syafetriAvatar border
TS
syafetri
Aku dan Ibuku, Satu Hati Dua Dunia


Seperti semua anak di dunia ini, ibu bagiku juga adalah sosok yang sangat berarti.

Begitu berat hidup ini kujalani setelah ibuku tiada. Apalagi bila melihat anak lain sedang bercanda ria dan bermanja dengan ibunya, aku langsung terisak.



Waktu kecil aku adalah anak yang paling sering sakit dibandingkan delapan orang adikku. Mulai dari kelahiranku yang harus mendapatkan perawatan medis khusus, masa kecilku yang sering mimisan, sampai suatu ketika aku masuk rumah sakit dalam keadaan pingsan. Begitu tersadar, aku mendapati ibu duduk di samping tempat tidur sambil memegang tanganku dengan berlinangan air mata. Saat itu aku menyadari betapa ibu sangat menyayangiku.

Dalam satu kesempatan, selesai sholat, aku merebahkan kepala di pangkuan ibu. Hatiku galau. Bagaimana tidak, sebagai anak pertama, aku pulalah yang harusnya pertama menikah, apalagi aku adalah kakak perempuan. Tapi kenyataannya tidaklah demikian. Adikku yang ketiga sudah menikah lebih dulu. Sedangkan adik-adik yang lain juga telah mengeluarkan ultimatum untukku, mereka hanya memberi waktu hingga tahun depan untuk menungguku menemukan pendamping hidup. Kalau belum juga, maka aku harus siap-siap "dilangkahi" lagi.

Saat itu aku bertanya pada ibu, siapakah anak yang paling beliau sayangi. Sungguh, aku sangat yakin dan juga berharap bahwa ibu akan berkata bahwa akulah anak kesayangannya. Jawaban itu sangat kubutuhkan untuk menguatkan hatiku dan meringankan beban batinku dari kegalauan ini. Namun, jawaban yang kudapat sungguh menghancurkanku. Ibu berkata, tak ada anak kesayangannya! Semua sama di mata ibu, sama-sama anak kesayangan.



Aku mengurung diri di kamar dan melakukan mogok makan selama dua hari. Selama itu pula ibu selalu membujukku agar aku mau keluar dan makan. Walau sepertinya ibu tidak menyadari "kesalahannya?"

Tak berapa bulan setelah itu, giliran ibu yang masuk rumah sakit. Ada tumor di kepala ibu, yang harus segera dikeluarkan. Namun karena kondisi kesehatan ibu kurang memungkinkan, maka operasi tidak bisa segera dilaksanakan. Tapi ibu harus tetap dirawat di sana selama hampir sebulan lamanya. Dan waktu itu ibu berpesan bahwa beliau hanya ingin ditunggui olehku saja. Segera aku tersadar, ternyata ibu mengerti apa yang membuat aku mengurung diri dulu, hanya ibu tidak mengungkapkannya dengan kata-kata. Tenggorokanku kelu, tak terasa air mataku meleleh.



Sepuluh hari setelah operasi, ibu menghembuskan nafas terakhirnya. Syafaq merah senja itu bagaikan kepakan sayap bidadari yang datang menjemput ibu. Senyum abadi di bibir ibu, menguatkan hatiku untuk terus tabah.

Tiga tahun setelah kepergian ibu, akhirnya aku menemukan pendamping hidupku. Dan di malam pengantin itu aku bermimpi, ibu datang mengenakan gaun yang sangat indah dan membawakan sebuah gaun lagi untukku. Setelah kucoba, ternyata kurang pas. Lalu ibu berkata sebelum pergi lagi, bahwa bajunya harus diperbaiki dulu. Aku tersentak, namun mimpi itu seperti nyata terasa. Tak lama, azan subuh berkumandang. Aku berwuduk, dan setelah sholat aku berdo'a, agar dipertemukan lagi dengan ibu di syurga-Nya.

Dalam pernikahanku, dengan posisiku saat ini sebagai seorang istri dan ibu yang sebenarnya dikaruniai tiga orang anak. Namun hanya seorang saja yang "bertahan" bersama kami. Yang dua lagi memilih untuk menunggu kami "di sana". Sebagai seorang ibu, bila disuruh memilih, tak satupun yang ingin kupilih melebihi yang lain. Kan kupertaruhkan nyawaku sekalipun bila itu bisa menebusnya. Saat inilah aku bisa mengerti kalimat ibuku dulu. Maafkan anakmu ibu, karena belum bisa memahamimu saat itu.

Seandainya saja ada keajaiban yang bisa memutar waktu kembali, aku ingin membuatkan ibu masakan terlezat yang bisa kubuat. Aku ingin tunjukkan pada ibu, setelah menikah ini, aku sudah benar-benar bisa memasak. Setelah itu, kami akan menghabiskan hari dengan merawat bunga-bunga kesayangan ibu. Hal yang dulu, saat ibu masih ada, hampir tak pernah kulakukan.



Ibuku sayang, aku anakmu yang tak bisa membahagiakanmu dulu, ingin mempersembahkan do'a agar ibu di sana ada di tempat terindah di sisi Allah SWT, serta puisi yang walau tak sempurna, namun hanya inilah yang aku bisa.

Quote:
.



Lagu ini juga selalu mengingatkan saat-saat syahdu bersama ibu.

Sumber: inidan dokpri



yugeelAvatar border
tien212700Avatar border
delia.adelAvatar border
delia.adel dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.2K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan