Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

hvzalfAvatar border
TS
hvzalf 
[Prosais] Ramadhan Tanpa Kemeriahan


Tak kudengar lagi senandung kemeriahan tentang penyambutan Ramadhan. Semuanya sepi. Tak seperti dulu, saat kusaksikan pawai obor melewati perkampungan menyambut sang tamu agung. Malam-malam ini dan selanjutnya nuansa Ramadhanku tak lagi berwarna. Ada semacam gulita yang menutupi cerahnya cahaya Ramadhan.

Di pelataran rumah, bertemankan derit bambu yang menjulang. Kurenungi ihwal mengapa bumiku begini? Semestinya kusambut Ramadhan dengan penuh kehangatan. Harusnya setiap malam kudengar lantunan ayat suci dari surau kampung atau suara sumbang anak-anak muda membangungkan sahur di sisa malam. Kali ini, tak kutemui itu semua.

Apakah aku ini generasi yang beruntung? Menemui Ramadhan dengan segala keheningannya. Menyaksikan di mana ibadah Tarawih tak dilakukan di seluruh dunia. Terkurung dalam bahaya Pandemi Corona, si Wabah yang telah merenggut jutaan jiwa, memisahkan anak dari orangtuanya, suami dari istrinya. Ah. Apa yang mampu kulakukan dengan segala takdir yang telah Tuhan suratkan.

Aku kembali merenung, perihal makna yang tersembunyi dari semua peristiwa ini, dari kejadian yang merenggut kemeriahan Ramadhan. Aku tak tahu, kita semua tak tahu. Namun, Tuhan pasti memiliki alasan mengapa manusia mesti melewati seluruh ujian ini.

Barangkali Tuhan ingin memberi isyarat bahwa ibadah bukanlah tentang euforia, juga bukan hanya seremonial ritual semata tanpa memikirkan substansi dari ibadah. Pantas jika Tuhan meliburkan segala kemeriahan agar kita lebih mampu memantaskan diri, menempatkan ibadah secara khusu' dalam kebenarannya.

Aku memahami, bahwa sesekali kita lebih memahami tentang hakikat ibadah. Tuhan menginginkan agar shaum kita lebih murni tanpa embel-embel kemaksiatan. Tuhan mengharapkan supaya puasa mendapatkan pahala bukan sekedar dahaga, hingga bermuara pada derajat tertinggi bernama "Taqwa".

Sudah saatnya aku bermuhasabah dalam keheningan Ramadhan ini. Perihal hakikat memahami makna untuk apa aku diciptakan? Sudah sebanyak apa kerusakan yang kulakukan terhadap dunia. Tuhan ingin aku kembali. Menyembah-Nya dengan hati yang suci, penuh ketulusan serta keihklasan. Sebagaimana ia meniupkan ruh kepada jasadku dengan segala kasih sayang-Nya.

Ramadhan tanpa kemeriahan, agar kita kembali ke jalan syari'at Tuhan.

Lampung, 26 April 2020

Spoiler for Sodaqoh Cendol:


Spoiler for Sodaqoh Cendol :


Spoiler for Sodaqoh Cendol:
Diubah oleh hvzalf 26-04-2020 10:00
ButetKerenAvatar border
abellacitraAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 47 lainnya memberi reputasi
48
843
18
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan