Impression dan lead jadi hal yang begitu penting di dunia periklanan digital. Kedua hal tersebut selalu menjadi KPI yang harus dicapai dengan berbagai strategi dan media yang digunakan. 

Mendapatkan impression dan lead dengan jumlah banyak tentu bukanlah perkara sulit, tapi apakah itu berkualitas? Apakah lead yang didapat akan menghasilkan konversi atau benar-benar memiliki minat? Hal-hal seperti ini yang sering dipertanyakan oleh para brand. Tentu sangat wajar, karena mereka merasa sudah mengeluarkan banyak uang untuk mengiklankan produk. 

Solusi yang bisa dilakukan oleh brand tentu pemilihan platform media yang digunakan. WiFi advertising menjadi media yang bisa kamu gunakan untuk menghasilkan lead berkualitas. Journey iklan yang lengkap dengan target audiens yang sesuai membuka peluang yang begitu besar untuk mendapatkan lead yang diinginkan. 

Bagi kamu yang belum mengetahui apa itu WiFi Advertising beberapa penjelasan singkat ini bisa membantu kamu. WiFi Advertising adalah beriklan melalui media WiFi, dimana audiens yang melihat dapat dipastikan manusia bukan bot serta dapat ditargetkan, baik dari segi umur, jenis kelamin, hingga interest. 

WiFi Advertising memiliki journey yang lengkap. Ini salah satu keunggulan yang begitu menguntungkan untuk brand. Pertama mulai dengan mengenalkan produk di halaman pertama tentang apa yang bisa produkmu lakukan untuk membantu setiap audiens yang melihat. Setelah ini masuk ke survei. Di sini audiens dapat memilih apakaha mereka tertarik dengan produkmu lewat survei singkat. 

Kuncinya adalah jangan dipaksa. Biarkan audiens memilih sendiri apa yang mereka inginkan. Dari situ kamu akan dapat lead yang berkualitas. Lalu bagaimana dengan audiens yang belum tertarik? Kamu bisa kirimkan mereka email marketing. Cobalah gunakan A/B testing untuk mengetahui apa yang membuat mereka belum tertarik. Sehingga kamu mengetahui strategi apa yang perlu dilakukan untuk menargetkan mereka. Selamat mencoba. 

Referensi
Cara WiFi Ads Membantu Pemasaran Brand Saat Pandemi
Strategi Menghadapi Perubahan Perilaku Konsumen Saat Pandemi