Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Papa.T.BobAvatar border
TS
Papa.T.Bob
Resiko Kehilangan Reputasi bagi Seorang Pengarang Fiksi



Bayangkan, bila seorang pengarang yang sudah membangun reputasinya selama bertahun-tahun dengan menulis karya fiksi yang telah dibaca jutaan kali, dan punya basis pembaca setia yang selalu menunggu karya-karya terbarunya, tiba-tiba dituduh terlibat penipuan.

Kira-kira bagaimanakah reputasi sang pengarang jika ternyata benar dia penipu?


*****

Pada dasarnya fiksi, alias cerita fiktif, adalah cerita yang tidak nyata. Fiksi yang bagus adalah cerita fiktif yang dibuat dengan begitu meyakinkan sampai-sampai semua orang rela mempercayainya, meskipun mereka semua tahu kalau cerita tersebut tidak nyata. Dengan kata lain, semua penulis fiksi dapat dikatakan sebagai "penipu".

Jadi, jangan mudah mudah percaya dengan pengarang, apalagi tulisan-tulisannya.

*****


Tapi, soal pengarang yang bisa tiba-tiba kehilangan reputasi karena perbuatannya, ane gak setuju kalau perilaku buruk seorang pengarang dikaitkan dengan karyanya.

Menurut ane, jika seorang pengarang punya kebiasaan jelek, seperti memakai narkoba, atau mencuri misalnya, tidak berarti karya-karya buatannya juga jelek dan tidak layak baca. Karya bagus tetaplah bagus, siapapun pengarangnya.

Ingat selalu, bahwa pengarang yang baik adalah "penipu" yang baik. Bukan berarti ane mendukung tindakan penipuan ya. Penipu tetaplah harus dihukum. Tapi, karyanya tidak.

Meski begitu, pada akhirnya, yang menentukan bagus tidaknya sebuah karya tetaplah pembaca. Saat pengarang sudah melempar karyanya pada khalayak, saat itu pula ia harus rela karyanya dinilai oleh pembaca.

*****


Celakanya cancel cultureyang sedang marak di media sosial belakangan, nampaknya merupakan ancaman besar bagi mereka yang tengah kehilangan reputasi karena berkelakuan buruk. Di era cancel culture seorang pengarang, selain harus rela karyanya dinilai pembaca, juga harus rela karirnya ditentukan oleh pembaca.

Coba lihat kasus Eiger yang mencuat belakangan. Eiger adalah brand peralatan olahraga outdoor yang terkenal dan punya reputasi baik. Brand ini cukup melekat bagi mereka yang suka mendaki gunung. Pokoknya ingat anak gunung, ya ingat Eiger. Tapi, karena suatu peristiwa konyol, nasib brand Eiger bisa tiba-tiba berada di ujung tanduk.

Peristiwa berawal dari pengakuan seorang pengulas produk yang mendapat surat keberatan dari Eiger. Surat itu meminta agar si pengulas memperbaiki atau menghapus karya video ulasannya tentang produk Eiger. Alasannya, karena video tersebut dinilai kurang proper dan memiliki beberapa kekurangan teknis lain, yang sebenarnya sepele.

Selepas peristiwa tersebut viral, akhirnya Eiger di-bully habis-habisan karena terlalu ikut campur terhadap penilaian konsumen. Pada akhirnya pihak Eiger meminta maaf. Belakangan sang CEO pun ikut turun tangan untuk menjelaskan duduk permasalahan.

Bayangkan, hanya karena komunikasi yang buruk dengan seorang customer yang kebetulan vokal, reputasi suatu brand bisa hancur seketika. Dan produk-produknya pun ikut mendapat perlakuan yang sama, yaitu terancam ditolak khalayak. Padahal tidak ada yang salah dengan produknya, dan semua orang tahu bahwa produk Eiger terkenal awet dan tahan lama. Semua bisa hancur hanya gara-gara cancel culture.

*****


Hal ini juga yang rawan terjadi pada pengarang ber-attitudeburuk. Di era cancel culture, sebagus-bagusnya karya seorang pengarang, jika kelakuannya buruk, maka karya dan argumennya layak ditolak mentah-mentah oleh khalayak. Kalau perlu karirnya dimatikan saat itu juga.

JK Rowling, penulis Harry Potter, pernah diboikot pembacanya hanya karena memiliki sentimen terhadap transgender. Woody Allen, sutradara dan penulis senior asal Amrik, juga mengalami hal serupa saat tersangkut skandal pelecehan seksual.

Jadi, bagi sesama pengarang yang hidup di era ini, sebaiknya kita menjaga attitude kita baik-baik, entah itu di dunia maya atau di dunia nyata. Karena dengan maraknya cancel culture, dosa-dosa kita yang sebiji kurma sekalipun akan dihakimi, bahkan sebelum masuk liang lahat.

Udah kena malu, masih dimaki-maki, habis gitu dibuang ke tempat sampah pula. Udah reputasi hancur, masih kena cancel culture. Reputasi hilang, bye bye karir cemerlang.

*****

Sekian dari ane Gan & Sis.
Agan siap kalau sewaktu-waktu kehilangan karir? Silakan tulis di kolom komentar emoticon-Big Grin
Salam dan sampai jumpa di threadCipt. Papa.T.Bob selanjutnya.
emoticon-Rate 5 Star emoticon-Toast
Diubah oleh Papa.T.Bob 09-02-2021 19:26
ribkarewangAvatar border
agungdar2494Avatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
636
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan