Saat ane SD dulu, untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia, biasanya sekolah ane melakukan parade karnaval mengelilingi perumahan di sekitar sekolah. Kebetulan sekolah ane berada disebuah area perumahan milik TNI. Pada karnaval itu para siswa dibebaskan untuk menggunakan pakaian favorit mereka. Dari pakaian adat, seragam profesi (TNI dan polisi), seragam sekolah hingga baju muslim.

Bagi mereka yang berasal dari kalangan orang mampu dan anak gaul di sekolah pada saat itu bisa berbangga dengan menyewa pakaian adat atau seragam TNI dan polisi untuk anak-anak. Sedangkan bagi mereka yang dari keluarga biasa-biasa saja hanya bisa menggunakan seragam sekolah atau baju muslim.

Nah ane merupakan siswa yang menggunakan baju muslim. Sebenernya ane pengen juga memakai sergam TNI pada saat itu. Hanya saja orang tua ane tidak ingin mengeluarkan uang untuk menyewa baju seperti itu. Dilain sisi, seragam sekolah yang ane gunakan sehari-hari juga masih kotor. Jadi mau tidak mau ane kebagian menggunakan pakaian muslim atas bawah bekas abang ane.

Bersama dengan pengguna baju muslim lainnya, ane berada di barisan paling belakang. Sedangkan teman-teman ane yang memakai seragam TNI dan polisi berada dibarisan depan ane. Disusul oleh mereka yang menggunakan pakaian adat dan para guru.

Awalnya parade karnaval berjalan dengan tenang dan tentram. Para siswa bisa berjalan sesuai barisannya. Hingga akhirnya mendekati beberapa meter menuju sekolah. Teman-teman ane yang mayoritas menggunakan pakaian muslim mengajak ane untuk melakukan balap lari menuju sekolah. Ane yang saat itu masih bocah tentu sangat senang menanggapi ajakan teman ane itu.

Dan dalam tiga hitungan, kamipun berlari sekuat tenaga menuju sekolah. Ane berlari dengan sekuat tenaga dan penuh semangat.

Namun sayangnya nasib baik sedang tidak berpihak pada ane pada saat itu. Celana gamis yang ane gunakan tiba-tiba sobek tepat di daerah selangkangan dengan ukuran yang cukup besar. Bunyi sobekkan itu sontak membuat ane berhenti berlari dan melihat sumber suara sobekkan itu. Sadar celana yang ane gunakan sobek, akhirnya ane putuskan untuk berjalan dan membiarkan teman-teman ane berlali mencapai sekolah. Saat itu ukuran sobeknya sudah cukup besar, cukup terlihat bila digunakan berjalan normal. Tapi ane mensiasatinya dengan berjalan perlahan.

Setibanya di sekolah, ane tidak bercerita bahwa celana yang ane gunakan robek. Ane hanya beralasan kalau dimarahi oleh guru olahraga pada waktu itu. Jadi teman-teman belum ada yang tau apa yang terjadi dengan celan gamis ane.

Namun kejadian buruk tidak sampai disitu. Ane yang terpilih untuk mengikuti lomba tarik tambang mau tidak mau mengikuti pertandingan itu untuk mewakili kelas ane melawan kelas lainnya.

Awalnya ane berusaha menarik tali tambang namun tetap fokus pada celana yang ane gunakan. Karena bisa gawat kalau teman-teman tau bahwa celana yang ane gunakan sobek. Namun lama-kelamaan, fokus ane teralihkan dengan lomba tarik tambang itu. Karena tidak ingin kelas ane kalah, anepun menjadi sangat bersemangat. Dan sialnya semangat ane itu malah membuat robek di celana ane semakin melebar. Sobekannya memanjang dari ukuran semula. Dan itu baru ane sadari setelah pertandingan usai karena teman-teman tertawa begitu puasnya ke arah ane.

Sungguh sangat malu ane pada waktu itu. Untungnya wali kelas ane mengetahui kejadian itu dan segera meminjamkan ane sarung untuk dipakai hingga pulang. Hal ini tidak membuat teman-teman berhenti menertawakan ane. Malah membuat mereka semakin menjadi-jadi. 

Sudah kalah, celana sobek, pulang pake sarung. Lengkap sudah penderitaan ane kala itu. Sejak saat itu ane tidak mau lagi menggunakan baju muslim untuk parade karnaval sekolah.