Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Djamboel79Avatar border
TS
Djamboel79
Semua Indah Sepadan Bersama Penantiannya !!
Mata Rey berbinar ketika aku berjalan masuk ke kedai mie favorit kami. Laki-laki yang selalu saja penuh perhatian itu mengecup keningku lalu menarik kursi untukku. Aku menghindari tatapan matanya dan berpikir bagaimana harus menyampaikan isi hatiku.



Kami telah berpacaran tiga tahun untuk kemudian bertunangan dua minggu lalu. Pada masa itu kami sepakat menghindari hubungan badan.

Kami berdua berpegang teguh pada kesepakatan itu walaupun hal tersebut menjadi semakin sulit karena pada saat yang bersamaan cinta kami semakin dalam. Bahkan dengan ada pertunangan, rasanya aneh bin konyol kalau masih terus berpantang.

Namun, aku masih ingin meneruskan itu, gumamku dalam hati. Sembari mengambil nafas, aku lalu meraih tangan Rey di atas meja.

"Rey, kamu tahu kan, betapa aku mencintaimu. Dan aku pikir, 'kesepakatan' kita telah menguji dan menguatkan hubungan kita".

Usai mengatakan hal tersebut Andrea tampak bimbang, sementara Rey diam dan menunggu.

"Aku.. aku ingin tetap berlanjut seperti sekarang ini. Aku ingin menunggu sampai malam pertama kita".

Rey tanpa ekspresi mendengar ucapan kekasihnya. Sementara Andrea pun tak tenang sembari merobek ujung tisu dan menunggu.

Setelah sekian lama Rey pun bersuara. "Setuju!"

Benarkah?, aku kaget. "Benar!", jawabnya lagi.

Aku sangat menghargai sikapnya dan semakin hormat terhadap laki-laki yang akan kunikahi itu. Namun, ketika keluar kedai, sepertinya ada yang mengganggu pikiran Rey. Di parkiran, aku mengusulkan untuk mampir di sebuah kedai kopi.

"Aku ada kerjaan lain". Rey menolakku. Baru saja ia berlalu aku melihat jaketnya tertinggal. Aku memanggilnya, tapi ia tidak melihatku.

Mengapa tiba-tiba Rey yang biasanya penuh perhatian menjadi acuh seperti itu? Aku pulang dengan perasaan tidak menentu, tidak nyaman dengan situasi yang ada.

Dua hari berselang, smartphone ku berdering pagi hari.

"Aku perlu bertemu denganmu. Aku akan datang ke rumahmu". Nada bicaranya tegas. "Ada apa? Apa yang terjadi? Rey?", ia sudah menutup teleponnya.

Setengah jam kemudian Rey tiba di Kelapa Gading membawa sebuah kotak besar. Seketika itu aku lemas. Apakah ia ingin mengembalikkan semua hadiah yang telah kuberikan kepadanya?

Tanpa sadar aku memutar-mutar cincin berlian yang baru dua minggu melingkar di jariku. Aku mulai melepaskannya perlahan.

Rey lalu menyerahkan kotak tersebut. "Bukalah! "

Dengan rasa deg-degan dan pikiranku yang kerap overthink aku pun membuka kotak tersebut.

Di dalam kotak itu terlihat sebuah rantai kertas. Aku menariknya, sangat panjang. Di tiap mata rantai tertera tanggal, dimulai hari ini hingga tanggal yang akan datang.

Aku bingung! Berbagai pertanyaan melintas di kepalaku. Aku tatap Rey.

Rey lalu tersenyum, senyum jahil yang kadang menyebalkan tapi juga yang membuatku jatuh hati padanya. Tapi mendadak wajahnya serius.

"Sudah kupikirkan keputusanmu dan aku menghormati itu. Rantai kertas itu melambangkan betapa aku menghormati dan menyayangimu secara tulus", katanya.

Rey memintaku untuk menggantungnya di kamar tidurku dan merobek satu mata rantai setiap malamnya. Saat pernikahan kami semakin dekat, rantai ini akan menyusut.

"Untuk setiap mata rantai yang tersobek, berdoalah agar aku tetap diberi kekuatan untuk berpegang pada kesepakatan ini", ujar Rey sembari tajam menatap mataku. "Bersediakah kamu melakukannya untukku?", lanjutnya.

Air mataku menetes, aku menerima rantai dan perjanjian itu. Kutumpahkan seluruh cintaku padanya melalui ciuman yang begitu dalam, lebih dari sebelum-sebelumnya.

"Hmmm, kalau kamu ingin aku memegang janji itu, sebaiknya kamu jangan memberi ciuman yang luar biasa seperti itu", goda Rey padaku.

Setelahnya aku menyukai dan menikmati ritual malam hari saat aku merobek satu mata rantai, termasuk saat aku membawa namanya juga nama kami berdua dalam doaku.

Tak terasa, tinggal tujuh mata rantai yang tersisa. Dan, akhirnya sehari sebelum kami akan berjanji di altar suci, tersisa satu kertas saja.

Aku tidak merobek lingkaran terakhir, kumasukkan kedalam tas.

Pada malam pertama di tanggal ketujuh bulan kesembilan tahun itu, kutunjukkan pada Rey, mata rantai terakhir itu. Sambil tersenyum, kami berdua memegangi ujung masing-masing, lalu menariknya.

Menikahinya menjadikan aku sungguh menjadi perempuan paling bersyukur dalam hidup ini.

Last but not least, segala sesuatu yang indah akan datang, sepadan dengan penantiannya. Percayalah!

#RinganJari
Diubah oleh Djamboel79 13-10-2020 04:40
HeidymahraniAvatar border
salutobAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.2K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan