Buat ane, gaada yang lebih nikmat ketimbang makan roti ditambah teh manis hangat di pagi hari. Tak jarang, tuh roti kadang ane 'celup celup manja' ke teh manis. Asli jos parah, ada suka begini juga ga gansis?

Sejauh pengalaman ane sarapan dengan roti, ga semua roti itu sama gan. Roti yang paling enak di 'mix' sama teh manis itu harus lembut dan ga terlalu kering. Kalo rotinnya kering banget sih ane ga begitu doyan. Roti kering tuh gimane ye nyebutnya, pokoknya yang banyak ampas rotinya dah. Susah ane jelasinnya

Ilustrasi Teh dan Roti (sumber)

Nah, menariknya ane sangat jarang nemuin roti yang lembut dan ga terlalu kering ini di supermarket mainstream disekitar rumah ane. Untungnya, ada kang roti andalan yang hadir sebagai pahlawan.

Namanya kang Wawan, muncul tiap jam 6.00 pagi di depan rumah ane (kadang lebih cepat atau lambat 5-10 menit). Biasanya kang Wawan bakal nunggu sekitar 2 menit didepan rumah ane sambil kode "roti roti" plus klakson 2 kali khas motor bebek andalannya

Ilustrasi Tukang Roti (sumber)

Kang roti andalan ane ini udah jadi langganan sejak bertahun-tahun lalu. Jaman ane masih sekolah dulu, nih orang jadi pertanda waktunya mandi biar ga telat sekolah. Jadi ya udah sangat akrab dengan kode-kode motornya plus orangnya.

Buat ane roti itu elemen penting buat pagi hari. Biasanya kalo gamakan roti, ane jarang banget sarapan. Nah kalo rotinya ga sesuai kriteria ane, ya rada kurang aje 'feel' sarapannya. Ane termasuk orang yang gasuka makan berat macam nasi buat menu sarapan, ada yang gini juga ga ye GanSis?

Oleh karena itu, kang Wawan ini ane kategorikan sebagai pahlawan ane karena menyelamatkan mood hampir setiap sarapan ane

Masa pandemi ini sempet menjadi waktu yang cukup sulit buat kang roti andalan ane ini. Status doi sebagai agen distributor roti sempat terhenti sementarakarena pabriknya berhenti operasi untuk sementara waktu. Untungnya hal ini ga berlangsung lama, sekitar 2 minggu aja.

Sebagai tukang roti, pendapatan kang Wawan sangat dipengaruhi jumlah rotinya yang laku setiap harinya. Terpaksa tak jualan 2 minggu, kang Wawan harus menerapkan cara alternatif untuk tetap bisa survive.

Kang Wawan menjelaskan ia dan istrinya harus berkolaborasi untuk menyambung hidup di 2 minggu tersebut. Berbekal kemampuan mengolah adonan kue seadanya, istri kang Wawan membuat kue kering yang kemudian dijual oleh kang Wawan.

Motor bebeknya yang selama ini mengangkut roti, berpindah haluan sejenak menjadi mesin penjaja kue kering. Sayangnya ini dijajakan ga sampe rumah ane berhubung lingkungan rumah ane sempat menutup akses untuk orang luar perihal pandemi.

Meskipun pendapatan hasil jualannya tidak lebih banyak ketimbang menjadi distributor roti, kang Wawan merasa cukup bersyukur doi masih bisa menyambung hidup dalam kurun waktu tersebut. Walaupun demikian, Ia merasa bahwa hal tersebut tidak menjamin hidup untuk waktu yang lebih lama.

"Untung aja ga ditutup permanen mas pabrik rotinya. Kalo iya bisa modyar aku" kata doi beberapa bulan lalu.

Mungkin ane bisa memahami bagaimana doi sangat bersyukur bahwa hal tersebut hanya berlangsung 2 minggu tapi ane yakin kang Wawan tidak paham bagaimana sulitnya ane selama 2 minggu tersebut

Cerita doi tersebut membuat ane menarik kesimpulan bagaimana pandemi ini benar-benar memaksa orang untuk bisa berpikir kreatif dan keluar dari zona nyamanuntuk dapat bertahan hidup, dimana kang Wawan menjadi salah satu yang berhasil melakukannya.

Ya semoga pandemi ini cepat berlalu sehingga bisa balik lagi ke kondisi semula. Untuk para tukang roti, semoga bisa survive terus selama periode ini hingga selesainya nanti. Special thanks to kang Wawan untuk supply rotinya