gambar

Sejak virus Corona mulai menyebar di Indonesia tahun lalu, seluruh aspek kehidupan warga mulai berubah. Mobilitas masyarakat tak bisa sebebas sebelum Covid-19 datang. Keputusan work from home yang diambil pemerintah membuat sebagian orang tak punya pilihan lain. Hal itu tidak hanya menimpa karyawan, dan pegawai saja namun para siswa di sekolah pun terkena imbasnya.

Menteri Kebudayaan dan Pendidikan (Mendikbud) dalam hal ini Nadiem Makarim menerbitkan surat edaran no 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Keputusan itu memberikan beberapa poin penting perihal mekanisme berkaitan dengan sekolah, di antaranya yakni dibatalkannya uijan nasional (UN), dan proses pembelajaran dilakukan dari jarak jauh (PJJ) secara daring.



gambar

Maka terhitung dari ditetapkannya keputusan tersebut yaitu pada 24 Maret 2020 otomatis kegiatan belajar mengajar (KBM) yang semula dilaksanakan secara tatap muka berpindah menjadi belajar dari rumah melalui sistem online. Situasi ini tentu membuat civitas pendidikan dalam hal ini guru dan siswa harus beradaptasi kembali. Sebab keadaan tersebut merupakan sesuatu yang baru.

Hampir 1 tahun berlalu proses pembelajaran daring dilaksanakan dengan segala macam problemnya. Lalu seperti apa kondisi siswa saat ini? Masih adakah semangatnya untuk belajar atau malah sudah hilang. Berikut ulasannya!



gambar

Efektivitas pembelajaran daring masih jauh dari harapan. Banyak sekali permasalahan tekhnis yang membuat belajar dari rumah ini bukanlah solusi terbaik. Akibatnya hampir 70% siswa mengalami kehilangan semangat dalam belajar. Data ini ditemukan setelah organisasi Save The Children melakukan survei. Hasilnya ada 646.000 sekolah di Indonesia terpaksa ditutup karena pandemi Covid-19, dan hal tersebut berdampak pada 60 juta siswa di negeri ini. 4 dari 10 orangtua mengungkapkan bahwa anaknya sudah hilang motivasi belajar.

Secara rasional, data di atas cukup diterima akal. Pasalnya pembelajaran jarak jauh ini sangat membuat beban siswa. Karena tugas yang diberikan oleh sekolah terasa banyak. Hal itu terjadi, sebab ketidak merataan ekonomi yang dialami oleh sebagian siswa. Saat ini, handphone menjadi salah satu media utama dalam pembelajaran daring. Kemudian, sebuah handphone itu harus digunakan untuk 2 sampai 3 anaknya yang masih sekolah. Situasi lain juga terjadi ketika permasalahan guru yang tidak maksimal memantau pembelajaran siswa. Dan hal teknis lainnya adalah ketiadaan kuota dan kondisi sinyal internet yang kurang baik.



gambar

Sederet masalah ini akhirnya membuat siswa tidak efektif dalam belajar. Mereka sudah merasa lelah terlebih dahulu, hal ini juga ditambah dengan kebosanan yang sudah lebih menerpa psikologisnya. Akibatnya motivasi belajar seolah hilang dari dalam jiwanya. Semangat itu seakan tak ada lagi.

Kondisi seperti juga ane rasakan, ketika siswa yang ane ajarkan beberapa kali menanyakan tentang kapan sekolah masuk dan belajar dilaksanakan secara tatap muka. Di antara mereka juga secara langsung mengirimkan pesan secara pribadi perihal kebosanan mereka serta mengeluh sudah tidak bersemangat lagi mengerjakan tugas. Melihat fenomena ini, ane cukup memberikan semangat, motivasi kepada mereka dan terus berdoa agar corona ini segera hilang.



gambar

Sebagai orangtua, tentu kita mesti terus menjaga anak supaya tak kehilangan semangat belajar. Ajak mereka bermain dan lakukan pendekatan dengan cara yang mereka inginkan. Sebagai guru, tentu jangan memberikan tugas yang sangat memberatkan, bagaimanapun mereka masih dalam tahap belajar perlu ada kebijakan yang harus dipahami lebih mendalam.

Akhir kata dari thread ini semoga kehilangan itu cepat menemukan solusinya. Salam Merdeka belajar!

Sumber :

1

Dan Opini pribadi