Ini adalah sebuah cerita yang ts dengar dari tetangga korban...ups..tetangga pelaku.
Bukan pelaku kejahatan tapi gan.
Ini kisah tentang seseorang yang menjadi seorang tukang kebun di istana gaib gunung Merapi.
Quote:
Sebut saja namanya Parmin. Jelas nama samaran.
Saat itu Parmin sedang bingung mencari pekerjaan.
Sudah mencoba kesana kemari mencari alamat palsu...aduhhh...mencari pekerjaan tapi belum dapat juga.
Tapi dia tidak putus harapan.
Dengan berjalan kaki, karena memang tidak punya kendaraan, dia berkeliling setiap hari untuk menawarkan tenaganya untuk buruh apa saja.
Kadang ada yang menggunakan tenaganya, kadang tidak.
Sementara ia punya anak dan isteri untuk dinafkahi.
Suatu hari, saat ia kelelahan karena berkeliling mencari keeja tapi belum dapat, ia beristirahat di bawah sebatang pohon.
Saat itu datanglah seorang setengah tua dengan pakaian hitam-hitam serta memakai ikat kepala menghampirinya.
Ia lalu menyapa Parmin. Setelah berbasa-baai, ia menawarkan pekerjaan sebagai tukang kebun kepada Parmin. Tentu saja Parmin langsung menyanggupi. Apalagi gaji yang ditawarkan untuk 1 hari kerja termasuk besar.
Lalu orang itu mengajak Parmin untuk menuju rumah yang membutuhkan tukang kebun.
Tak lama berjalan, sampailah mereka di depan sebuah rumah yang sangat megah bagaikan sebuah istana.
Parmin merasa bingung, kok ada rumah sebagus itu di sini tapi kok dia belum pernah melihatnya.
Padahal, menurut perkiraannya, tempat itu tidak jauh dari desa tempat tinggalnya.
Memang terlihat halaman rumah yang kurang terawat.
Orang setengah tua itu berkata kepada Parmin.
"Kamu mulai bekerja sekarang. Ini adalah istana gunung Merapi.Jam kerjamu sampai jam 4 sore. Saat pulang, ikuti jalan yang kita lewati tadi. Untuk gaji, silahkan ambil sendiri sesuai kesepakatan kita tadi", katanya sambil menunjuk sebuah peti.
" Baik," kata Parmin.
"Satu lagi, apapun yang terjadi di sini, jangan hiraukan. Tugasmu adalah membersihkan kebun dan taman. Besok datanglah lagi jam 7 pagi".
" Saya nggak punya kendaraan, bukankah gunung Merapi jauh sekali?" tanya Parmin
" ikutilah jalan yang tadi kita lewati, kamu akan sampai di sini dengan cepat".
Sejak hari itu, mulailah Parmin menjadi tukang kebun di istana gunung Merapi.
Tiap pagi dia berangkat melewati jalan yang sama, dan ternyata salam waktu singkat ia dapat sampai di Istana itu.
Sore, dia mengambil uang di dalam peti sejumlah bayarannya lalu pulang.
Uang itu walau diambil terus, namun isi dalam peti tak pernah berkurang.
Untunglah Parmin seorang yang jujur dan lugu. Tak pernah terbersit dalam benaknya untuk mengambil lebih dari jatahnya.
Kadang ia menemukan keganjilan di tempat itu.
Seperti ada batu yang menangis sedih....
Kursi taman yang menangis...
Atau jembatan taman yang saat dilewatinya berteriak kesakitan.
Awalnya dia sangat takut, tapi teringat pesan si orang setengah tua dan kebutuhan keluarganya, ia tetap bertahan. Apalagi mencari pekerjaan sangat sulit.
Saat kembali bertemu dengan si orang setengah tua, Parmin memberanikan diri untuk bertanya tentang batu dan jembatan yang bisa bersuara dan menangis.
Orang setengah tua itu menerangkan bahwa itu adalah jiwa orang-orang yang dahulu pada masa hidupnya mencari pesugihan di gunung merapi.
Setelah mati, jiwanya dibawa ke gunung dan berwujud batu, jembatan, pohon dll.
Parmin merasa bergidik mendengar akibat orang yang mencari pesugihan itu. Ternyata setelah mati, jiwa mereka begitu tersiksa.
Itulah sebuah kisah yang ts dengar dari tetangga si Parmin, yang kebetulan teman ts.
Masalah benar dan tidaknya, ts tidak mengerti.
Semoga menghibur...