Jika tidak WFH, setiap hari saya naik ojek online dari rumah menuju stasiun terdekat, dan sepulangnya. Dulu saya berangkat dan pulang kerja selalu bawa motor sendiri nggak naik commuter line seperti sekarang. Tapi karena saya pernah kecelakaan motor, ada trauma tersendiri bawa motor. Jadi mending naik ojek online dan commuter line. Itung-itung istirahat di perjalanan, sambil bersosialisasi dengan orang lain. Tentu saja sebelum pandemi Covid-19, ya? Sekarang sih saya WFH.

Waktu itu saya baru saja berangkat kerja dari rumah. Tak jauh dari rumah tiba-tiba ada mobil keluar dari gang, separuh bodynya sudah di jalan. Pilihan saya adalah, buang ke kiri kalau dapet (jika mobil ini jalan terus) aman. Kalau meleset antara nabrak body belakang atau nabrak pagar rumah orang.

Kalau saya buang ke kanan dan mobil terus jalan, kita adu banteng. Tapi kalau dapet ya aman. Saya pilih opsi kedua, antara spontan dan melihat mobil ini sepertinya berhenti, sedang melihat situasi. Asumsi saya dia sedang menoleh ke kiri jadi tidak melihat saya dari sebelah kanan dia.

Di sini saya apesnya, dari arah balik ada angkot! Dan motor saya adu banteng dengan mobil ini. Meski dengan kecepatan tidak terlalu kencang. Namun tetap saja saya nggak bisa jalan.

Si pembawa mobil bukan orang sini. Platnya saja plat luar daerah. Tapi dia baik. Saya sempat di bawa ke klinik. Ajaibnya, kita nggak ada yang perang mulut. Karena saya semi pingsan tergelatak di tengah jalan. Bagusnya helm nggak terlepas. Inilah pentingnya mengenakan helm. Dari klinik saya dibawa pulang.

Saya punya tetangga. Namanya Bang Anwar. Tapi karena dia sudah haji mayoritas memanggil dia dengan panggilan Bang Haji. Termasuk saya. Sehari-hari dia berdagang nasi uduk setiap malam. Nah, siang hari dia nyambi jadi tukang urut. Karena beliau memang bisa ngurut.



Tahu saja habis kecelakaan, Bang Haji ke rumah. Awalnya sih cuma nengok, tapi oleh istri dia diminta mengurut saya. Sebenernya saya takut karena pasti sakit sekali. Bergerak saja luar biasa sakit, apalagi diurut. Tapi Bang Haji memaksa. Akhirnya saya diurut hari itu. Dan beneran sakit luar biasa....

Tapi setelah diurut, kaki saya bisa digerakkan. Modal awal nih, batin saya. Dan hari-hari selanjutnya, meski saya sering menolak, dengan telaten dia mengurut saya. Sampai saya bisa jalan lagi. Dan bayarannya seikhlasnya. Duh baik banget Bang Haji ini.

Istri pun cerita jika memang Bang Haji sering memijit warga sini dan tidak pernah memasang tarif. Bahkan terkadang suka rela. Karena baginya, mengurut ini semacam menyalurkan bakat. Pekerjaan utamanya ya jualan nasi uduk.

Semoga beliau senantiasa sehat, jadi bisa membantu orang-orang sini yang membutuhkan untuk diurut. Dan semoga dagangan dia lancar, jadi meski kalau ngurut orang dan dibayar ala kadarnya nggak mengganggu keuangan dapur Bang Haji.