Kesetaraan gender mungkin merupakan salah satu topik yang sampai sekarang belum ditemui titik ujungnya. Dikarenakan sejak jaman purba laki laki selalu memiliki derajat lebih diatas membuat kaum wanita merasa tidak adil melakukan perlawanan.

Setara, berderajat sama. Bagi beberapa orang memang terdengar seperti sesuatu yang bagus dan sudah sepatutnya dilaksanakan namun kenapa sampai sekarang masalah ini belum selesai juga?

Uang? Harga diri? Atau emosi? Tidak, jawabannya bukan semua itu.



Cuitan twitter yang di post oleh khaeranimungkin bisa memberi anda jawaban. Disana terlihat dia sedang mempersiapkan bekal untuk suaminya namun ada yang membalas cuitan tersebut dengan keluhan atau malah makian.

'harus banget apa bekal buat suami, suami bekelin istri nggak ada gitu?

Dari cuitan tersebut kita bisa melihat arti dari kesetaraan gender. Ada istri yang membuat bekal untuk suaminya namun ada pula istri yang tidak dan malah menuntut agar suami yang membuat bekal. Salah? Tidak juga. Jika memang istri lah yang bekerja maka suami boleh saja membuat bekal namun bila si istri hanya di rumah saja maka untuk apa dibuatkan bekal?



Wanita mungkin menginginkan kesetaraan namun setelah itu apa? Wanita hanya akan berakhir seperti pria dan merasa bahwa derajat mereka lebih tinggi sehingga ingin agar derajat mereka ada diatas. Dengan pola pikir seperti itu maka kesetaraan gender tidak akan ada artinya.

Lihat? Wanita tak pernah menginginkan kesetaraan. Yang mereka inginkan hanya egoisme.

Mari kita buktikan dengan contoh kasus. Tau ladies first? itu adalah ungkapan sopan pria untuk menghormati wanita dan wanita menyukainya. Lalu bagaimana kalau ada atap genteng yang bocor? Mereka akan bilang 'kamu aja deh yang perbaikin, kamu kan cowok'.

Lihat? Kesetaraan gender hanyalah senjata untuk memuaskan ego wanita karena yang mereka inginkan bukanlah kesetaraan melainkan hanya ingin enaknya saja.



Okay, saya mengerti kalau wanita memang sering diperlakukan tidak adil sehingga menuntut kesetaraan gender namun saya ingin tegaskan bahwa yang namanya laki laki dan perempuan itu tidak pernah setara. sudah kodratnya kalau pria lebih kuat dari wanita dan apapun yang kau lakukan pria tidak mungkin bisa melahirkan. Pria tidak bisa menyusui dan sudah kodratnya pula pria merupakan imam dalam rumah tangga.

Semua sudah memiliki perannya masing masing. Yang perlu kita lakukan hanya bertindak sesuai peran tersebut dengan penuh rasa pengertian satu sama lain.

Lalu bagaimana dengan wanita wanita yang rasis terhadap pria? Bagaimana dengan feminazi? Well, saya bisa bilang kalau mereka mereka ini adalah 'korban' yang merasa kecewa dengan pria atau kaum istri yang tidak dibahagiakan oleh suaminya sampai sampai menolak melakukan tugasnya



Ada yang menolak menyusui anaknya karna merasa itu bukan tanggung jawabnya dan ada yang merasa bahwa anak laki laki akan menjadi seorang pemerkosa bila dibiarkan menyusu sedari kecil. Mereka sepakat bahwa seorang ibu tak wajib menyusui anaknya. Salah? Tidak juga. Itu memang pilihan seorang ibu ingin menyusui anaknya atau tidak.

Menuntut kesetaraan? Tidak juga. Ini sebebarnya adalah masalah keinginan dan tanggungjawab namun cuitan ini menggiring kita ke tagar #KillAllMen di twitter.



Tagar yang satu ini serem juga. Saking bencinya pada pria mereka berharap agar pria bisa lenyap dari bumi. Ada juga yang memilih untuk mengaborsi anaknya bila ternyata itu laki laki dan ada juga yang mencari cara untuk bereproduksi tanpa pria.

Kaum kaum ini bahkan tak lagi memikirkan kesetaraan karna bagi mereka pria itu sebaiknya mati saja. Entah apa yang sudah pria perbuat pada mereka.

Meski demikian yang namanya belas kasih atau tanggung jawab adalah hal yang diperlukan setiap wanita. Siapa lagi yang bisa menyusui anak selain ibunya? Mau diberi susu kaleng aja? Tega? Yeah, semua itu kembali lagi pada pilihan anda.



Okay, terima kasih untuk anda yang sudah membaca celoteh tak jelas saya sampai habis. Saya hanya ingin berkata bahwa kebencian yang berlebihan itu tidaklah baik.

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.