Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

neranaiAvatar border
TS
neranai
Lucifer itu Berwujud OJK
Taman Eden itu istana nyaman bagi semua makhluk. Sebagai pengawas guna menjamin kenyamanan itu terus berlangsung abadi, Lucifer pun diberi kepercayaan oleh Sang Pemilik Taman. Namun, Lucifer ternyata bukanlah sosok yang amanah. Dia, bukannya menjaga taman itu, malah tercatat sebagai biang kejatuhan Adam dan Hawa ke bumi, tempat di mana pasangan ini nantinya harus rasakan sakit, lelah, kesal, kalau ingin mencapai kenyamanan semu duniawi.

Perusahaan asuransi itu juga mirip seperti Taman Eden. Investasi di bidang asuransi itu cara aman ciptakan kenyamanan di masa depan. Para pemegang premi dipastikan relatif lebih terjamin nasibnya dibanding mereka yang tidak. Sebab, selain jaminan investasinya misal kesehatan tertanggung, juga ada iming-iming imbal hasil yang menarik.

Apalagi ada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga yang punya tugas khusus mengawasi investasi seperti itu. Kurang apa lagi?

Tapi, Kresna Life macet, Wana Artha dan lain-lainnya tumbang, lalu kini Jiwasraya pun ikutan beku padahal ini BUMN. Pemiliknya juga sama dengan pemilik OJK: negara. Tapi, kok bisa tetap macet? Tentu ada penyebabnya.

Adalah pihak kejaksaan yang pertama kali menyoalkan kasus ini. Beberapa orang diseretnya ke muka hakim. Konon didakwa sebagai penyebab ambruknya BUMN Asuransi tersebut.
Menariknya, ada semacam kontroversi di sini. Dua alat bukti bahwa ini adalah kasus korupsi tak didukung oleh validitas data menurut pengacara para terdakwa. Dibilang ini persekongkolan yang sengaja untuk rugikan negara, juga faktanya semua dilakukan dengan menaati aturan yang ada. Legal! Demikian eksepsi mereka di pengadilan minggu lalu. Cek link ini beritanya

Tapi faktanya kini ada 17-an ribu nasabah Jiwasraya digantung nasibnya, terkatung-katung tak jelas. Sementara hukum pidana itu punya prinsip: ada korban yang jatuh, maka harus ada yang ditimpuk palu hakim.


Di sinilah kejujuran kita diuji. Peduli nasabah tak lantas berarti wajib jeblosin direksi 2008-2018 ke bui. Apalagi bila fakta keruntuhan Jiwasraya sudah terjadi sebelum 2008.


Quote:


Hoesen Wajib Pula Bertanggung Jawab
Tapi, jauh sebelum menyentuh itu semua, fungsi pengawasan
OJK sungguh menimbulkan tanya di benak: mengapa mandul? Jiwasraya tentu tak akan masuk ke arena permainan Pasar Modal jika OJK berfungsi dengan baik dalam mengawasi segala bentuk investasi di industri keuangan dalam negeri. Ini ibarat Adam dan Hawa tak bakal jatuh tergoda jika Lucifernya amanah.


Jika cuma Jiwasraya saja yang tumbang, masih mending. Faktanya Jiwasraya hanya cerita berikutnya dari sederetan kisah kelu yang menimpa perusahaan-perusahaan asuransi. Herannya selalu kroco yang dituduh sebagai biang. Selalu operator di lapangan yang sukses masuk hotel prodeo. Sedang OJK nyaris tak keusik sama sekali.

Padahal di luar asuransi, ada First Travel, Memiles, dll kisah-kisah investasi yang berujung pilu. Ya, sperti kita suka salahkan hanya Hawa atas kejatuhan Adam, padahal ada Lucifer yang patut pula disalahkan.

Maka, ketika kini kejaksaan hanya seret direksi Jiwasraya 2008-2018 dan operator pasar modal di balik jatuhnya perusahaan asuransi plat merah itu sebagai terdakwa, jangan-jangan kejaksaan memang beneran bobrok sampai tak bisa lihat andil kealpaan OJK di sini.

Melihat banyaknya perusahaan-perusahaan investasi di industri keuangan yang tumbang akibat dipermainkan di pasar modal, perlu jujur untuk dikatakan kalau OJK kita sakit. Fungsi pengawasannya benar-benar tumpul. Penciumannya dalam mengendus di awal sebuah potensi kerusakan sistemik di bidang investasi mampet. Orang kena flu toh tidak bisa bedakan bau tubuh genderuwo dan Pangeran Charles, seolah keduanya sama saja.

Karenanya, saat kita hendak seret para pelaku ke meja hijau atas sebuah tragedi investasi, harusnya juga OJK wajib diusut. Bila perlu tangkap Kepala Bidang Pengawasan Pasar Modal yang kini dijabat Ir. Hoesen, M.M.

Bidang Pengawasan Pasar Modal adalah gugus tugas di OJK yang harusnya berteriak paling awal di muka publik atau setidaknya menyemprit direksi Jiwasraya ketika direksi ini kemarin hendak goreng nasib nasabah Jiwasraya di pasar modal.

Geli campur sedih, terutama mengapa saat Hoesen menjabat, kasus ini ditemukan oleh Kejaksaan dan bukan OJK yang duluan bereaksi kemarin? Hoesen, dkk. tentu sudah makan gaji buta dari negara, kinerja minus. Diberi tugas untuk jamin keamanan investasi asuransinya warga negara, faktanya kini ada 17 ribu warga jadi korban investasi, OJK kok tidak disalahkan? Enak aja!

Belum lagi nama Hoesen ini sering diseret-seret di sejumlah kasus, tapi HOESEN hanya sampai di level sebagai saksi, selalu begitu, padahal rekan-rekannya ada yang sampai ditahan. Makanya LSM MAKI (Masyarakat Anti Korupsi Indonesia) pernah menyerukan Kejagung supaya Hoesen turut diseret. Beritanya bisa disimak di alamat-alamat link ini:

https://insight.kontan.co.id/news/kejaksaan-agung-didesak-maki-segera-umumkan-tersangka-baru-kasus-korupsi-danareksa
https://www.beritamoneter.com/maki-desak-kejagung-seret-mantan-direksi-pt-danareksa-berinisial-hs/

Jadi, pada intinya, kalau kita mau bereskan kasus Jiwasraya, gulung semua mulai dari REGULATOR, PENGAWAS, dan OPERATOR lapangan. Tak bisa hanya seret operator di lapangan saja. Ya, Lucifer, Hawa dan Adam adalah 3 pihak penyebab manusia kena tulah dosa asal. Tak bisa salahkan 1 saja, kan?

So, tangkap pula Hoesen, dkk dong!

Nasib Nasabah Tak Seketika Jadi Indah dengan Masuk Penjaranya Terdakwa
Oke, sekarang, katakan Hoesen, dll., dari pihak OJK ikut pula diseret, lalu bersama tersangka terdahulu akan dimasukkan ke penjara. Pertanyaannya adalah apakah masalah Jiwasraya ini akan selesai begitu saja seperti halnya First Travel?

Jangan dong! Kasihan nasabahnya. Padahal, para nasabah ini tertarik ikut dalam investasi di asuransi Jiwasraya ini kemarin karena ingin menjemput nasib baik, bukan?

Maka, tidaklah bijak jika cukup sampai penjarakan pelaku bekunya investasi mereka saja. Nasib nasabah harus pula dipikirkan. Duit mereka wajib dipulangkan!

Solusinya?

Ekonom Faisal Basri dalam diskusi zoom meeting yang diselenggarakan oleh kanal youtube TjokroTV Senin (15/06/2020) kemarin patut dipertimbangkan sebagai solusi yakni Jiwasraya dijadikan holding, diakuisisi oleh swasta atau perusahaan luar, terserah yang penting duit nasabah bisa balik. Menurutnya itu amat bisa dilakukan, tinggal pemerintahnya saja mau apa tidak untuk memfasilitasi.

Harapan penulis, pemerintah di bawah koordinasi langsung Presiden dan Menteri BUMN berkenan memikirkan solusi ini. Itu sih kalau pemerintah punya hati ke nasabah, kayak aku ke Tsamara. Eh…(*)

CATATAN: Artikel ini disalin utuh dari https://seword.com/umum/lucifer-itu-berwujud-ojk-9Bo9J08sUI
Simak pula perjalanan kasus Jiwasraya ini dari awal pada link youtube di bawah ini




Diubah oleh neranai 17-06-2020 02:48
0
756
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan