Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

Ā© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

alizazetAvatar border
TS
alizazet
[Kisah Ramadan] Hikmah dalam Bulan SuciTahun Ini


Ini kisah sahabatku tapi aku tidak menyebut nama aslinya, panggil saja Zubaedah. Dia wanita biasa, entah mengapa aku hanya ingin menuliskan sedikit cerita tentang dia menjalani hidup dengan tetap bahagia walau tak ada yang 'menemani' di sisi.

Ramadan yang istimewa bagi umat muslim itu baginya adalah semangat hidup yang tiada terkira. Berawal dari setahun yang lalu ketika teman-teman SMP nya mengajak untuk berbagi kebaikan di bulan yang penuh berkah.

Zubaedah tak tahu harus berbuat apa, kondisi keuangan juga pas-pasan, sisa tabungan sudah terbayar untuk kontrakan, namun ada kegembiraan yang tak terlukiskan kala bisa bersama berbagi dengan teman-temannya.

Aku pikir dia wanita yang beruntung, walau dia sendiri merasa masih banyak kekurangan. Dia bukan artis yang siapa pun mengenalnya, tapi keberuntungan yang selalu dia dapat ingin aku catat di sini.

Ramadan tahun lalu, ada kenangan yang membawanya mampu bertahan menghadapi segala cobaan hidup. Dia ikuti ajakan teman-temannya ke rumah panti asuhan di sebuah tempat di kota Ken Arok.

Zubaedah yang masih dalam suasana kalut tetap berusaha tegar dan tersenyum di hadapan teman dan pemilik panti asuhan. Acara resmi menyampaikan bantuan untuk panti asuhan telah selesai, selanjutnya ramah tamah dan menunggu bedug magrib. Tinggal beberapa menit lagi namun mereka sudah mulai menghisap rokok dan menikmati hirupan dan hembusan asapnya.

Zubaedah hanya geleng kepala melihat tingkah temannya, dia khawatir sikap teman-temannya akan menyinggung Gus sebagai pemilik panti asuhan. Namun yang terjadi membuat Zubaedah semakin tak mengerti. Tampak Gus hanya tersenyum, tidak ada raut wajah marah atau tak berkenan.

"Mbak mbak ini, seperti itu sudah lama?"

Gus mulai bertanya, tapi tetap dengan wajah ceria.

"Iya, Gus."

"Ndak pernah sakit? Ndak khawatir sakit?"

"Kenapa Gus?"

"Tidak ada, saya cuma bertanya apa tidak takut sakit?"

"Sakit apa Gus?"

"Maksud saya, apa dengan mbak-mbak merokok ini tidak takut sakit? Atau pernah sakit?"

"Sakit sih pernah, tapi cuma batuk, sesak pernah juga."

Salah saru teman Zubaedah menjawab

"Mbak ingin sembuh"

"Iya juga, takut juga bila kenapa-kenapa."

"Nah monggo mbak-mbak bisa mencari telur ayam kampung, saya tunggu."

Zubaedah tersenyum melihat tingkah temannya, tadi seperti wonderwoman merokok di depan Gus nya, begitu dibilang tentang sakit pada kelabakan, segera mereka mencari telur ayam kampung saat itu juga.

"Ayo siapa yang mau diobati sama Gus nya, sekalian, Zubaedah kamu bagaimana, nitip telur juga?"

"Enggak usah, kalian saja yang lebih penting."

Zubaedah menjawab ringan, walau sebenarnya hati dan pikirannya penuh dengan beban. Dia pikir bisa ikut datang berbahagia bersama anak-anak panti asuhan sudah lebih dari cukup untuk bisa ikut merasakan sebuah kegembiraan.

Entah bagaimana wanita-wanita teman Zubaedah itu dengan mudah mendapatkan telur ayam kampung, tak lama mereka sudah datang, ada keheranan di hati Zubaedah yang dia simpan dengan rapi. Adab mengajarkan untuk tidak berpikir yang neko-neko.

Semua mengantri untuk diobati, setelah mengobati, Gus pun masuk ke dalam ruangan, mungkin meramu doa pengobatan. Beberapa menit kemudian keluar dengan membawa beberapa gulungan kertas kecil.

Zubaedah yang merasa hanya sebagai pupuk bawang duduk menjauh dari teman-temannya yang mendadak berobat tadi, dia sengaja bersandar di pintu masuk rumah sambil menikmati semilir angin senja.

Betapa terkejut manakala Gus mendekatinya dan menyerahkan gulungan kertas sambil berkata, "Nanti dibantu murid saya nggih untuk membacakan."

"Oh saya juga dapat Gus? Kan tidak menyerahkan telur."

Gus hanya mengangguk dan tersenyum

Teman-temannya heboh mendapari Zubaedah yang tidak ikut mengantri untuk berobat malah mendapat doa lebih dahulu.

Sejak saat itu pikiran dan hati Zubaedah yang awalnya begitu ruwet dan menyesakkan mulai terasa longgar dan ringan, rasa percaya diri menjalani hidup semakin kuat. Tanpa dia sangka Allah menuntunnya lewat teman-temannya yang sudah baik mengajak dia.

"Semoga dimudahkan segala urusan."

Itu yang disampaikan Gus kepada Zubaedah.

Ramadan tahun lalu telah membawa keberkahan baginya. Beberapa masalah yang menghampiri menjelang Ramadan tahun ini dapat dia lewati dengan mudah, dia tak akan melupakan kebaikan teman-temannya juga Gus pemilik panti asuhan.

Zubaedah berkata dalam hati, bila pandemi tidak ada yang menyebabkan ada jarak manusia tentu dia bisa berkunjung ke panti asuhan itu bersama teman-temannya.

Besoknya tanpa dia sangka, ada seorang ibu yang mendatangi rumah kontrakannya, entah mendapat kabar dari mana dan dari siapa, si ibu meminta tolong pada Zubaedah untuk membantunya menyalurkan sumbangan pada panti-panti asuhan yang Zubaedah ketahui. Ibu tersebut mengamanahkan penuh pada Zubaedah, dia hanya menyediakan barang yang akan disumbangkan, baik dalam bentuk makanan atau srmbako selama beberapa hari.

Zubaedah dengan senang hati mengiyakan permintaan ibu tersebut. Lantas dia tersadar, dengan apa dia akan membawa barang sebanyak itu ke tempat tujuan, bila sewa mobil tentu membutuhkan biaya besar. Segera dia berdoa agar menemukan jalan keluar. Allah mengingatkannya pada teman yang setahun lalu tidak sempat ikut ke panti asuhan. Segera dia hubungi, dan alhamdulillah sambutan baik yang tidak disangka kembali Zubaedah rasakan.

"Nin, aku minta bantuan menyalurkan ini beberapa hari loh tidak hanya sekarang."

"Dengan senang hati Zubaedah, nanti kalau aku ada kesibukan biar anakku yang mengantar kamu, gak apa-apa, jangan sungkan ya."
Masyaallah dia mendapat kesempatan berbuat baik di bulan yang istimewa ini, Allah telah memudahkan urusannya. Saat bercerita kemarin seolah ingin mengatakan, "Aku beruntung mendapat kesempatan berbuat baik di bulan yang baik."
Alhamdulillah, aku ikut senang juga. Ya, Allah memang Mahabaik, menunjukkan kepadaku lewat cerita Zubaedah.

"Sampean sungguh beruntung, Dah."

"Tidak seberuntung sampean, masih ada temannya."

Aku hanya tersenyum dan trenyuh juga mendengar ucapannya. Dia berusaha tegar dengan tiga anak yang harus dibesarkan meraih cita-cita.

"Semoga segera mendapat teman hidup lagi yang lebih amanah ya."

"Bisa saja sampean ini, yang penting aku tenang sudah lebih dari cukup."

"Hmm bila ada yang menemani kan bisa makin tenang lagi."

"He he ya wis aku aminkan."

Zubaedah, aku mencium aroma keberkahan telah menyelimutimu, kesabaranmu, keyakinanmu tanpa keluh kesah menghadapi hidup.

Ya, dia beruntung sekali, aku ikut senang mendengarnya, dia juga menceritakan keajaiban yang dia alami lainnya. Memang dia tak punya harta berlimpah untuk bisa dibagikan tapi dia punya waktu dan kesempatan yang Allah berikan untuk membantu orang lain dengan menjalankan amanah membagikan harta dari orang yang mampu. Benar-benar manfaat.

Andai aku bisa seperti Zubaiedah, tapi tidak baik berandai-andai. Semua sudah ada bagiannya masing-masing, bisa jadi aku datang menjadi pendengar yang baik bagi Zubaedah ada manfaat yang tidak aku ketahui meskipun itu kecil.

Ramadanku tahun ini belajar memetik hikmah dari kisah Zubaedah temanku atau Zubaedah-Zubaedah yang lain, atas kehendak Allah.

šŸšŸƒšŸšŸƒ

Sayang sekali aku baru menulis tentang Ramadan menjelang berakhirnya bulan yang penuh rahmat ini.
Semoga bisa dipertemukan lagi dengan Ramadan tahun depan dengan banyak berkah dan manfaat, aamiin.



@alizazet ceritakan untuk SFTH dan kaskus

saeful07Avatar border
putramelankolisAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
492
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan