Alvionita99Avatar border
TS
Alvionita99
Tak Selamanya Harus Beli, Terkadang Harus Bisa Buat Sendiri Kebutuhan Kita

Masih ingatkah kalian dengan kelangkaan masker dan hand sanitizer pada bulan April kemarin? Aku sendiri juga masih mengingatnya karena pada saat itu saking langkanya aku rela membeli masker isi 50 dengan harga 300 ribu rupiah dan hand sanitizer seharga 100 ribu rupiah. Walau mahal, semua itu terpaksa aku beli karena memang butuh. Terutama buat orang yang dituntut untuk pergi ke satu tempat ke tempat lain dan bertemu dengan orang-orang baru. Kalau aku tak memiliki masker dan handsanitizer, sudah pasti virus itu dengan mudah masuk ke tubuhku.



Awalnya terasa tak terlalu berat mengeluarkan uang 400 ribu untuk kebutuhan itu, namun lama kelamaan rasanya menjadi berat. Harga masker dan handsanitizer yang terus naik membuat banyak orang kelimpungan. Bahkan pada saat itu harga tertinggi masker yang berisi 50 pcs mencapai 850 ribu rupiah (bisnis.com).  

Sebuah harga yang jelas tidak masuk akal untuk sebuah masker. Tapi mau bagaimana lagi, masker pada saat itu menjadi sebuah barang yang kodratnya melebihi kebutuhan pokok. Ditambah WHO juga tidak menganjurkan penggunaan masker kain karena dianggap kurang ampuh menangkal virus (cnnindonesia.com).



Tak berselang lama, harga handsanitizerpun ikut naik. Beberapa swalayan membatasi penjualan handsanitizer mereka agar tiap pembeli hanya bisa membeli satu. Dititik inilah yang akhirnya memutar otak untuk mencari cara lain agar tetap bisa memiliki hand sanitizer dengan harga yang murah. Akhrinya setelah browsing sana sini dapatlah artikel yang memberikan langkah-langkah pembuatan handsanitizer dengan bahan baku lidah buaya. Tak selang lama, pemerintahpun mengizinkan untuk menggunakan masker kain. Kemudian kembali lagi aku mencari cara membuat masker kain. Begitupun dengan disinfektan. 



Dari peristiwa mahalnya harga handsanitizer inilah aku beradaptasi dan menjelma menjadi mahluk yang selalu membiasakan diri untuk do it yourself (DIY). Dari yang sebelumnya apa-apa beli, menjadi orang yang apa-apa buat sendiri. Awalnya jelas sulit dan ribet. Lama kelamaan semuanya menjadi terbiasa. Dulu yang awalnya kalau bikin handsanitizer suka males kalo ngupas kulit lidah buaya, sekarang sudah biasa. Dulu yang suka ribet sendiri kalo masukkin benang ke dalam jarum, sekarang udah punya triknya biar benang bisa masuk dengan mudah.

Adaptasi ke kebiasaan baru ini akhirnya yang ngebuatku menjadi pribadi yang selalu membuat ketimbang membeli. Sehingga dampaknya uang yang aku miliki bisa diminimalisir untuk mengganti kebutuhan-kebutuhan yang awalnya dianggap penting tadi seperti masker dan handsanitizer. Dampak jangka panjangnya tentu melatih diri menjadi pribadi yang mandiri. Membuat diri ini selalu berusaha untuk membuat terlebih dulu baru membelinya. Ditambah dengan DIY muncul peluang bisnis yang kini sedang aku rintis.
delia.adelAvatar border
delia.adel memberi reputasi
1
120
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan