TS
akhmadfauzi844
Merapal Mantra
Batin Ini
Oleh : Akhmad Fauzi
Seketika meraung raung karena menyimpan sejuta rindu
Pada pujaan hati yang semakin membisu
Kumohon tuhan kuatkanlah
Agar tiada lagi rasa gundah
Tuk memutar segala arah
Cinta ini semakin terasa sendu
Menapikan aroma rerindu pilu
Tentang jasad yang tertimbun lara
Tentang luka yang semakin menganga
Abadikah cinta dalam nostalgia
Beribu angin tak kasat mata
Berusaha menelan kepahitan semata
Telah kukorbankan segala asa
Namun rindu ini tetap berjelaga
Menaruh musim dipinggiran kota
Sungguh terlalu dini, jikalau hati masih merasakan sepi mendulang hati demi satu rasa pasti
Demikian ulah diri yang tiada pernah berkompromi
Andaikan mati itu indah sungguh telah kujalani tanpa membebani
Menjauhi keramaian yang tak urung menjadi serba serbi
Entah sampai kapan dunia ini akan bersemi lagi seperti dulu, ya dulu di mana tidak ada yang namanya virus corona atau semacamnya
Mampu atau tidak kita akan kembali pada hari yang fitri
Dimana duka lara hilang diterpa angin dan sirna terbawa badai
Inspirasi mulai kosong, entah dimana bulir bulir cinta itu datang
Merusak tatanan yang kian lama kian sumbang
Haruskah aku berhenti, tidak karena mereka sebenarnya menginginkannya seberapa besar harus kuakui memang tetap saja harus kuperjuangkan
Hari demi hari telah kulewati tanpamu di sini, berat memang tapi inilah lukisan takdir yang tak kan pernah ku tahu akhirnya.
Hingga nafas tak lagi ada bahkan pintu sudah tertutup semua
Guritan yang semakin tipis, membuat sesal tak tertepis menanggung cinta yang berkelapis
Murninya jiwa jiwa yang terangkat
Dalam tidur panjang nan pulas
Kini ada ceritaku dan ceritamu yang masih polos, mencari arti abadi yang sesungguhnya
Atau kandas dalam pikiran semata
Oh tuhan jangan sampai harapan ini putus, jika pertemuan yang tertunda tolong abadikan cinta kami di atas altar suci syahadat cinta yang mewangi keseluruh seantero dunia
Tanpa menjelaskan arti yang menimbulkan kontroversi
Dengan balutan suci sang penyair
Atau dekapan rindu sang syahdu
Menikam rasa dengan balutan laksana dupa yang temaram
Sumenep, 20 Mei 2020
Oleh : Akhmad Fauzi
Seketika meraung raung karena menyimpan sejuta rindu
Pada pujaan hati yang semakin membisu
Kumohon tuhan kuatkanlah
Agar tiada lagi rasa gundah
Tuk memutar segala arah
Cinta ini semakin terasa sendu
Menapikan aroma rerindu pilu
Tentang jasad yang tertimbun lara
Tentang luka yang semakin menganga
Abadikah cinta dalam nostalgia
Beribu angin tak kasat mata
Berusaha menelan kepahitan semata
Telah kukorbankan segala asa
Namun rindu ini tetap berjelaga
Menaruh musim dipinggiran kota
Sungguh terlalu dini, jikalau hati masih merasakan sepi mendulang hati demi satu rasa pasti
Demikian ulah diri yang tiada pernah berkompromi
Andaikan mati itu indah sungguh telah kujalani tanpa membebani
Menjauhi keramaian yang tak urung menjadi serba serbi
Entah sampai kapan dunia ini akan bersemi lagi seperti dulu, ya dulu di mana tidak ada yang namanya virus corona atau semacamnya
Mampu atau tidak kita akan kembali pada hari yang fitri
Dimana duka lara hilang diterpa angin dan sirna terbawa badai
Inspirasi mulai kosong, entah dimana bulir bulir cinta itu datang
Merusak tatanan yang kian lama kian sumbang
Haruskah aku berhenti, tidak karena mereka sebenarnya menginginkannya seberapa besar harus kuakui memang tetap saja harus kuperjuangkan
Hari demi hari telah kulewati tanpamu di sini, berat memang tapi inilah lukisan takdir yang tak kan pernah ku tahu akhirnya.
Hingga nafas tak lagi ada bahkan pintu sudah tertutup semua
Guritan yang semakin tipis, membuat sesal tak tertepis menanggung cinta yang berkelapis
Murninya jiwa jiwa yang terangkat
Dalam tidur panjang nan pulas
Kini ada ceritaku dan ceritamu yang masih polos, mencari arti abadi yang sesungguhnya
Atau kandas dalam pikiran semata
Oh tuhan jangan sampai harapan ini putus, jika pertemuan yang tertunda tolong abadikan cinta kami di atas altar suci syahadat cinta yang mewangi keseluruh seantero dunia
Tanpa menjelaskan arti yang menimbulkan kontroversi
Dengan balutan suci sang penyair
Atau dekapan rindu sang syahdu
Menikam rasa dengan balutan laksana dupa yang temaram
Sumenep, 20 Mei 2020
Diubah oleh akhmadfauzi844 01-06-2020 23:48
nona212 memberi reputasi
1
445
3
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan