Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mbakendutAvatar border
TS
mbakendut
A Rainbow in High School


Quote:



Kisah cintaku saat SMA cukup kelam, jujur saja. Saking suramnya, aku tak mau mengingatnya lagi, tak mau nimbrung setiap ada reuni, dan satu lagi ... tak mau bertemu dengannya lagi.

***

Jam kosong kembali terulang entah untuk kesekian kali. Darah berdesir bahagia tatkala sosok yang aku nantikan kehadirannya datang juga, mengambil duduk tepat di depanku tak lupa melempar cengiran khas.

“Lama ya?” tanyanya.

“Nggak pa-pa. Kan kamu yang minta bantuan, bukan aku.”

“Bagus. Kebetulan sekali aku belum menulis satu huruf pun,” katanya masih dengan cengiran polos. Tanpa dosa mengeluarkan buku dan pulpen lantas menyerahkannya padaku.

Aku memutar bola mata. “Di rumah ngapain aja, Raf? Kan aku nggak bilang bakal bantu semuanya. Jam 10 nanti udah harus dikumpul loh ini.” Aku berucap sok dongkol, padahal dalam hati bersorak bahagia. Berduaan dengan Rafa tanpa ada makhluk lain yang menganggu itu sebuah anugerah luar biasa. Sebenarnya ada, tapi cuma bisa dihitung jari.

Bisa tebak posisi kami gimana, kan? Ya gitu, mojok.



“Kamu jago ngarang, aku nggak sama sekali. Sobatku yang imut ini pasti dengan senang hati membantu temannya yang ganteng,” ujarnya dengan tingkat kepedean stadium 4. Aku geleng-geleng, diam-diam meleleh karena dipuji imut. Lebay memang. Pujian seperti itu sudah sering sekali ia lontarkan sejak kami berteman dekat beberapa bulan lalu.

Aku pun mulai mengerjakan tugas esai yang diamanatkan Rafa untuk kukerjakan. Namun, aku nyaris tidak fokus karena ia ternyata memerhatikanku dalam sorot mata yang meneduhkan. Tatapannya seperti tingkah pria kasmaran dalam film atau drama yang sering kutonton.
Dengan wajah sedikit merona, aku lantas menjitak keningnya memakai pulpen di tanganku.

Shit! Auh, sakit tau, Ki!” Rafa mengelus dahinya sambil meringis.

“Matamu sih!” Aku bersungut-sungut.

“Mataku kenapa emang?”

“Jangan liatin, aku nggak fokus.”

“Oh gitu. Natap masa depan sendiri emang apa salahnya?”

Ia mengucapkan itu tanpa beban dan terlihat biasa aja. Malah terkesan datar, tapi mengapa aku jadi baper sendiri?

Nyatanya memang beneran baper sendiri, karena beberapa menit ia melanjutkan,“Ki, setelah ini mungkin kita nggak bakal sama kayak dulu lagi. Semalam Dina nembak aku dan kita pacaran. Belum ada teman yang tau selain kamu.”

**

Esok harinya, kelas riuh. Aku yang baru datang terkejut karena Fida, cewek yang paling tinggi dan punya suara menggelegar berucap heboh.

“Eh, guys! Ternyata ada yang diam-diam jadian di kelas loh! Ada yang bisa tebak siapa?”

Aku tersenyum kecut. Kuedarkan pandanganku pada subjek yang dimaksud. Lagi-lagi biasa saja. Ia malah sibuk bersenda gurau dengan sepupu tukang tidurnya di belakang sana. Dina yang duduk tepat di belakangku juga. Ketika tatapan kami beradu, ia malah tersenyum manis seolah tak terjadi apa-apa.

Bisik-bisik tetangga pun bergulir. Aku pura-pura membaca buku hingga tak lama kemudian Fida kembali membuat pengumuman yang membuat jantungku terasa berhenti berdetak.

“Rafa dan Dina, gengs! Wew, kenapa nggak bilang-bilang sih?” pekik Fida heboh. Diikuti teriakan heboh dari teman-teman lainnya, terutama teman sebangkuku Lia.

“Demi apa pacaran? Bukannya Rafa dekat sama kamu ya, Ki?” Ia menyenggol bahuku.

Aku menggeleng lemah. “Mungkin mereka dekat tapi aku nggak tau.”

Ketika semuanya pada heboh, aku kembali menoleh ke belakang mencari sosok Rafa yang nampak kewalahan diberondong banyak pertanyaan. Dadaku makin berdenyut sakit tatkala ia menoleh dan melempar senyum.

Itu senyum terakhir untukku. Karena setelahnya, kami benar-benar berubah menjadi sebatas teman kelas, seperti kalimat terakhirnya kemarin.

***

Bagiku, Rafa layaknya pelangi. Pertemanan kami bahkan tak seumur jagung hingga ia memutuskan menjauh. Aku mengerti jika Dina tipe cewek posesif yang tak ingin pacarnya diganggu cewek lain, meskipun teman sendiri.

Teman tapi mesra lebih tepatnya. Rafa membuat masa SMA-ku lebih berwarna. Aku bahkan tak bisa menghitung berapa jumlah kalimat pujian dan gombalan yang ia berikan. Paling kuingat ketika kami mengikuti lomba se-kabupaten. Ia mewakili sekolah untuk nyanyi solo dan aku cipta puisi. Pujian yang berpengaruh besar bagiku meski tak membuatku menang lantaran ketatnya persaingan dan mungkin skillmenulis puisiku tidak sebaik kontestan lain.

“Kamu mau nulis puisi apa?” tanyanya.

“Puisi tentang persahabatan aja sih,” jawabku sekenanya karena dilanda rasa gugup. Lomba cipta puisi 30 menit lagi akan dimulai. Rafa menemaniku di depan ruangan tempat lomba akan dimulai karena untuk nyanyi solo akan dimulai 1 jam kemudian.

“Hei, nggak usah gugup itu. Ada aku yang menyemangati kamu dengan doa dari sini, hehe.” ujarnya diakhiri kekehan.

Hatiku menghangat, apalagi karena ia menyentuh pundakku sambil tersenyum sangat manis.

“Kamu juga semangat. Mau nyanyi apa emang?”

"Lagu apa ya? Tentang kita, mungkin?”

Aku merona lagi. Padahal itu bukan gombalan karena memang ada lagu dengan judul seperti itu. Baperan memang, hingga aku tak sadar jika segala hal yang dilakukan Rafa selama ini karena ia menganggapku temannya.

Berbulan-bulan lamanya aku memendam rasa sakit sendirian hingga akhirnya salah satu temanku membocorkan satu rahasia yang membuatku tertawa dan menangis sekaligus.

“Rafa bilang kalau mereka pacaran karena Dina yang nembak dan ia nggak tega untuk menolak,” kata Dwi, temanku yang belakangan hari kuketahui ternyata teman curhat si Rafa.

“Ya, aku tahu.”

“Dia suka kamu, Ki. Tapi gengsi,” ujarnya. “Tapi, ia bilang udah nggak bisa lepas dari Dina karena udah sayang. Karma, yah?”

***

Setelah Rafa, aku tak pernah dekat dengan teman cowok lainnya. Seperti yang kukatakan sebelumnya, kami benar-benar berubah menjadi sebatas teman kelas dengan intensitas bicara yang bisa dihitung jari. Hal itu terus berlanjut hingga kami lulus dari SMA dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi berbeda.

Sebenarnya aku berharap kami tak perlu bertemu lagi.


The End


Malam yang Sunyi, 23 April 2020


Sumber ilustrasi: Pinterest
Diubah oleh mbakendut 24-04-2020 02:49
RetnoQr3nAvatar border
nona212Avatar border
qoni77Avatar border
qoni77 dan 60 lainnya memberi reputasi
61
1.7K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan