Di semua daerah, pasti ada tempat yang terkenal angker. Entah itu pohon atau rumah kosong. Di daerah ane, ada sebuah rumah yang sangat terkenal karena keangkerannya. Lokasinya ada di desa tetangga. Rumah ini konon angker karena seluruh penghuninya habis dibunuh oleh garong. Suami, istri, 2 anak dan 1 tamu yang kebetulan sedang menginap.

Setiap ada pembeli rumah baru, yang beli rumah entah karena tergiur murah atau memang tidak tahu, akan meninggal misterius. Akibatnya rumah ini gak laku dijual.

Ada kejadian yang diceritakan turun temurun yang entah bener apa enggak. Di siang hari, ada anak kecil yang masuk ke rumah ini untuk mengambil bolanya yang tidak sengaja masuk. Dan anak ini tak pernah keluar lagi hingga sekarang!


Ilustrasi rumah kosong

Sudah jadi tradisi di kampung ane, acara 17 Agustus selalu diadakan Pesta Rakyat. Kecuali tahun ini ya karena pandemi. Tapi entah juga sih tahun-tahun kemarin. Semenjak ane pindah ke kampung istri, ane tak pernah tahu lagi Pesta Rakyat ini.

Kemeriahan dalam Acara Semarak Hari Kemerdekaan ini riuh oleh pasar malam, wahana anak, dan tentu saja, panggung hiburan. Ya, agan benar. Jelas dangdut!

Ane dulu selalu datang untuk menonton. Karena makin malam penyanyinya makin keren (baca: berani). Termasuk malam itu. Dari sore ane sudah ada di lokasi. Jalan kaki ane ke lokasi bareng temen-temen sekampung.

Acara dangdut makin malam makin riuh. Karena banyaknya doorprize dan hadiah yang dibagikan. Dan malam itu artis yang lagi naik daun di daerah ane juga dijadwalkan mengisi acara. Mungkin kalau sekarang ya levelnya Nella Kharisma lah.


Ilustrasi Pesta Rakyat

Dan sudah bisa diduga, pas biduan ini keluar, suasana tambah liar. Dengan lagu dangdut yang hits waktu itu, kami semua asyik berjoged. Saking asyinya joged, ane senggolan dengan pejoged lain. Hampir ribut, tapi bisa dilerai. Males juga ane ribut soal joged doang. Kalau gak mau kesenggol ya jangan joged lah!


Ilustrasi Dangdut Rusuh

Tapi, hati orang tidak ada yang tau.

Rupanya orang ini masih dendam sama ane. Pas ane lagi asyik ketawa-tawa jalan pulang, ane dan rombongan diikutin segerombolan orang dari belakang. Mereka udah siap dengan balok kayu dan juga bambu. Bahkan sekilas, orang yang senggolan sama ane ini megang stick golf!

Sayang nyawa, ane dan yang lain ngibrit sekenceng-kencengnya. Mencar pula! Apesnya, yang ngejar ane paling banyak karena bagaimanapun, ni orang dendamnya sama ane.

Terdesak dan gak mau mati konyol, pas belokan gang, ane masuk rumah kosong yang sangat gelap. Tapi bagus, karena kalau ada lampu mereka bisa tau ane ngumpet di sini.

Saat itu, rasanya ane mau nafas aja takut. Takut mereka tau ane di dalem dan menyerbu masuk.

Ane denger orang yang megang stick golf teriak ke temen-temennya dan bilang ane kemungkinan ada di dalam. Dia juga mengarahkan senternya ke dalem. Tapi ane di belakang tangga.

Temen-temen dia gak ada yang percaya ada yang berani masuk rumah ini. Dan ane baru sadar, kalau ini rumah angker itu!


Ilustrasi rumah angker

Ada perasaan pengen lari keluar, tapi takut mati konyol dikeroyok di kampung orang.

Mereka pun gak ada yang berani masuk ke dalem. Tapi tetap, ane gak berani keluar. Kuatir mereka masih di luar nungguin ane. Saat itu belum ada handphone ya? Telpon koin aja cuma ada 1 di depan Kantor Kecamatan! Jadi ane gak bisa cari pertolongan.

Nunggu suasana aman, ane malah ketiduran. Bangun-bangun udah terang dan ane langsung lompat. Kaki pada beset-beset. Sandal ilang sebelah. Ada benjol juga di kening, dengan darah udah kering. Namanya lari di tempat gelap. Untung lah gak ada yang kerajinan nungguin ane di luar sampe siang. Kalau ada, mungkin ane gak bisa cerita di sini.

Selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.