Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Djamboel79Avatar border
TS
Djamboel79
Mengingat The Overcoat, Mengenang Nikolai Gogol
Malam ini sambil menikmati buah-buahan yang disajikan ibu negara alias nyonya rumah, jari-jemari saya tak tahan untuk menari di atas smartphone ini. Malam ini saya mau bercerita seputar Rusia.



Hampir empat tahun lalu, dunia dikejutkan dengan aksi keji yang terjadi di belahan Eropa. Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrey Karlov dibunuh pada Senin (19/12/2016). Karlov, dengan tujuh kali tembakan, tewas saat membuka acara galeri seni di Ankara. Seorang polisi yang menyamar menjadi petugas keamanan, melakukan eksekusi keji tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin pun bereaksi atas pembunuhan tersebut. Putin yang ahli dalam olahraga judo mengatakan bahwa tidak ada jalan lain dalam merespons pembunuhan tersebut selain memerangi terorisme.

Mengingat Rusia malam ini, tiba-tiba saya teringat dengan seorang penulis atau pengarang terkenal dari Beruang Merah. Nikolai Gogol, itulah nama penulis hebat tersebut.

Perkenalan saya dengan Nikolai Gogol ini sebenarnya sudah lama, alias dua dekade silam.

Jika tidak salah tahun 2000, ketika saya sedang bermain ke Universitas Indonesia. Di perpustakaan yang tersedia di kampus jaket kuning itu, saya membaca sebuah karyanya yang berjudul The Overcoat.

Ijinkan saya berbagi tentang cerita tersebut. The Overcoat, sesuai dengan judulnya adalah kisah tentang sebuah mantel. Tokoh utamanya, Akaky Akakievich.

Akaky di cerita tersebut adalah seorang pegawai rendahan di pemerintahan. Sosoknya sangat tertutup. Ia sering menghabiskan waktu sendirian, di kantor maupun di kamar kosnya.

Kalau tidak salah, tugas dan tanggung jawab Akaky adalah mencatat dan membuat duplikat dokumen. Yang luar biasa, Akaky tak pernah melakukan kesalahan dalam pekerjaannya tersebut alias punya rekor bersih.

Sosok Akaky digambarkan adalah sosok yang tidak dipandang oleh teman-temannya. Kesederhanaan tampak dari apa yang ia kenakan. Pakaian sederhana dan juga sebuah mantel yang sudah usang. Mantel usang itu jadi tertawaan dan olok-olok di kantornya.

Suatu hari, karena tak tahan mantel usangnya jadi olok-olok, Akaky pergi ke seorang penjahit. Saat melihat mantel tersebut, si penjahit angkat tangan dan menyuruh Akaky membeli mantel yang baru saja.

Padahal perlu uang banyak untuk membeli mantel yang baru. Akaky pun mengetatkan ikat pinggang dan semakin rajin menabung. Ia pun kini menjadi terobsesi dengan mantel baru yang belum ia miliki, sehingga sering ia tak lagi memperhatikan pekerjaannya.

Belakangan setelah uang terkumpul, bersama si penjahit, Akaky pergi ke toko kain dan membeli bahan paling mahal untuk nantinya dibuatkan menjadi sebuah mantel yang baru. Mantel baru yang menawan yang akan dikenakannya sebagai respon olok-olok yang telah membuatnya kesal luar biasa.

Pada hari pertama Akaky berkantor dengan mantel yang baru, semua teman-teman di kantor terpukau. Akaky yang sebelumnya terbiasa hidup soliter dengan canggung menjadi center of attention di kantornya. Sebuah pesta disipakan baginya menyambut sosok Akaky yang baru.

Pesta digelar meriah dan berlangsung hingga larut malam. Saya lupa sedikit ceritanya, tapi yang jelas, Akaky mengalami nasib nahas saat pulang dari pesta tersebut. Dalam perjalanan pulang, Akaky dihadang oleh kawanan perampok. Mantel baru yang dikenakannya diambil paksa. Akaky ditingglkan dalam kondisi terluka di dinginnya kota St. Petersburg.

Disinilah sebuah momen terjadi untuk Akaky. Wanita pemilik kos-kosannya menyuruh Akaky melapor ke polisi. Bukannya mendapatkan bantuan, Akaky justru dipermalukan para aparat dan diinterogasi layaknya penjahat atau seorang kriminal.

Pun ketika ia ingin curhat kepada atasannya di kantor, Akaky menerima perlakuan yang tak sesuai harapannya. Sang pejabat enggan untuk ditemui. Bahkan saat akhirnya bertemu, justru cemoohan yang diperolehnya.

Tak kuat dengan segala perlakuan yang diterimanya, Akaky akhirnya jatuh sakit. Selama berhari-hari ia demam karena tak bisa berhenti untuk memikirkan nasib buruknya.

Tak lama, Akaky Akakievich pun menghembuskan nafas terakhirnya. Wanita sang pemilik kamar kos tidak repot membersihkan kamarnya. Akaky memang tidak meninggalkan harta. Hanya sejumlah kertas dan alat tulis, beberapa pakaian serta mantel usangnya.

Atasan di kantor pun sempat mencarinya karena menganggap Akaky bolos kerja. Ketika atasan tersebut menyuruh pegawai lain untuk mengecek ke kontrakan, barulah diketahui bahwa Akaky telah tiada.

Posisi Akaky pun dengan mudah dicari penggantinya. Tak ada kesedihan yang tampak di antara teman-teman dan atasannya di kantor. Seorang pegawai baru yang lebih tampan direkrut. Hanya saja meski pegawai baru tersebut tak secemerlang mendiang Akaky dan sering melakukan kesalahan, tak ada atasan yang mengeluh.

Setelahnya diceritakan munculnya teror di kota St. Petersburg oleh sosok misterius. Teror yang dilakukan dengan menghadang orang-orang bermantel bagus di larut malam ataupun di jalan yang sepi. Masyarakat menjadi resah, namun polisi belum mampu mengungkap dan menangkap sosok misterius tersebut.

Suatu hari, pejabat kantor di tempat almarhum Akaky berkerja, memakai mantel terbaiknya dan pergi menghadiri sebuah pesta. Seusai pesta, dengan menggunakan kereta kuda pejabat itu hendak kembali ke rumah. Di perjalanan, ia merasakan tiupan dan dan terpaan salju. Padahal ia sedang duduk di dalam kereta kuda.

Tiba-tiba saja, sebuah tangan merenggut mantel bagus itu dari bangku belakang. Saat sang pejabat menoleh, ia terperanjat karena mendapati Akaky duduk di sana dengan wajah seputih salju dengan mata yang merah menyala.

Sembari menghardik, suara mengerikan keluar dari sosok misterius itu. “INI MANTEL KU SEKARANG !!”

Sang pejabat hampir mati ketakutan. Ia memerintahkan kepada sang kusir untuk memacu kuda-kudanya dengan cepat agar segera tiba di rumah. Saat turun di depan rumah, sang kusir heran melihat majikannya masuk ke dalam rumah tanpa mengenakan mantelnya lagi yang hilang entah kemana.

Sejak saat itu, sang pejabat yang angkuh itu berubah menjadi orang yang pendiam dan introvert. Tak pernah ia menceritakan kejadian di malam itu. Sejak itu pula, tak tampak lagi teror sang perenggut mantel.

Sejatinya kalau anda membaca buku tersebut, ini adalah sebuah cerita ringan yang penuh dengan cerita lucu.

Namun, banyak rasa yang terkandung dalam karya Nikolai Gogol ini. Konon, cerita yang disusun lugas ini adalah sebuah narasi yang sangat dekat dengan realita.

The Overcoat, adalah sebuah cerita yang menghadirkan kritik sosial yang tajam terhadap masyarakat kota yang kerap hidup dalam sebuah budaya individualis. Sikap individualisme yang sering menghakimi sesama berdasarkan apa yang tampak dari luar saja.

Setelah membaca karya sastra karangan Nikolai Gogol, saya pun sempat mencari tahu sosok pengarang besar ini. Walaupun seorang Rusia, Gogol memiliki campuran etnis Ukraina dan Polandia. Dua negara yang kebetulan pernah menjadi tuan rumah bersama Piala Eropa 2012 silam.

Sepanjang hidupnya, Gogol kerap mengkritik penguasa dengan karya-karya briliannya. Tak heran, ia sempat diasingkan oleh pemerintah. The Overcoat pun ditulisnya saat ia diasingkan di Roma, Italia.

Layaknya jalan hidup Akaky, Nikolai Gogol pun tersiksa dengan kegelisahan mentalnya akibat pengasingan-pengasingan tersebut.

Gogol meninggal di usia yang masih muda. Kalau tak salah di usia 42 tahun. Di makam nisannya terpatri sebuah kalimat emas, “Dan aku akan tertawa dengan tawa yang pahit”.

Banyak cerita muncul di Rusia tentang sosok Nikolai Gogol. Yang paling fenomenal adalah dugaan bahwa Gogol dikubur hidup-hidup. Hal itu ditengarai dengan temuan saat aparat kota Moskow hendak memindahkan kuburannya, ditemukanlah jenazah Gogol dalam kondisi telungkup di peti matinya.

Belakangan Nikolai Gogol adalah sosok yang dihormati di Rusia. Walaupun belum melihat secara langsung, dari teman yang pernah menempuh pendidikan disana, saya tahu bahwa wajahnya menghiasi uang koin di Rusia.

Mimpi untuk berkunjung ke Rusia tiba-tiba mencuat hari ini. Melihat langsung makam Nikolai Gogol dan Monumen yang didirikan di St. Peterseburg untuk menghormatinya akan jadi salah satu trip yang harus dijalani bila mimpi itu terwujud.

Siapa tahu usai pandemi Covid-19 nanti saya akan menginjakkan kaki di Rusia, bersama kamu mencari MANTEL ala Nikolai Gogol yang tentunya menyenangkan.

Nikolai Gogol dan karya-karyanya pun dikagumi dan dihormati Presiden Rusia, Vladimir Putin. Demikian pula Putin menghormati dan mengagumi Andrey Karlov yang juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Rusia untuk Korea Utara.

Nikolai Gogol dan Andrey Karlov telah tiada. Dua jiwa boleh saja mati, tapi karya dan sumbangsih mereka selama hidup pasti tak lekang dimakan zaman.

#RinganJari
Diubah oleh Djamboel79 26-09-2020 00:58
sposoloAvatar border
tulip.putihAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
506
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan