Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

uray24Avatar border
TS
uray24
Mereka yang Gagal Bersinar Bersama Rossoneri Era 90'an
Assalamualaikum, Salam Sejahtera, Shalom,
Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan

Salam Olahraga -- Berjumpa lagi dengan Nubie Medioker yang kali ini akan mengulas serba-serbi klub favorit Nubie di Liga Italia, klub terbesar di Eropa pada masanya, dan klub yang sering mengharumkan Italia di jagat sepakbola Eropa, yaitu Associazione Calcio Milan yang akrab dikenal sebagai AC MILAN.


Era 90'an yaitu musim 1990 hingga 1999, bisa dianggap dan tercatat sebagai salah satu era keemasan AC Milan yang terkenal dengan Dream Team sejak masuknya trio Belanda si jenius Marco Van Basten, si gimbal Ruud Gullit, dan di jangkar Frank Rijkaard, yang sejak ditayangkan di RCTI pada 1990 membuat Nubie mulai tertarik dan menjadi fans dari AC Milan, tim yang waktu itu identik dengan sepakbola seksi dan pakem menyerang, yang membuat AC Milan dijuluki sebagai Dream Team.

Rentang 90'an tersebut menjadi momen AC Milan untuk menjelma menjadi kekuatan yang disegani di sepakbola Italia dan Eropa, yang dari 10 musim mampu menyabet 5 gelar Serie A, 2 gelar Liga Champions (1990 dan 1994) dan finalis Liga Champions (1993 dan 1995), ditambah lagi torehan dari Piala Super Eropa dan Piala Toyota atau Piala Interkontinental.

Torehan prestisius di era tersebut tentunya tak lepas dari andil para pemain AC Milan dan juga tangan dingin pelatih diantaranya Arrigo Sacchi dan Fabio Capello, yang jeli meramu pemain dan strategi, akan tetapi tidak semua pemain menorehkan sukses bersama AC Milan, tetapi ada juga beberapa yang digadang-gadang menjadi bintang atau telah menjadi bintang di klub sebelumnya, malah mandek saat berkarir bersama AC Milan, siapa saja mereka ? mari simak ulasan sederhana berikut:

Spoiler for Dream Team Milan:

1. Jean Pierre Papin (Milan 1992-1994)

Pesepakbola kelahiran Perancis tahun 1963 menjadi bagian penting dari Timnas Perancis saat menyabet juara 3 di Piala Dunia 1986, dan menunjukkan bakat impresif saat membela klub Olympique Marseille pada rentang 1986-1992 dengan 215 penampilan dan 134 gol, yang puncaknya mengantarkan Marseille perdana ke final Liga Champions musim 1990-1991 meski kalah dari Red Star Belgrade, namun dalam perjalanan ke final Marseille justru menghentikan laju AC Milan di perempat final yang di leg pertama ditahan imbang dengan Papin sebagai pencetak gol, bahkan diakhir 1991 Papin mampu menyabet Ballon d'Or.

Capaian impresif tersebut membuat AC Milan kepincut menggunakan jasa Papin musim 1991-1992 dengan transfer 10 juta Pounds dan menjadi yang terbesar waktu itu, akan tetapi permasalahan adaptasi dan cidera serta kebijakan starter pemain non Italia sebanyak 3 pemain, membuat Papin kalah bersaing dengan Trio Belanda dan minim bermain untuk AC Milan, bahkan masuk sebagai pemain pengganti melawan eks klubnya Marseille di final liga Champions 1993 belum mampu memberikan kemenangan, sehingga Jean Pierre Papin tercatat hanya bermain 40 kali di AC Milan selama 2 musim yaitu 1992-1994 dengan torehan hanya 18 gol, dan musim 1994-1995 dilepas ke Bayern Munich dengan nilai 2.1 juta Pounds.

Spoiler for Jean Pierre Papin Berkostum Milan:

2. Gianluigi Lentini (Milan 1992-1996)

Gianluigi Lentini adalah pembelian pemecah rekor dari Torino ke AC Milan musim 1992-1993 sebesar 13 juta Pounds, dan yang membuat AC Milan tertarik menggaet Lentini karena pesepakbola Italia kelahiran 1969 yang berposisi sebagai sayap kiri tersebut menunjukkan bakat ciamik di Torino terutama musim 1991-1992 yang mengantarkan Torino finish di posisi 3 Serie A serta secara mengejutkan merangsek ke final Piala UEFA setelah mengalahkan Real Madrid di semifinal dan Ajax Amsterdam sebagai lawan di final harus menang dengan susah payah melalui agregat hasil seri dan unggul gol tandang.

Capaian penampilan 111 kali dan 16 gol di Torino, diharapkan akan lebih moncer saat bersama AC Milan, dan mengawali musim 1992-1993 dilewati Lentini dengan AC Milan keluar sebagai juara Serie-A, namun kecelakaan mobil pasca turnamen pra musim Agustus 1993 membuat Lentini sempat koma dan harus absen satu musim karena cidera yang cukup parah dan pemulihan yang cukup lama, dan setelah kecelakaan skill mumpuni Lentini seakan menurun drastis sehingga dirinya hanya bertahan di AC Milan hingga 1996 dengan total penampilan selama 4 musim sebanyak 60 kali dan raihan 13 gol, yang dianggap belum sebanding dengan nilai transfernya, dan pada musim 1996-1997 Lentini dilego ke Atalanta secara gratis.

Spoiler for Gianluigi Lentini - Pemain Mahal Milan di Eranya:

3.  Patrick Vieira (Milan 1995-1996)

Membicarakan Patrick Vieira, pasti yang diingat adalah jangkar sangar yang terkenal dengan tebasan kaki ciamik dan aura bengal karena seringnya bentrok dengan Badboy macam Roy Keane dan Dennis Wise di liga Inggris, akan tetapi pemain kelahiran Perancis tahun 1976 tersebut pernah menjajal merumput di AC Milan pada musim 1995-1996, yang perekrutannya dilakukan pasca penampilan mengesankan sebagai pemain muda Perancis di klub ligue-1 Perancis AS Cannes pada musim 1994-1995 dengan torehan 49 kali bermain dan 2 gol di usia yang baru 19 tahun.

Bergabungnya Patrick Vieira ke AC Milan diharapkan akan menambah kokoh lini tengah dengan tenaga muda, namun kesulitan adaptasi dan kebijakan batasan starter 3 pemain non Italia yang waktu itu bersaing dengan Weah-Boban-Savicevic, membuat Vieira lebih banyak bermain di reserve team, dan talentanya seolah tenggelam di musim 1995-1996 yang bahkan Vieira tercatat 2 kali tampil untuk tim utama dengan nihil gol, yang membuatnya hanya bertahan semusim di AC Milan dan akhirnya dibeli Tim Gudang Peluru London dengan nilai 3.5 juta Pounds.

Spoiler for Patrick Vieira Saat Bersama Milan:

4. Christophe Dugarry (Milan 1996-1997)

Setelah Papin dan Patrick Vieira, pemain Perancis lainnya yang gagal bersinar di AC Milan era 90'an, datang dari striker kelahiran 1972 bernama Christophe Dugarry, yang awalnya merumput bersama klub Perancis, Girodins Bordeaux untuk musim 1988-1996 sebanyak 187 penampilan dan 34 gol, dan yang membuat AC Milan terkesan dan merekrutnya boleh jadi saat dirinya membawa Bordeaux melaju ke final UEFA Cup musim 1995-1996 dan meskipun kalah di final dari Bayern Munich, di kompetisi tersebut Dugarry justru berperan dalam menghempaskan AC Milan di perempat final yang di leg pertama unggul 2-0 berhasil dibalikkan Bordeaux 3-0 dikandangnya dengan Dugarry mencetak 2 gol. 

Christophe Dugarry didatangkan ke AC Milan musim 1996-1997 dengan nilai transfer 2 juta Pounds, namun harapan dirinya akan unjuk gigi sebagai seorang striker tidak terlihat selama semusim bermain bersama AC Milan, dan kesulitan beradaptasi dengan gaya permainan disinyalir mempengaruhi performanya yang musim tersebut hanya tampil sebanyak 27 kali dan torehan 5 gol, dan bahkan AC Milan di harus finish di posisi 11 Serie A waktu itu, yang membuat Dugarry dianggap tidak bisa dipertahankan dan dilepas ke Barcelona, sedangkan dua rekannya eks sesama Bordeaux 1996, justru tampil apik di klub barunya yaitu Zidane di Nyonya Tua dan Lizarazu bersama Bayern Munich.

Spoiler for Dugarry di Milan - bentrok dengan eks jebolan Bordeaux:

5.  Edgar Davids (Milan 1996-1997)

Jika anda penikmat Serie A era 90an dan 2000an pasti tidak asing jika melihat sosok Gimbal yang bertenaga badak dan senang seradak seruduk, sehingga dijuluki Pitbull, ya dialah sang gelandang bertahan bernama Edgar Davids, pesepakbola Suriname - Belanda kelahiran 1973 yang pernah juga mencicipi ruang ganti San Siro sebagai pemain AC Milan di musim 1996-1997, yang direkrut karena Davids sebelumnya berseragam Ajax dari 1991-1996 yang merupakan bagian dari golden generation bareng Kluivert, Litmanen, Overmars, dan Bergkamp.

Sepakterjang Davids dkk kala itu berhasil membawa Ajax dari 1990-1995 menjuarai Piala Uefa 1992, juara liga Champion 1995 (mengalahkan AC Milan di final), dan finalis liga Champion 1996, sehingga AC Milan tertarik merekrutnya dengan status bebas transfer, namun musim 1996-1997 bersama AC Milan ternyata sulit bagi Davids menembus squad inti terlebih harus bersaing dengan bintang non Italia lainnya di AC Milan, selain ada Weah-Boban-Savicevic, masih ada Reizeger-Dugarry-Blomqvist-Vukotic, sehingga Davids praktis hanya berkesempatan tampil sebanyak 19 penampilan dan nihil gol, dan sama seperti Dugarry dengan AC Milan finish di posisi 11 musim tersebut membuat Davids tidak kerasan dan sulit bereksplorasi bakatnya, hingga pertengahan musim 1997-1998 Edgar Davids dilepas ke Nyonya Tua dengan nilai 5.3 juta Pounds.

Spoiler for Edgar "Pitbull" Davids Saat di Milan:

6.  Patrick Kluivert (Milan 1997-1998)

Selain Edgar Davids, generasi emas Ajax Amsterdam yang kurang bersinar ketika mencoba peruntungan bersama AC Milan adalah Patrick Kluivert, pesepakbola berposisi striker dan kelahiran Belanda tahun 1976 yang sebelumnya berseragam Ajax dari 1994 hingga 1997, dan sepakterjangnya mengantarkan Ajax menjuarai final liga Champion 1995 dengan menumbangkan Milan dan Kluivert adalah pencetak gol tunggal, membuat AC Milan tertarik mendaratkannya di musim 1997-1998 dengan status bebas transfer.

Bergabungnya Kluivert digadang-gadang akan mengembalikan AC Milan ke jalur perburuan juara, setelah musim sebelumnya finish di posisi 11, tetapi kesulitan adaptasi dan sulit nyetel dengan irama bermain di AC Milan, membuat Kluivert seolah sulit menampilkan talenta terbaiknya, walaupun awal musim pada turnamen Trofeo Luigi Berlusconi sempat mencetak gol sensasional melawan Juventus, namun perjalanan musim 1997-1998 ditutup dengan kekecewaan karena Kluivert hanya tampil sebanyak 27 kali dan menceploskan 6 gol serta AC Milan pun finish di posisi 10 Serie A, kontras dengan reputasinya saat bersama Ajax Amsterdam, sehingga di musim 1998-1999 dirinya memilih bergabung dengan eks pelatihnya Louis Van Gaal ke Barcelona dengan nilai transfer 8.75 juta Pounds.

Spoiler for Kluivert Bersama Rodman eh Ibrahim Ba di Milan:

Demikian ulasan beberapa pemain yang digadang-gadang akan melejit ketika dipercaya berseragam AC Milan pada era 90'an, yang ternyata implementasi di lapangan sangat kontras mulai dari cidera panjang, minim masuk tim inti, dan kesulitan adaptasi gaya bermain, yang membuat pemain tersebut bisa dibilang gagal bersinar di AC Milan padahal beberapa diantaranya memecahkan rekor transfer, dan masih ada beberapa pemain yang gagal bersinar di AC Milan era 90'an seperti Florin Raducioiu, Michael Reizeger, WInston Bogarde, Jesper Blomqvist, Andres Andersson, dan lain-lain, yang belum mampu meneruskan hegemoni AC Milan Dream Team 1994, yang mungkin bisa diulas di lain kesempatan.

Mohon maaf atas kesalahan redaksi, informasi, dan gaya penulisan yang kurang berkenan, Sekian dan Terima Kasih, Forza Milan tetap fight hingga akhir musim untuk hasil akhir klasemen yang terbaik.

Spoiler for Penutup - Forza Milan:


Sumber tulisan 1  2  3  4  5  6

Sumber foto 1  2  3  4  5  6

Sumber foto lain 1 2 3

atamleeAvatar border
ermaqAvatar border
hydenistaAvatar border
hydenista dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.2K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan