Halo Agan dan Sista! Selamat pagi, siang, sore dan malam bagi Gansis di seluruh dunia! Kali ini, ane akan bahas seputar PMTOH, bus pejuang Lintas Sumatera dari ujung barat Nusantara.


Bus dengan paket yang memenuhi atapnya, memakai body besutan karoseri Rahayu Santosa lawas, memakai sasis OH 1521 dan memiliki livery berwarna biru. Itulah PMTOH atau Perusahaan Motor Transport Ondernemer Hasan, yang sudah sangat terkenal di kalangan busmania dan masyarakat Aceh khususnya.

Perusahaan Motor Transport Ondernemer Hasan berawal di tahun 1957 ketika Bapak Muhammad Hasan atau "Toke Hasan" mendirikan sebuah PO yang beliau namai "PMTOH" atau akronim dari "Perusahaan Motor Ordenamer Hasan" atau "Pak Minta Tolong Ongkos Habis" di Nanggroe Aceh Darusallam, dengan modal beberapa unit bus Amerika. 


Toke Hasan mendirikan PMTOH dengan badan hukum firma, dan mulai melayani trayek antarkota di Pulau Sumatera. PMTOH pun mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat Aceh khususnya, sebab pada masa-masa itu masih cukup jarang layanan transportasi di Pulau Sumatera khususnya.

PMTOH terus berkembang, dan memperbaiki pelayanan. PO yang didirikan oleh Toke Hasan ini mencapai puncak kesuksesan pada era-era tahun 1980an dan 1990an ketika pelabuhan Merak-Bakauheni bisa tersambung.


Seiring dengan tersambungnya pelabuhan Merak-Bakauheni, PMTOH mulai melayani trayek ke kota-kota di Pulau Jawa, dan diklaim sebagai perusahaan otobus pertama dari Sumatera yang masuk ke Pulau Jawa. Bahkan kabarnya, PMTOH pernah melayani trayek sampai ke Pulau Bali.

Hingga akhirnya pada tahun 1998, PMTOH pun harus berjuang habis-habisan untuk melawan krisis ekonomi yang terjadi pada era-era itu. Belum lagi dengan hadirnya LCC atau pesawat dengan harga tiket murah, mulai menjamur di trayek-trayek Jawa-Sumatera, dan PO-PO lain yang menjadi pesaing PMTOH.


Tetapi, PMTOH menolak untuk mati. Mereka berbenah dan mulai fokus di angkutan barang ketika jumlah penumpang menurun. PMTOH mulai mendirikan "PMTOH Cargo" yang merupakan anak perusahaan dari PO PMTOH yang bergerak di bidang pengiriman barang, dengan mengandalkan atap dan bagasi bus, serta truk-truk ekspedisi.

Memasuki era-era akhir-akhir ini, PMTOH pun mulai membenahi armadanya. Armada yang tua diganti, terutama untuk trayek Medan-Banda Aceh. Trayek tersebut memang dirajai oleh armada-armada premium, mulai Mercedes-Benz OH 1626 hingga bus tingkat dengan sasis Scania K410IB. 


Hingga sekarang, PMTOH memiliki sekitar 60-90 armada bus yang melayani trayek-trayek dalam pulau dan lintas pulau. PMTOH juga memiliki puluhan truk-truk ekspedisi, dan setahu ane PMTOH juga memiliki usaha di bidang rumah makan. Tetapi, PMTOH belum memiliki usaha di bidang SPBU, mungkin nanti PMTOH akan memilikinya.

Bicara soal sasis yang digunakan, PMTOH biasa menggunakan sasis dari Mercedes-Benz. Memang, ada beberapa unit PMTOH yang menggunakan sasis dari Scania, tetapi hampir semua armada dari PO PMTOH asal Aceh ini menggunakan sasis Mercedes-Benz, mulai dari OH 1521, OH 1525, OH 1526, OH 1626, OH 1830, hingga 0500R 1836.


Kalau bicara seputar body sih, PMTOH yang sering terlihat dominan menggunakan body dari karoseri Rahayu Santosa dan Adiputro. PMTOH dominan menggunakan body besutan karoseri Rahayu Santosa untuk bus-bus lawasnya, seperti Celcius, dan lain-lain. Sementara, untuk bus-bus terbaru dari PMTOH, kebanyakan menggunakan body Jetbus besutan karoseri Adiputro Gansis.

PMTOH melayani kelas Non AC dan Patas AC untuk trayek AKAP jauhnya. Untuk trayek AKAP yang masih terbilang pendek, PMTOH melayani kelas Super Executive Nonstop dan Patas Executive. Untuk kelas Non AC, PMTOH menggunakan konfigurasi seat 2-2, kadang dengan toilet tanpa AC, sementara untuk kelas Patas AC PMTOH menggunakan fasilitas yang mungkin hampir sama ketimbang kelas Non AC, hanya saja menggunakan AC, dengan armada yang sama-sama lawas.


Harga tiket dari PMTOH ini memang terbilang lumayan murah. Bayangkan saja, untuk harga tiket dari Banda Aceh menuju Solo via Lintas Tengah, hanya diperlukan uang sebanyak 750 ribu rupiah, dan itu sudah mendapat fasilitas AC, toilet, bahkan smoking area. 

PO asal tanah Rencong ini juga memiliki peraturan yang sangat unik. Jika ada penumpang yang ingin ikut, yang benar-benar tak punya uang atau ongkos kurang, supir tak boleh menolak penumpang dan penumpang tersebut boleh naik ke atas bus. Diberi makan juga setiap berhenti di rumah makan. Itulah kenapa, PMTOH juga merupakan akronim dari "Pak Minta Tolong Ongkos Habis".


Sistem penjatahan BBM dari PMTOH untuk trayek jarak jauhnya sih seharusnya sistem "solar tergantung sewa (penumpang)". Jadi, uang dari tiket penumpang dan paket akan diberikan sebagian ke kru dan bus (jika busnya full paket fullseat ya uang akan diberikan sebagian untuk gaji crew dan biaya jalan, jika busnya cuma isi 10 orang dan paket setengah uang akan diberikan semuanya), dan jika uang tiketnya kurang untuk menutupi biaya jalan, sebuah bus PMTOH akan berhutang dulu ke rumah makan atau meminta ongkos di loket. 

Dalam satu bus, seperti bus-bus Sumatera jarak jauh lainnya biasanya ada 4 orang kru. 2 kernet dan 2 pengemudi. 1 pengemudi merupakan cincu atau pemimpin, dan dalam satu bus kadang ada tambahan 1 mekanik, tetapi ketika ada trouble seluruh crew berperan menjadi mekanik.


PMTOH banyak mengoperasikan bus-bus jadulnya untuk trayek jarak jauh. Bahkan, sasis OH 1518 yang sudah terbilang sangat lawas, dioperasikan untuk trayek Banda Aceh-Solo yang berjarak kurang lebih 3 ribu kilometer Gansis.

Sayang, ane belum pernah menaiki bus PMTOH. Nanti, PMTOH akan menjadi salah satu pilihan untuk ane naiki bila ane ingin pergi ke Tanah Rencong. Tetapi, Gansis yang punya pengalaman dengan PMTOH boleh dong dishare.


Jadi, gimana pendapat Gansis seputar PMTOH? Oh iya, ane akan sangat berterima kasih apabila Gansis mengoreksi informasi di thread ini yang salah!

Sumber: 1, 2, 3, 4, 5
Narasi: Opini Pribadi
Pic: Terlampir
Disclaimer: Thread ini tak bermaksud untuk mempromosikan maupun menjatuhkan siapapun.
Original Written By: @ulungrinjani