- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
toxic positivity - mental yang memperbolehkan seseorang berlaku munafik
TS
crot113
toxic positivity - mental yang memperbolehkan seseorang berlaku munafik
selamat siang gansis, ini kebetulan lagi ingin buat trit setelah mendengar keluhan saudara saya yang jadi korban toxic positivity atau hipokritisme
ndak usah panjang lebar, intinya saudara saya berniat keluar dari perusahaan tempat dia kerja karena hanya divisi dia saja yang gajinya dipotong mencapai 60 atau 75% sedangkan divisi lain potongannya hanya 15% dan dibanding divisi lain, divisi dia yang paling sering masuk kantor aka jatah piketnya lebih banyak......
otomatis waktu dia curhat begitu dinyinyir oleh beberapa pihak..maaf ini kejadiannya di bulan agustus
'udah nikmati saja, gak semua seenak kamu'
'bos, lagi situasi begini syukuri dululah apa yang kaupunya'
mau ndak mau ya dia ikuti
kemarin pas dia ketemu dan ngobrol lagi sama rombongan orang yang 'semangati' dia, dia malah dengar hal yang berbanding terbalik dengan ucapan supportnya
'iya mau gak mau gue cabutlah, enak saja jam kerja gue jadi 11 jam lebih gaji hanya 2,5 juta'
'iya gua juga resign gara gara gua wfh gaji dipotong drastis, kolega gua juga sama sebulan wfh terus terusan dia cuman dipotong 1 juta aja'
otomatis ya panaslah saudara saya, pengalamannya dianggap invalid dan disuruh bertahan yang nasehatin malah berlaku sebaliknya
begitu diledek saudara saya, tau pembelaannya apa?
'eh jangan tembak si pengirim pesannya dong, kita kan sebelumnya hanya pengen support elu, kita juga gak tau situasi kita bakal sesulit ini juga'
'jadi maksud lu kita gak boleh nasehatin lu hanya karena kita munafik?'
'jadi kita gak boleh punya breaking point?'
back to topik
di masa masa seperti ini pasti dong kita suka diceramahi atau diberikan toxic positivity agar kita tetap bertahan dll, tapi tau gak sih kalau mental toxic positivity sama pola pikir 'don't shoot the messenger' itu bisa berbahaya untuk kedepannya?
saya kasih contoh
1. Toxic positivity
- mengerdilkan opini atau perspektif seseorang = ndak usah dijabarkan seperti apa, mungkin dari kisah saudara saya sudah jelas
- meremehkan situasi
- yang bahayanya adalah orang yang bermental toxic positivity selalu memaksakan opininya ke siapapun
2. Don't shoot the messenger
sepengalaman saiya, orang yang punya perspektif begini sangat berbahaya, karena jika ketahuan membuat masalah, punya kendala atau terbukti orangnya munafik dan penipu akan ngeles 'hey ambil positifnya saja, ambil hikmahnya saja' orangnya? akan tetap bermental high and mighty alias mahabenar, tidak mau bertanggung jawab atas omongannya = yang begini biasanya di politikus dan maaf, pendakwah seperti romo, pendeta, biksu, ustad, ulama
jadi ya sorry to say, intinya kita ndak butuh toxic positivity
cukup diam dan dengarkan saja
belum tentu kita bisa kuat merasakan drama orang lain, benar kan?
kenapa banyak orang yang suka ngeles dengan alasan don't shoot the messenger? kalau menurut pengalaman saya, agar orangnya bisa lepas dari tanggung jawab atas asal ngomongnya
ndak usah panjang lebar, intinya saudara saya berniat keluar dari perusahaan tempat dia kerja karena hanya divisi dia saja yang gajinya dipotong mencapai 60 atau 75% sedangkan divisi lain potongannya hanya 15% dan dibanding divisi lain, divisi dia yang paling sering masuk kantor aka jatah piketnya lebih banyak......
otomatis waktu dia curhat begitu dinyinyir oleh beberapa pihak..maaf ini kejadiannya di bulan agustus
'udah nikmati saja, gak semua seenak kamu'
'bos, lagi situasi begini syukuri dululah apa yang kaupunya'
mau ndak mau ya dia ikuti
kemarin pas dia ketemu dan ngobrol lagi sama rombongan orang yang 'semangati' dia, dia malah dengar hal yang berbanding terbalik dengan ucapan supportnya
'iya mau gak mau gue cabutlah, enak saja jam kerja gue jadi 11 jam lebih gaji hanya 2,5 juta'
'iya gua juga resign gara gara gua wfh gaji dipotong drastis, kolega gua juga sama sebulan wfh terus terusan dia cuman dipotong 1 juta aja'
otomatis ya panaslah saudara saya, pengalamannya dianggap invalid dan disuruh bertahan yang nasehatin malah berlaku sebaliknya
begitu diledek saudara saya, tau pembelaannya apa?
'eh jangan tembak si pengirim pesannya dong, kita kan sebelumnya hanya pengen support elu, kita juga gak tau situasi kita bakal sesulit ini juga'
'jadi maksud lu kita gak boleh nasehatin lu hanya karena kita munafik?'
'jadi kita gak boleh punya breaking point?'
back to topik
di masa masa seperti ini pasti dong kita suka diceramahi atau diberikan toxic positivity agar kita tetap bertahan dll, tapi tau gak sih kalau mental toxic positivity sama pola pikir 'don't shoot the messenger' itu bisa berbahaya untuk kedepannya?
saya kasih contoh
1. Toxic positivity
- mengerdilkan opini atau perspektif seseorang = ndak usah dijabarkan seperti apa, mungkin dari kisah saudara saya sudah jelas
- meremehkan situasi
- yang bahayanya adalah orang yang bermental toxic positivity selalu memaksakan opininya ke siapapun
2. Don't shoot the messenger
sepengalaman saiya, orang yang punya perspektif begini sangat berbahaya, karena jika ketahuan membuat masalah, punya kendala atau terbukti orangnya munafik dan penipu akan ngeles 'hey ambil positifnya saja, ambil hikmahnya saja' orangnya? akan tetap bermental high and mighty alias mahabenar, tidak mau bertanggung jawab atas omongannya = yang begini biasanya di politikus dan maaf, pendakwah seperti romo, pendeta, biksu, ustad, ulama
jadi ya sorry to say, intinya kita ndak butuh toxic positivity
cukup diam dan dengarkan saja
belum tentu kita bisa kuat merasakan drama orang lain, benar kan?
kenapa banyak orang yang suka ngeles dengan alasan don't shoot the messenger? kalau menurut pengalaman saya, agar orangnya bisa lepas dari tanggung jawab atas asal ngomongnya
0
320
1
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan