada ku. "Lama-lama ini cukup menyenangkan juga." Gumam ku dalam hati, untuk kali ini dengan adanya perempuan itu, aku jadi merasa bahwa sebuah pelajaran di sekolah bisa dinikmati.

Tak terasa jam ekskul pun berakhir, sebelum pergi ia tersenyum kepada ku, dan meninggalkan kelas tanpa pamit ke guru pembimbing.

Sumber : disini

Mulai dari sini, aku jadi sering mengingat-ingat tentang anak perempuan itu, aku bahkan merasa tidak sabar untuk bisa menemuinya di hari Sabtu depan. Sesekali bahkan aku berpikir, mungkin akan menyenangkan rasanya jika aku bisa sekelas dengannya, dan dia membantu ku untuk mempelajari tiap pelajaran di kelas. Tidak pernah aku merasa se-tertarik ini dengan pelajaran sekolah, sebelumnya.

Akhirnya hari yang dinanti tiba, tidak seperti biasa, dia sudah duduk di bangku, membagikan senyumnya kepada ku, saat aku tiba, "Hai, tumben kamu tidak terlambat." sapa-ku sambil duduk di sebelahnya, "Mungkin akan lebih menyenangkan jika bisa berada di kelas di awal waktu," jawabnya, selang beberapa saat guru pembimbing pun tiba. Kami seluruh murid kelas berdiri dan memberikan salam, ekskul yang sudah ku nanti-nantikan akhirnya dimulai juga.

Semakin menyenangkan komunikasi yang terjalin diantara kami, hingga aku berharap jam ekskul ini tidak akan pernah berakhir, tapi tentu saja itu tidak masuk akal, dan bell akhir pelajaran pun berbunyi.

"Kamu mau langsung pulang?" Tanya anak perempuan itu.
"Iya jika memang tidak ada yang harus aku kerjakan." jawabku,
"Bagaimana jika ke taman belakang sekolah sebentar, disana ada bangku yang nyaman buat mengobrol?"
"Baiklah, ayo kita kesana!" Jawabku dengan senang hati.

Kami duduk di tempat yang sudah kami rencanakan, kami berbincang banyak hal, dan saling bertukar tawa. Semakin ku perhatikan, anak perempuan ini semakin tampak cantik, matanya begitu bulat dan tajam, bulu matanya lentik, bibirnya tipis berpadu dengan gigi yang rapi, ditambah dengan tubuhnya yang langsing dan cukup tinggi, mungkin hampir 170cm. Aku sungguh menikmati pengalaman berbincang dengannya, tak terasa mungkin sudah satu jam berlalu, dan ia pun memutuskan untuk mengakhiri perbincangan kami, tapi sebelum beranjak, ada satu kalimat terakhir yang ia ucapkan kepadaku.

"Kamu tau, rumah ku hanya berjarak 6 rumah dari rumah mu, di sebelah selatan rumah mu, kapan-kapan mampir ya, nanti akan ku buatkan kopi!"

Aku tidak menyangka, ternyata jarak rumahnya begitu dekat. Dia meninggalkan ku dengan sangat cepat, sebelum aku sempat berpikir untuk mengantarnya pulang, toh rumah kami sejalan.

Tiga kali kami telah bertemu, baru tersadar oleh ku bahwa aku tidak mengetahui, siapa nama anak perempuan itu. Selain itu, aku juga heran, kenapa aku tidak bisa menemuinya di hari lain selain hari Sabtu di Klub Bahasa Inggris. Padahal aku sudah berjalan mengelilingi sekolah, tapi tetap saja, anak perempuan itu tidak tampak.

Akhirnya hari Sabtu pun tiba, aku sudah penasaran untuk menanyakan siapa namanya, dan selama ini dia ada di kelas apa, kenapa sangat sulit untuk ditemukan. Tapi hingga akhir jam ekskul ia tidak menampakan batang hidungnya, dan bukan hanya itu, setelah 4 minggu berlalu, ia tetap tidak muncul kembali.

Aku merasa sangat kehilangan, aku tidak pernah mempertanyakan hal ini kepada teman lain di kelas, aku memang sangat tertutup dan sombong sehingga aku merasa enggan untuk bertanya kepada teman-teman lain di kelas, tapi untuk kali ini, aku tidak bisa menahannya. Ku putuskan untuk bertanya kepada anak laki-laki yang duduk di depanku, saat jam ekskul berakhir.

Aku menepuk pundaknya dan bertanya kepadanya, saat ia berjalan di luar kelas, ke arah parkiran motor. "Bro, aku mau tanya nih, kamu inget gak sama anak perempuan yang duduk di sebelah ku, di awal-awal kegiatan ekskul?" "Siapa ya? selama ini setauku kamu duduk sendirian Sar." Sahutnya, hingga membuatku terkejut. "Sendirian gimana, itu loo, anak perempuan yang duduk di sebelah ku, tampangnya cantik, dia sering membantuku," balas ku menegaskan. "Sar, jujur ya, ku kira selama ini kamu gila, ngomong sendiri dan senyum-senyum gak jelas, anak-anak lain juga jadi ogah ngomong sama kamu. Aku gak mau merusak reputasi ku dengan ikut campur dalam ke gilaan mu, so bye!" Sambil melambaikan tangannya ia meninggalkan ku yang berdiri terdiam,

"ingin rasanya ku hantam wajah bocah itu."

Aku teringat bahwa aku memiliki teman yang sudah kelas 3, kak Komang namanya. Aku membuat janji untuk bertemu dengan dia di rumahnya. Dulu kami cukup sering menghabiskan waktu bersama, kami memiliki hobi yang sama, kami sama-sama suka lari sore di taman kota. Akhir-akhir ini dia cukup sibuk dengan tugas-tugasnya, dan begitu pula dengan ku yang sibuk dengan masalah-masalahku.

Sesampainya di rumah kak Komang, aku menceritakan tentang perempuan itu, sejenak dia terdiam, dan kemudian membalas ceritaku, "Begini Sar, dari ciri-ciri yang kamu sebut, mengingatkan ku dengan salah satu temanku, dulu dia yang paling pandai berbahasa Inggris, dan waktu itu aku juga sempat ikut klub Bahasa Inggris. Oh iya, Shinta namanya, Ni Putu Shinta, seingat ku begitu namanya." "Berarti sekarang dia sekelas dong, dengan kak Komang?" jawabku dengan semangat, seolah misteri ku terpecahkan. "Sayangnya tidak, dia sudah meninggal, dari kabar yang aku masih ingat, sebelum hari ujian saat aku masih kelas satu, ia sekeluarga pergi berlibur untuk menyegarkan pikiran sebelum ujian. Dalam perjalanan mereka, kecelakaan terjadi, ibu Shinta meninggal di lokasi, Shinta sempat dilarikan ke rumah sakit, beberapa hari ia tak sadarkan diri. Aku dan beberapa teman sekelas juga sempat mengunjunginya, tapi kami tidak diijinkan masuk. Selang satu atau dua hari dari itu, Shinta dikabarkan meninggal." Terdiam saja aku mendengar cerita kak Komang, kemudian ia melanjutkan dengan beberapa kalimat, "Sar, seinget ku ada satu tempat yang sering di datangi Shinta. Datanglah ke perpustakaan sekolah, ada sebuah jendela, yang jika kita memandang dari sana, kita bisa melihat pemandangan pintu gerbang sekolah, Shinta sering duduk disitu saat jam istirahat."

Keesokan hari, di hari minggu, aku bergegas ke sekolah. Meski hari minggu sekolah ku tetap buka, karena memang banyak siswa yang menggunakan sekolah sebagai tempat bertemu. Aku segera menuju perpustakaan, menuju tempat yang ditunjuk kak Komang, ku pandang keluar jendela dan benar saja, terlihat pemandangan pintu gerbang sekolah, beberapa sepeda motor tampak berlalu-lalang. Tidak ada petunjuk yang ku temukan disini, aku duduk di salah satu kursi yang paling dekat dengan jendela.

Aku memikirkan apa yang sebenarnya terjadi kepadaku? Siapa perempuan itu? Siapa Shinta? Jika memang dia sudah tiada, lalu siapa yang aku ajak berbincang, roh, hantu? Aku sangat bingung, perasaanku bercampur aduk, bahkan aku merasa sedikit mual. Tapi, tiba-tiba saja, terlintas di dalam benak ku untuk mampir ke rumah Shinta yang tidak jauh dari rumah ku, "Bukankah dia yang telah mengundangku, kenapa aku tidak kesana saja." Segera aku bergegas menuju rumahnya.

Sumber : Tangkapan layar dari Google Maps

"Halo, selamat pagi, Swastiastu!" Aku berseru dari luar. Tampak seorang bapak-bapak menjawab salam ku, "Swastiastu, adik mau cari siapa ya, ada yang bisa bapak bantu?" Jawab bapak itu dengan ramah. Sedikit bingung aku berpikir, jawaban seperti apa yang akan ku berikan, tapi kalimat ini yang terucap dari bibir ku, "Cari Shinta om, Shinta ada?" Ekspresi wajah bapak itu berubah, mendadak ia terdiam, sambil terdiam ia berjalan ke arahku dan membukakan gerbang, dia mengajak ku masuk ke rumahnya dengan isyarat tangan. Kemudian mempersilahkan ku untuk duduk, kemudian dia bertanya, "Adik mau minum apa?" "Shinta bilang, mau bikinin saya kopi om," begitu sahut ku. Lantas bapak itu berjalan ke dapur, dan keluar membawakan aku secangkir kopi.

"Om tidak menyangka jika kamu benar-benar akan datang, dulu Shinta sempat bilang, suatu hari akan datang seorang anak lelaki, yang tidak bapak kenal, karena dia bukan bagian dari teman kelas Shinta, jika anak itu datang, tolong berikan secangkir kopi dan sepucuk surat. Sebentar ya, om ambilkan dulu suratnya, om rada lupa menyimpannya dimana."

Sekitar 10 menit aku menunggu, kemudian bapak dari Shinta keluar dari kamar dan memberikan sepucuk surat itu kepada ku. Aku membaca isi dari surat itu dan isinya...

Quote:


Tak sadar, airmata ku mengalir hingga ke pipi.

"Terimakasih ya, sudah nemenin anak om disaat-saat terakhirnya. Shinta sudah tidak sadar mulai dari kecelakaan yang kami alami, mungkin dua hari setelah itu Shinta tersadar, ia tampak sangat lemah, ia meminta pulpen dan kertas kepada om, dan menuliskan surat itu. Sempat om merasa bahagia, om berpikir bahwa setelah itu Shinta akan segera pulih, tapi sayangnya itu tidak terjadi, mungkin hanya 30 menit selepas ia memberikan surat itu kepada om, Shinta langsung muntah, dokter segera datang, om hanya bisa menunggu di luar. Cukup lama om menunggu, dokter keluar dan mengabarkan harus segera dilakukan tindak operasi, om hanya bisa merelakan jika itu memang jalan yang terbaik. Berjam-jam berlalu, hingga operasi dinyatakan berakhir, namun sayang dokter mengabarkan bahwa Shinta sudah tiada. Shinta dan mamanya pergi meninggalkan om, hari itu om merasa sangat sedih, tapi terimakasih ya sudah menemani anak om disaat-saat terakhirnya, meski ini terasa tidak masuk akal, tapi kenyataan ini terjadi, om sangat berterimakasih kamu sudah bisa menyenangkan hari-hari terakhirnya. Oh iya, siapa namamu?"

"Caesar om..."

Aku pulang ke rumah, dengan membawa sepucuk surat dari Shinta. Oke sekarang aku benar-benar bingung, aku benar-benar tidak tahu, apa yang aku rasakan. Aku hanya tergeletak diatas tempat tidur ku, dengan secarik surat dari Shinta di tangan ku.

Cukup lama aku tergeletak, hingga akhirnya terpikir untuk menuliskan kisah ku di forum online Kaskus.

"Selamat datang di thread ku gan. Perkenalkan namaku Caesar (sesar), aku sengaja menulis kisah ku di forum ini berharap ada agan yang memiliki pengalaman yang sama sepertiku dan bisa memberitahuku tentang apa yang harus ku lakukan selanjutnya, oke langsung saja gan, tolong disimak."
Diubah oleh caesarpratama 03-05-2021 04:31
screammousAvatar border
screammous memberi reputasi
1
502
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan