Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ymulyanig3Avatar border
TS
ymulyanig3
Sosok Anak Berkepala Plontos Di Kuburan
Si Botak Di Atas Kuburan

Cerita ini terjadi ketika aku masih kecil. Saat itu, usiaku masih dua belas tahun. Kejadiannya terjadi pada saat bulan Ramadan. Seperti biasa di kampung selalu ada rombongan anak-anak yang akan berkeliling membangunkan sahur sambil memukul bedug.

Malam itu kak Andi-kakak sepupuku, berencana akan ikut berkeliling membangunkan sahur. Aku memaksa untuk ikut serta membangunkan warga untuk bersahur.

"Kakak, Aku ikut ya!" pintaku dengan melipatkan kedua tangan.

"Serius? Emang kamu berani?" tanya kak Andi seraya menatapku lekat.

"Beranilah, kata Pak Ustaz setan diiket di bulan puasa," sahutku polos.

"Ya sudah, nanti malam aku bangunin kamu ya pas mau berkeliling," Ucap kak Andi kemudian pulang ke rumahnya.

"Asik, terima kasih, Kak," jawab ku bersemangat.

Aku gelisah sepanjang malam, rasanya sudah tidak sabar ingin segera berkeliling, memukul bedug untuk membangunkan warga sahur.

Aku hampir tidak bisa terpejam, padahal jam dinding di kamar sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Tepat pukul dua dini hari. Kak Andi akan membawaku untuk ikut serta berkeliling. Ahirnya yang ditunggu pun tiba, suara Kak Andi terdengar nyaring di depan pintu kamar.

"Dea,Ayo cepetan jadi nggak ikut keliling!" pekik Kak Andi dari balik pintu kamar.

"Iya, kak jadi. Sebentar," sahutku seraya mengambil hijab dan sebuah jaket tebal.

Aku pun membuka pintu kamar sambil memakai jaket. Kemudian pergi mengikuti Kak Andi dari belakang.

Kami bertujuh yang bertugas malam itu. Lima laki-laki dan dua anak perempuan. Untunglah masih ada satu anak perempuan lain yang ikut serta, jadi aku tidak sendirian. Kak Siti nama anak perempuan itu.

"Halo Kak," sapaku dengan tersenyum manis.

"Kamu mau ikut keliling?" tanya gadis berhijab hitam itu heran. Usianya dua tahun di atas umurku. Dia duduk di bangku sekolah menengah pertama.

"Iyalah, kan seru keliling-keliling Kampung sambil mukul mukul bedug, terus teriak-teriak," jawab ku bersemangat.

"Okelah, tapi jangan rewel di jalan ya. Jangan minta pulang," ucap Kak Siti dengan mimik serius.

Aku pun mengangguk seraya tersenyum lebar. Kami pun mulai berkeliling kampung. Suasana hening, di beberapa tempat terlihat gelap hanya ada cahaya lampu temaram dari depan rumah warga yang membantu kami sebagai penerangan jalan.

Embusan angin menerpa tubuhku, menyelusup hingga ke pori-pori. Aku sedikit menggigil kedinginan. Namun, aku tepis karena tidak ingin ditinggalkan oleh tim. Kami pun kembali berjalan sambil berteriak.

"Sahur! Sahur! "

"Sahur! Sahur! "

Suara beduk menggema menambah semarak tugas kami untuk membangunkan warga. Agar mereka tidak terlambat untuk makan sahur.

Hampir setengah Kampung sudah kami kelilingi. Tiba-tiba langkah kak Andi dan beberapa teman terhenti.

"Ada apa?" tanya Kak Siti heran.

"Lihat, di depan itu kuburan," ucap Kak Andi sambil menunjuk ke arah beberapa gundukan tanah yang menyembul.

"Di sana ada kuburan baru, kamu takut nggak?" tanya Kak Andi seraya menatap kami satu per satu.

Sekeliling tampak gelap dan sunyi, hanya suara beberapa binatang malam yang memecah keheningan. Embusan angin malam mulai terasa semakin kencang. Aku mengeratkan jaket untuk menghangatkan tubuh.

"Enggak, aku nggak takut," sahutku dengan penuh percaya diri.

"Ya,sudah.Ayo lanjutkan. Ntar keburu subuh," tukas Kak Andi.

Kami pun berjalan agak cepat melewati beberapa kuburan. Tiba-tiba langkah Kak Siti terhenti ti tengah jalan, tepat di samping sebuah kuburan yang sudah dipasang keramik. Padahal beberapa teman yang lain sudah berjalan didepannya.

"Ada apa kak? tanyaku cemas.

"Dea, lihat kesana. Itu anak kecil kan? Ngapain dia di situ," ucap kak Siti Seraya menunjuk ke arah seorang anak kecil berkepala botak yang sedang duduk tepat di atas sebuah kuburan.

Nertaku mengedar ke sekeliling. Sepi dan sunyi, tidak terlihat siapapun. Hanya ada sosok anak kecil berkepala plontos tanpa baju. Ia duduk di atas kuburan tidak jauh dari tempat kami berdiri.

"Kak, pulang yuk!" ajakku takut, seraya menarik jaketnya.

Bulu kudukku meremang seketika disertai jantung yang berdegup kencang ketika anak berkepala plontos itu menoleh kearah kami. Matanya membulat penuh seperti ada nyala di dalamnya. Lingkaran hitam di bawah matanya membuat anak itu semakin terlihat seram.

Kak Siti berteriak seketika, kemudian berlari terbirit-birit meninggalkanku yang masih mematung. Kaki ini seolah terpaku hingga tak mampu untuk bergerak. Lidahku kelu, ingin berteriak. Namun, seperti tercekat di tenggorokan.

Jantungku berpacu semakin cepat saat anak berkepala plontos itu menatapku tajam. Bola matanya membulat penuh diiringi Seringai yang memecah keheningan malam.

Untunglah kak Siti berbalik dan menarik tanganku hingga aku tersadar. Kemudian kami pun berlari bersama sekuat tenaga.

Aku sempat menoleh ke belakang dan anak berkepala plontos itu sudah tidak terlihat lagi. Ia menghilang di kegelapan malam. Entah Kemana anak itu pergi? Apa mungkin anak itu makhluk halus atau malah tuyul?

Bukankah selama bulan Romadhon setan-setan dibelenggu dan tidak bisa mengganggu manusia? Kenapa makhluk itu menakuti kami? Aku merenung beberapa saat.

"Dea cepet, kamu nggak takut!" pekik Kak Siti seraya menarik tanganku. Aku pun terus berlari bersama Kak Siti hingga nafas kami tersenggal. Akhirnya, setelah melewati jalan setapak yang panjang. Kami pun tiba di rumah dengan selamat.

"Kalian ke mana aja, kok ngilang?" tanya Kak Andi khawatir.

"Bukannya kalian yang ninggalin kami. Kalian jahat," sahut kak Siti sambil mencebik kesal.

"Kalian sih jalannya lama kayak siput. Jadi ketinggalan kan," ucap Udin sambil terkekeh.

Baru saja aku hendak bercerita kepada Kak Andi dan teman-teman tentang sosok anak berkepala plontos itu, tiba-tiba kak Siti menutup mulutku dengan telapak tangannya sambil mengedipkan mata beberapa kali.

Aku pun terdiam dan menyimpan cerita seram itu seorang diri. Entah kenapa aku harus merahasiakan cerita itu. Padahal, mulut ini sudah gatal rasanya ingin segera bercerita.

Tamat

Spoiler for pertanyaan:

Terima kasih

Sumber: pengalaman pribadi TS

Pic: Dokpri
Diubah oleh ymulyanig3 18-10-2020 02:22
trifatoyahAvatar border
indrag057Avatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
654
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan