TS
sayuh311
Kumpulan Puisi-puisi
Patidusamu
Kuwu
Sajak gagu
Risau diksi cupu
Lesat peluru nyiru rayu
Pertapa tua solek igau
Waria baju biru
Seru bisu
Lucu
Kicau
Cumbu semu
Gincu tikam ilmu
Peka jeruju belenggu malu
Pacu buru adu seru
Sesat tipu fardhu
Restu tabu
Silau
Surabaya 25 Juni 2020
Sayuh
Penulis Lepas Berjiwa Bebas
#Featured Nagari
Puisiku mati, terbunuh abolisi
Ceritaku tak bernyawa tergencet aristokrasi
Mulut-mulut dipaksa bungkam menelan jeruji
Di sebalik sunyi jari-jari bergerigi anarki
Berteka-teki sendi elegi
Jejaka mengirap nyali
Badut parlemen terkekeh geli
Kasta sudra ejakulasi infiniti
Intonasi suara intimidasi sunyi
Bedil serdadu-serdadu ciutkan nyali
Penghambaan jagapati mengecapi kendali
Penganjur mula berkomedi
Keseksamaan dikremasi arogansi dinasti kurcaci
Si Kurus bodoh memegang lori
Berlalu pergi tanpa iba hati
Ludah sundal mendakwai orang suci
Serapah umpat pecandu supremasi
Tatapan kiasan dalam personifikasi
Sidoarjo 17 Juni 2020
Sayuh
Pak Supir Menulis Lepas Berjiwa Bebas
Ilusi Sesat
Wajah cantik itu menari-nari indah dalam imajinasiku, seirama dengan alunan musik nan merdu bersenandung. Rupa yang elok itu semakin menyesatkan diriku, membuatku terbuai dalam jurang khayalan.
Angin bertiup lirih menebar benih menembus Asmaraloka. Pesona ayu-mu itu telah menyihirku. Layaknya Dasamuka hilang akal karena Dewi Shinta.
Aku tertikam panah asmaramu! Lihatlah olehmu. Aku terjatuh ... terkapar ... aku hilang akal ... aku terbunuh rasa rindu paling kekal.
Haruskah aku membual setiap saat? Menceritakan rasaku pada jagad raya, ataukah aku diamkan dan mengubur dalam-dalam tentangmu?
Aku perhatikan manusia lalu-lalang dengan kekosongan jiwa, berjalan tergopoh-gopoh dengan penuh keserakahan mendominasi pikiran.
Berbeda denganmu, senyuman yang kamu suguhkan meredakan kerisauan hati. Kelembutan tuturmu menyejukkan jiwa. Kehangatan yang kamu tawarkan menundukkan keegoisanku.
Zahir wajahmu membungkus batas khayalku. Aku porak poranda bersama bayangmu yang memelukku. Inginku menetap dan hidup di sana. Di benua entah, bersama degup jantungmu yang menghangatkan jiwa.
Senja tampak begitu manis sore ini, semanis saat kau tersenyum. Langit sangat teduh seperti tatapanmu yang selalu meneduhkan kegersangan padang pasir.
Seharusnya kusudahi membual tentangmu. Sepantasnya memori usang terkubur dalam perut bumi. Tetapi, bumi semakin menumbuh-suburkan tiap jengkal kenangan bersamamu.
Aku hidup kekal di sana dan rajutan mimpi menutupi mata hati. Tak ada yang paling indah sepanjang perjalanan. Kecuali menghadirkan sosokmu hingga batas usia
Masa indah itu kini terbunuh, terbungkus kafan, seharusnya telah damai, tetapi 'Ruh' itu bangkit menerjang batas semesta. Saat ku coba menghadang, semakin lantang ia menantang. Aku tendang, dan dibuatnya diriku tumbang!
Pesona ayu-mu mengekang angan berkepanjangan. Paradoksal estetika rona wajahmu menjebak diriku dalam ilusi usang. Kenangan mengusik jiwa. Savanaku!
Sayuh
Lamongan
Minggu 9 Pebruari 2020
Arkaisku
Swastamita perlahan meninggalkan sinarnya
Hilang arah tak berbekas
Kesendirian menembus batasan-batasan sepimu
Candramawa bawa kabar lara
Aku selayak candala
Dalam ketaksaan menjumputi hasrat yang sempat terbuang
Mungkinkah aku rimpuh di sini?
Gusti ....
Daksaku melemah semakin terpuruk
Begitu banyak adorasi yang kulalui
Berikan hantarkan pilau-Mu!
Menjemput diriku di penghujung shyam
Ingin kuarungi batas-batas buana
Melihat lintang-lintang dari kaki langit
Kampa jantung berdegup lebih kencang
Pesonamu menyihir meluluhlantakan murkaku
Aku gugup dan gamang di atas jembatan asmaraloka
Jeremba itu menyambut lembut dan menuntun lakuku
Samar-samar sarayu agahku dikalahkan rasaku
Kalbuku dipenuhi harsa dari lokawigna
16 Maret 2020
Pak Supir Menulis Lepas Berjiwa Bebas
Terpasung Perisau Rindu
Gelisahku menenun rindu
Bersekutu bisu dan malu
Terpaku terikat jeruju
Bungkam selaju risau
Senja temaram berdesau
Terbenam sajak seraju
Tersipu padu menyerbu tabu
Meracau pilu lembayung tertuju
Pecandu memacu pepuju
Mengigau merdu penuh rayu
Kelu berlemuru tuju
Menyudu rindu penyemu
Debu pencemburu menanam haru
Ruh melaju pagu ditandu
Terduduk sendu berseteru peluru
Bersandar restu tugu menunggu serdadu
Surabaya 6 Juni 2020
Sayuh
Orang Ganteng Sejak Jaman Jahiliah
Cabar Hati (1)
Begitu banyak azimat kau titipkan, mantra-mantra kurapalkan perlahan-lahan. Ingatan-ingatan bersambungan membentuk anyaman, layaknya burung syurga berkicau merdu bersahutan.
Aku meringkuk ....
Pada tulang belakang yang menasbihkan doa setajam parang. Sudutku remang, Tuhanku benderang membakar angan mula gersang.
Sabda-Mu adalah ketentuan tanpa gugat, tugasku memahat yang hambat.
Wajah-wajah pucat semakin sekarat, bertahan hanya untuk sebuah hakikat.
Bilakah bertunas?
Penantian di ajang pentas. Lunglaiku memaksa langit bersabda atas gemuruhku kian memanas cemas, nahas ... tak berbalas.
Sungguhku tak berdaulat. Sayap yang rapuh seakan bermimpi mengarung jagat. Begitu banyak umpat, khianat, berkarat lipat.
Gerombolan manusia frustasi memilih mati dalam tanpa wangi kasturi ....
Satu-persatu berputus asa memutuskan Rahmat-Mu, melepaskan belenggu menuju lembah bermadu. Bercumbu dalam keabadian bahagia semu penuh ikab, wangi gaharu berlalu merindu lupa kau tuju.
Sorak-sorai riuh menertawaimu di balik jeruji, kepahitan dikecapi sendiri. Melegalisasi diri dalam sepi! Getir, depresi, santapan berhari tak berhenti.
Sayatan mendera jiwa terhukum, tiada wangi yang tercium. Terjerumus penuh kutukan di lembah nanah busuk mengharum, berspectrum menjadi jarum penghukum.
Sayuh& Rosiane
18 April 2020 Surabaya
Penulis Lepas Berjiwa Bebas
Ujung Barat Sambut Duka
Tebal tipis bermetafora, gugurkan bunga tabebuya
Nafas dan tubuh mewangikan semesta
Wajah pucat sukma melanglang buana
Merajam mantra-mantra pusaka
Estetika egoisme hadirkan petaka
Di ujung barat rinai menancapkan tonggak haru
Perahu kecil mengarung baharu
Menggeliat mendurhakai elu
Menawarkan cumbu berengku
Senyum manis sipu malu
Bicaralah, jangan hanya diam menggurindam
Matahari sudah terbenam
Masih terus bungkam
Hati memilih bersemayam
Pada pesan kalam
Surabaya 20 Juni 2020
Sayuh
Determinisme
Pohon surga sebar aroma wanginya, sadrahku pun meninggi akan-Mu
Setapak laluan melucuti falsafah, warna-warna tedas maujud mengirap nurani
Bilangan membungkam hasrat, angkuh nalar pecundangi haluan
Potret buram di balik cadar jadi perisai, selangkup tudung pekasih racuni perjamuan
Pesakitan tertawan harap maghfirah-Mu, sesalan sekedar lafal-lafal belaka
1 Juni 2020
Sayuh
Orang Ganteng Sejak Jaman Jahiliah
#Batara Guru Hilang Akal
Sebaiknya kau menepi menyingkir ....
Saat syair-syairku menembus batas-batas semesta
Mantra dan jopa-japumu menelan kedengkian
Kesaktian tertunduk di bawah kebijaksanaan
Diksi rayu hujam sesat tebar nanah busuk
Menyebar benih keangkuhan di mayapada
Kau seperti Batara Guru gila pemujaan
Kehormatan sanjung puji kau santap penuh kemurkaan
Kehormatan dan pengakuan menghantarkan dirimu pada kebinasaan
*****
Surabaya 5 April 2020
Sabda Sesat Sang Presiden
Mulanya kau teriakkan perlawanan, "perang lawan Covid-19!!"
Menatap realis optimis idealis bak Spartan
Ocehanmu melesat tajam menggema ke penjuru semesta
Semangat perlawanan tersungkur mengiba
Menjungkirbalikkan heroisme pasukan bersenjatakan semoga ....
Salam damai pun terucap, "raih dan memeluk kematian."
Pilar-pilar roboh tersebar berserak
Rakyat dibiarkan mati tanpa negara
Aku hanya bisa tajamkan puisi menancapkan belati pada kebodohan
8 May 2020 Surabaya
Sayuh
Penulis Lepas Berjiwa Bebas
Sayuhnara Momentum Bersama
Terakhir ....
Aku belum sempat menghabiskan kopi
Kita pesan bersama di musim kemarau
Meski nyata setiap sesapku
Selalu kehilangan pahitnya
Neira dalam matamu ....
Kemudian kulepaskan tanpa tanya cerita
Aku hanya menapaki tangga mustahilmu
Semoga ada kesempatan sua kopi
Rasa pahitnya ingatkan kejamnya takdir
Lamongan 25 Mei 2020
Sayuh
Orang Ganteng Sejak Jaman Jahiliah
Persembahan Ibumu ....
Sepi nan suwung berlangsung mengungkung rindu terhujung pasung ... celoteh manja nan tangis Aisyah terselubung mendayung lembayung penuh kidung
Kulit-kulit keriput memudarkan keelokan wajah cantiknya, ingatan-ingatan mulai digerus linglung terpahat usia. Lakon hidupnya hanya mampu duduk di kursi tua menunggu senja menyapa ....
Senyum-senyum kecil mengembang merekah, wangi kenangan menundukkan amarah bertadah sembah. Pengharapan dalam pasrah tercurah pada maha pemurah
Wanita-wanita tua merapal mantra chanda fadilat, puja-puji disemat tanpa gugat sahihkan dahsyatnya hakikat meski terikat pekat menghikayat
Rahmat serta keridhaan bersambung tegak lurus menembus Arsil yang agung, merenungnya wanita rimpuh bukan karena tenung. Relung hatinya penuh sabda yang menggunung terus bergaung
2 Mei 2020
Sayuh
Penulis Lepas Berjiwa Bebas
Gendam Nalam
Samar meng-ironi senyummu dalam majas
Selarik bait bertedas balas
Matahari culas merampas
Seroja tunduk meng-iras welas
Jejas-jejas mengalas kalas
Metafora bercawat tirakat
Sesat durhakai nasihat
Rasa berkhidmat siasat
Iqamat meng-isyarat jerat
Mantra-mantra bercugat makrifat
Resi bercakak anugerah kutuk
Penari meringkuk bersusuk biduk
Terjerat pesona tak berufuk
Genduk terduduk bujuk teteguk
Suara putus mengirab bertajuk-tajuk
Tangis sesal berbaris-baris nalam
Racikan mesiu menyulam dendam
Epigram kalam meredam gendam
Peronggeng tertawa menikam langgam
Bisik sarayu merajam pendam
Bilangan Kemunca
Petrichor ... sadrahku pun meninggi akan_Mu, menciumi semerbak wanginya gaharu
Setapak laluan melucuti falsafah, warna-warna tedas maujud mengirap nurani
Bening menggenangi kalbu, sebut asma-Mu menghidupi rongga paru
Mengelantang duri sepanjang gigir sunyi. Di pintu-Mu kutanggalkan roda pedati. Sehirup napas, sejuta lembar tak tergambar
Pada Engkau wahai zat peneguh hati, kutanggalkan repih menuju haribaan-Mu
____
Tabir Delusi
Tertegun dibungkam hasrat fadilat, angkuh nalar pecundangi haluan
Potret buram di balik cadar jadi perisai, selangkup tudung pekasih racuni perjanjian-perjanjian
Pesakitan tertawan tegur, sesalan sekedar lafal-lafal hadirkan pembebasan
Tampak legam mengangkasa, kala mentari menjilati penari. Coba merapal laku, terantuk kening tertunduk, sukma pemabuk tertumbuk
Pembatas dogma nada manis di barisan kue lapis, warna cerah melukis sungging. Senyum manis terkikis tangis
Topeng penari ronggeng berkiprah. Mengejawantah di panggung antah-berantah. Lepas tirai terbakar, karam diselimuti tikar pandan
31 Mei 2020
Sayuh & Rosiane
Neira
Seperti arti namamu perempuan islami yang selalu bersinar penuh kilau
Suara yang paluh, tingkah yang manja dan nakal membuat Denawa pun luluh
Beribu kali terjatuh, kau bangkit berlari ke pelukan berlabuh
Orang asing yang tidak pernah sekalipun kau jumpai telah kau tundukan
Semerbak aromaloka menyebar ke seluruh dermaga
Sinarmu memancar indah penuh warna terlihat layaknya Aurora menghias cakrawala
Tingkahmu yang nakal, lucu, lincah akan selalu memaksaku merinduimu
Neira ....
Langkah-langkah kaki mungilmu harus terus bergerak agar tetap bernilai sebagai hamba
Kehidupan akan mengajarkanmu kehilangan, kecewa, sedih, bahagia juga kepahitan
Terus dan tetaplah berjalan setia pada kebenaran seperti Khadijah
Kilauan sinarmu jangan redup menghapuskan segala kepahitan
"Wahai Dzat bersinggasana di Ars yang telah turun ke langit paling bawah untuk mendengarkan rajutan puja-puji do'a hamba-Nya."
"Wahai Dzat yang tidak sibuk untuk mendengarkan suara keresahan apa pun."
"Wahai Dzat yang tidak akan keliru memberi kepada banyak peminta."
"Wahai Dzat yang tidak pernah bosan dengan permintaan yang terus menerus."
"Berikan sejuknya rasa ampunan-Mu dan manisnya rahmat-Mu!”
Situbondo 30 juni 2019
Sayuh
Orang Ganteng Sejak Jaman Jahiliah
Hujaman Prasangka
Acuman menabur perkara bilangan
Aku tersesat di lorong alas cemoohan
Semangatku patah ....
Terseret gugusan bintang-bintang
Tertegun sadrahku diam
Penyantun menyelinap dihembusan sarayu
Kasih_Mu memuai raga hilang akal
Memandu sukmaku yang tercabar
Mendekap rapat tandang bayang
Disesahku berhajat kharisma_Mu
Sayuh & Rosiane
29 Mei 2020 Lamongan
Surga Kaum Sesat
Negaraku tersesat ulah birokrat, presiden lupa amanat. Aparat jadi alat penjerat, rakyat dipaksa bertirakat. Doa azimat putus dalam kalimat, lidah-lidah terpahat isyarat, bersuara kutukan dan umpat
Wajah-wajah mesum nan khianat, pejabat penjahat bermufakat jahat. Melacurkan idealisme dengan sindikat, menyayat penuh pikat. Membunuh tanpa gugat, mengalirkan sungai mahzurat
Kaki-kaki berjinjit berjingkat, menerobos sekat carat. Gurat wajah penjilat melaknat hujat, pramuria memikat tawarkan nikmat. Kutepiskan iradat ditumpukkan mayat, kembali meruwat semangat
Semua diam mencacat dan mendebat, tangan-tangan sakat kuat mencegat. Gerogoti buas satu makulat, sungguh keparat tepikan fadilat, kemana hukum berkiblat?
Negeriku sekarat hilang wasiat, tawa jahat menggema di penjuru jagat! Tangisan berlarat-larat lipat gelumat, makrifatku berfilsafat inayat. Akankah Indonesiaku berdaulat?
28 Mei 2020
Sayuh
Pak Supir Menulis Lepas Berjiwa Bebas
Kuwu
Sajak gagu
Risau diksi cupu
Lesat peluru nyiru rayu
Pertapa tua solek igau
Waria baju biru
Seru bisu
Lucu
Kicau
Cumbu semu
Gincu tikam ilmu
Peka jeruju belenggu malu
Pacu buru adu seru
Sesat tipu fardhu
Restu tabu
Silau
Surabaya 25 Juni 2020
Sayuh
Penulis Lepas Berjiwa Bebas
#Featured Nagari
Puisiku mati, terbunuh abolisi
Ceritaku tak bernyawa tergencet aristokrasi
Mulut-mulut dipaksa bungkam menelan jeruji
Di sebalik sunyi jari-jari bergerigi anarki
Berteka-teki sendi elegi
Jejaka mengirap nyali
Badut parlemen terkekeh geli
Kasta sudra ejakulasi infiniti
Intonasi suara intimidasi sunyi
Bedil serdadu-serdadu ciutkan nyali
Penghambaan jagapati mengecapi kendali
Penganjur mula berkomedi
Keseksamaan dikremasi arogansi dinasti kurcaci
Si Kurus bodoh memegang lori
Berlalu pergi tanpa iba hati
Ludah sundal mendakwai orang suci
Serapah umpat pecandu supremasi
Tatapan kiasan dalam personifikasi
Sidoarjo 17 Juni 2020
Sayuh
Pak Supir Menulis Lepas Berjiwa Bebas
Ilusi Sesat
Wajah cantik itu menari-nari indah dalam imajinasiku, seirama dengan alunan musik nan merdu bersenandung. Rupa yang elok itu semakin menyesatkan diriku, membuatku terbuai dalam jurang khayalan.
Angin bertiup lirih menebar benih menembus Asmaraloka. Pesona ayu-mu itu telah menyihirku. Layaknya Dasamuka hilang akal karena Dewi Shinta.
Aku tertikam panah asmaramu! Lihatlah olehmu. Aku terjatuh ... terkapar ... aku hilang akal ... aku terbunuh rasa rindu paling kekal.
Haruskah aku membual setiap saat? Menceritakan rasaku pada jagad raya, ataukah aku diamkan dan mengubur dalam-dalam tentangmu?
Aku perhatikan manusia lalu-lalang dengan kekosongan jiwa, berjalan tergopoh-gopoh dengan penuh keserakahan mendominasi pikiran.
Berbeda denganmu, senyuman yang kamu suguhkan meredakan kerisauan hati. Kelembutan tuturmu menyejukkan jiwa. Kehangatan yang kamu tawarkan menundukkan keegoisanku.
Zahir wajahmu membungkus batas khayalku. Aku porak poranda bersama bayangmu yang memelukku. Inginku menetap dan hidup di sana. Di benua entah, bersama degup jantungmu yang menghangatkan jiwa.
Senja tampak begitu manis sore ini, semanis saat kau tersenyum. Langit sangat teduh seperti tatapanmu yang selalu meneduhkan kegersangan padang pasir.
Seharusnya kusudahi membual tentangmu. Sepantasnya memori usang terkubur dalam perut bumi. Tetapi, bumi semakin menumbuh-suburkan tiap jengkal kenangan bersamamu.
Aku hidup kekal di sana dan rajutan mimpi menutupi mata hati. Tak ada yang paling indah sepanjang perjalanan. Kecuali menghadirkan sosokmu hingga batas usia
Masa indah itu kini terbunuh, terbungkus kafan, seharusnya telah damai, tetapi 'Ruh' itu bangkit menerjang batas semesta. Saat ku coba menghadang, semakin lantang ia menantang. Aku tendang, dan dibuatnya diriku tumbang!
Pesona ayu-mu mengekang angan berkepanjangan. Paradoksal estetika rona wajahmu menjebak diriku dalam ilusi usang. Kenangan mengusik jiwa. Savanaku!
Sayuh
Lamongan
Minggu 9 Pebruari 2020
Arkaisku
Swastamita perlahan meninggalkan sinarnya
Hilang arah tak berbekas
Kesendirian menembus batasan-batasan sepimu
Candramawa bawa kabar lara
Aku selayak candala
Dalam ketaksaan menjumputi hasrat yang sempat terbuang
Mungkinkah aku rimpuh di sini?
Gusti ....
Daksaku melemah semakin terpuruk
Begitu banyak adorasi yang kulalui
Berikan hantarkan pilau-Mu!
Menjemput diriku di penghujung shyam
Ingin kuarungi batas-batas buana
Melihat lintang-lintang dari kaki langit
Kampa jantung berdegup lebih kencang
Pesonamu menyihir meluluhlantakan murkaku
Aku gugup dan gamang di atas jembatan asmaraloka
Jeremba itu menyambut lembut dan menuntun lakuku
Samar-samar sarayu agahku dikalahkan rasaku
Kalbuku dipenuhi harsa dari lokawigna
16 Maret 2020
Pak Supir Menulis Lepas Berjiwa Bebas
Terpasung Perisau Rindu
Gelisahku menenun rindu
Bersekutu bisu dan malu
Terpaku terikat jeruju
Bungkam selaju risau
Senja temaram berdesau
Terbenam sajak seraju
Tersipu padu menyerbu tabu
Meracau pilu lembayung tertuju
Pecandu memacu pepuju
Mengigau merdu penuh rayu
Kelu berlemuru tuju
Menyudu rindu penyemu
Debu pencemburu menanam haru
Ruh melaju pagu ditandu
Terduduk sendu berseteru peluru
Bersandar restu tugu menunggu serdadu
Surabaya 6 Juni 2020
Sayuh
Orang Ganteng Sejak Jaman Jahiliah
Cabar Hati (1)
Begitu banyak azimat kau titipkan, mantra-mantra kurapalkan perlahan-lahan. Ingatan-ingatan bersambungan membentuk anyaman, layaknya burung syurga berkicau merdu bersahutan.
Aku meringkuk ....
Pada tulang belakang yang menasbihkan doa setajam parang. Sudutku remang, Tuhanku benderang membakar angan mula gersang.
Sabda-Mu adalah ketentuan tanpa gugat, tugasku memahat yang hambat.
Wajah-wajah pucat semakin sekarat, bertahan hanya untuk sebuah hakikat.
Bilakah bertunas?
Penantian di ajang pentas. Lunglaiku memaksa langit bersabda atas gemuruhku kian memanas cemas, nahas ... tak berbalas.
Sungguhku tak berdaulat. Sayap yang rapuh seakan bermimpi mengarung jagat. Begitu banyak umpat, khianat, berkarat lipat.
Gerombolan manusia frustasi memilih mati dalam tanpa wangi kasturi ....
Satu-persatu berputus asa memutuskan Rahmat-Mu, melepaskan belenggu menuju lembah bermadu. Bercumbu dalam keabadian bahagia semu penuh ikab, wangi gaharu berlalu merindu lupa kau tuju.
Sorak-sorai riuh menertawaimu di balik jeruji, kepahitan dikecapi sendiri. Melegalisasi diri dalam sepi! Getir, depresi, santapan berhari tak berhenti.
Sayatan mendera jiwa terhukum, tiada wangi yang tercium. Terjerumus penuh kutukan di lembah nanah busuk mengharum, berspectrum menjadi jarum penghukum.
Sayuh& Rosiane
18 April 2020 Surabaya
Penulis Lepas Berjiwa Bebas
Ujung Barat Sambut Duka
Tebal tipis bermetafora, gugurkan bunga tabebuya
Nafas dan tubuh mewangikan semesta
Wajah pucat sukma melanglang buana
Merajam mantra-mantra pusaka
Estetika egoisme hadirkan petaka
Di ujung barat rinai menancapkan tonggak haru
Perahu kecil mengarung baharu
Menggeliat mendurhakai elu
Menawarkan cumbu berengku
Senyum manis sipu malu
Bicaralah, jangan hanya diam menggurindam
Matahari sudah terbenam
Masih terus bungkam
Hati memilih bersemayam
Pada pesan kalam
Surabaya 20 Juni 2020
Sayuh
Determinisme
Pohon surga sebar aroma wanginya, sadrahku pun meninggi akan-Mu
Setapak laluan melucuti falsafah, warna-warna tedas maujud mengirap nurani
Bilangan membungkam hasrat, angkuh nalar pecundangi haluan
Potret buram di balik cadar jadi perisai, selangkup tudung pekasih racuni perjamuan
Pesakitan tertawan harap maghfirah-Mu, sesalan sekedar lafal-lafal belaka
1 Juni 2020
Sayuh
Orang Ganteng Sejak Jaman Jahiliah
#Batara Guru Hilang Akal
Sebaiknya kau menepi menyingkir ....
Saat syair-syairku menembus batas-batas semesta
Mantra dan jopa-japumu menelan kedengkian
Kesaktian tertunduk di bawah kebijaksanaan
Diksi rayu hujam sesat tebar nanah busuk
Menyebar benih keangkuhan di mayapada
Kau seperti Batara Guru gila pemujaan
Kehormatan sanjung puji kau santap penuh kemurkaan
Kehormatan dan pengakuan menghantarkan dirimu pada kebinasaan
*****
Surabaya 5 April 2020
Sabda Sesat Sang Presiden
Mulanya kau teriakkan perlawanan, "perang lawan Covid-19!!"
Menatap realis optimis idealis bak Spartan
Ocehanmu melesat tajam menggema ke penjuru semesta
Semangat perlawanan tersungkur mengiba
Menjungkirbalikkan heroisme pasukan bersenjatakan semoga ....
Salam damai pun terucap, "raih dan memeluk kematian."
Pilar-pilar roboh tersebar berserak
Rakyat dibiarkan mati tanpa negara
Aku hanya bisa tajamkan puisi menancapkan belati pada kebodohan
8 May 2020 Surabaya
Sayuh
Penulis Lepas Berjiwa Bebas
Sayuhnara Momentum Bersama
Terakhir ....
Aku belum sempat menghabiskan kopi
Kita pesan bersama di musim kemarau
Meski nyata setiap sesapku
Selalu kehilangan pahitnya
Neira dalam matamu ....
Kemudian kulepaskan tanpa tanya cerita
Aku hanya menapaki tangga mustahilmu
Semoga ada kesempatan sua kopi
Rasa pahitnya ingatkan kejamnya takdir
Lamongan 25 Mei 2020
Sayuh
Orang Ganteng Sejak Jaman Jahiliah
Persembahan Ibumu ....
Sepi nan suwung berlangsung mengungkung rindu terhujung pasung ... celoteh manja nan tangis Aisyah terselubung mendayung lembayung penuh kidung
Kulit-kulit keriput memudarkan keelokan wajah cantiknya, ingatan-ingatan mulai digerus linglung terpahat usia. Lakon hidupnya hanya mampu duduk di kursi tua menunggu senja menyapa ....
Senyum-senyum kecil mengembang merekah, wangi kenangan menundukkan amarah bertadah sembah. Pengharapan dalam pasrah tercurah pada maha pemurah
Wanita-wanita tua merapal mantra chanda fadilat, puja-puji disemat tanpa gugat sahihkan dahsyatnya hakikat meski terikat pekat menghikayat
Rahmat serta keridhaan bersambung tegak lurus menembus Arsil yang agung, merenungnya wanita rimpuh bukan karena tenung. Relung hatinya penuh sabda yang menggunung terus bergaung
2 Mei 2020
Sayuh
Penulis Lepas Berjiwa Bebas
Gendam Nalam
Samar meng-ironi senyummu dalam majas
Selarik bait bertedas balas
Matahari culas merampas
Seroja tunduk meng-iras welas
Jejas-jejas mengalas kalas
Metafora bercawat tirakat
Sesat durhakai nasihat
Rasa berkhidmat siasat
Iqamat meng-isyarat jerat
Mantra-mantra bercugat makrifat
Resi bercakak anugerah kutuk
Penari meringkuk bersusuk biduk
Terjerat pesona tak berufuk
Genduk terduduk bujuk teteguk
Suara putus mengirab bertajuk-tajuk
Tangis sesal berbaris-baris nalam
Racikan mesiu menyulam dendam
Epigram kalam meredam gendam
Peronggeng tertawa menikam langgam
Bisik sarayu merajam pendam
Bilangan Kemunca
Petrichor ... sadrahku pun meninggi akan_Mu, menciumi semerbak wanginya gaharu
Setapak laluan melucuti falsafah, warna-warna tedas maujud mengirap nurani
Bening menggenangi kalbu, sebut asma-Mu menghidupi rongga paru
Mengelantang duri sepanjang gigir sunyi. Di pintu-Mu kutanggalkan roda pedati. Sehirup napas, sejuta lembar tak tergambar
Pada Engkau wahai zat peneguh hati, kutanggalkan repih menuju haribaan-Mu
____
Tabir Delusi
Tertegun dibungkam hasrat fadilat, angkuh nalar pecundangi haluan
Potret buram di balik cadar jadi perisai, selangkup tudung pekasih racuni perjanjian-perjanjian
Pesakitan tertawan tegur, sesalan sekedar lafal-lafal hadirkan pembebasan
Tampak legam mengangkasa, kala mentari menjilati penari. Coba merapal laku, terantuk kening tertunduk, sukma pemabuk tertumbuk
Pembatas dogma nada manis di barisan kue lapis, warna cerah melukis sungging. Senyum manis terkikis tangis
Topeng penari ronggeng berkiprah. Mengejawantah di panggung antah-berantah. Lepas tirai terbakar, karam diselimuti tikar pandan
31 Mei 2020
Sayuh & Rosiane
Neira
Seperti arti namamu perempuan islami yang selalu bersinar penuh kilau
Suara yang paluh, tingkah yang manja dan nakal membuat Denawa pun luluh
Beribu kali terjatuh, kau bangkit berlari ke pelukan berlabuh
Orang asing yang tidak pernah sekalipun kau jumpai telah kau tundukan
Semerbak aromaloka menyebar ke seluruh dermaga
Sinarmu memancar indah penuh warna terlihat layaknya Aurora menghias cakrawala
Tingkahmu yang nakal, lucu, lincah akan selalu memaksaku merinduimu
Neira ....
Langkah-langkah kaki mungilmu harus terus bergerak agar tetap bernilai sebagai hamba
Kehidupan akan mengajarkanmu kehilangan, kecewa, sedih, bahagia juga kepahitan
Terus dan tetaplah berjalan setia pada kebenaran seperti Khadijah
Kilauan sinarmu jangan redup menghapuskan segala kepahitan
"Wahai Dzat bersinggasana di Ars yang telah turun ke langit paling bawah untuk mendengarkan rajutan puja-puji do'a hamba-Nya."
"Wahai Dzat yang tidak sibuk untuk mendengarkan suara keresahan apa pun."
"Wahai Dzat yang tidak akan keliru memberi kepada banyak peminta."
"Wahai Dzat yang tidak pernah bosan dengan permintaan yang terus menerus."
"Berikan sejuknya rasa ampunan-Mu dan manisnya rahmat-Mu!”
Situbondo 30 juni 2019
Sayuh
Orang Ganteng Sejak Jaman Jahiliah
Hujaman Prasangka
Acuman menabur perkara bilangan
Aku tersesat di lorong alas cemoohan
Semangatku patah ....
Terseret gugusan bintang-bintang
Tertegun sadrahku diam
Penyantun menyelinap dihembusan sarayu
Kasih_Mu memuai raga hilang akal
Memandu sukmaku yang tercabar
Mendekap rapat tandang bayang
Disesahku berhajat kharisma_Mu
Sayuh & Rosiane
29 Mei 2020 Lamongan
Surga Kaum Sesat
Negaraku tersesat ulah birokrat, presiden lupa amanat. Aparat jadi alat penjerat, rakyat dipaksa bertirakat. Doa azimat putus dalam kalimat, lidah-lidah terpahat isyarat, bersuara kutukan dan umpat
Wajah-wajah mesum nan khianat, pejabat penjahat bermufakat jahat. Melacurkan idealisme dengan sindikat, menyayat penuh pikat. Membunuh tanpa gugat, mengalirkan sungai mahzurat
Kaki-kaki berjinjit berjingkat, menerobos sekat carat. Gurat wajah penjilat melaknat hujat, pramuria memikat tawarkan nikmat. Kutepiskan iradat ditumpukkan mayat, kembali meruwat semangat
Semua diam mencacat dan mendebat, tangan-tangan sakat kuat mencegat. Gerogoti buas satu makulat, sungguh keparat tepikan fadilat, kemana hukum berkiblat?
Negeriku sekarat hilang wasiat, tawa jahat menggema di penjuru jagat! Tangisan berlarat-larat lipat gelumat, makrifatku berfilsafat inayat. Akankah Indonesiaku berdaulat?
28 Mei 2020
Sayuh
Pak Supir Menulis Lepas Berjiwa Bebas
cattleyaonly dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.5K
19
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan