C I N T A ... adalah anugerah rasa yang Allah titipkan pada setiap hati, hamba-hambanya.

Tanpa C I N T A ... hidup bagaikan hampa, tiada bermaya, dari cinta buta pula, hidup bisa jadi petaka.

Bermacam ragam kisah cinta, cinta terpisah jarak, cinta tidak direstui, cinta yang hilang, cinta yang pergi tanpa memberi alasan. Semua itu meninggalkan jejak.

Jejak rasa yang bersemayam dalam kalbu. Semakin dilupa, semakin menguat pula ia.

Seperti hubunganaku dengan Mas Pramustio, kala itu Dia adalah uplineku.
Laki-laki yang berkharisma, pintar dan rupawan. Berawal dari bujukan teman kerjaku, aku join dalam sebuah bisnis MLM yang bergerak diproduk kecantikan. Kebetulan produk itu belum masuk ke Batam jadi aku punya peluang yang besar untuk sukses di bisnis ini.

Akupun dibimbing langsung oleh Mas Pram, saat itu posisi beliau ada di Manager eksekutif.

[Hai, Mas Pram, salam kenal, mohon bimbingannya ya]

[Hai, Leni, selamat bergabung di perusahan ini. Jangan sungkan untuk bertanya ya]


Sungguh cinta yang sangat aneh, cinta yang terpisah oleh jarak, ruang, dan waktu. Diawali tali persahabatan.

Kami berkomunikasi melalui aplikasi hijau berbentuk telpon, sesekali menggunakan Vidio call bila urgent.
Berjalannya waktu, kami semakin akrab. Beliau banyak membantuku, mengajariku prospek orang, softselling dan hardselling. Kamipun banyak membuat grup grup seminar online untuk para member baru.

Mengisi materi demi materi, setiap malam harinya. Semua dibantu oleh Mas Pram. Dan tentunya jaringanku cepat berkembang dan cepat naik jabatan. Pesan singkat melaju bagaikan air keran, seperti menjadi satu kebutuhan. Sehari saja tanpa ada kabarnya hati mulai tidak tenang.

[Hai, Mas Pram, gimana kabarmu hari ini?🤗]

[Alhamdulillah, kabar baik sayang, seperti biasanya😍]

[Aiihhh, pakai panggil sayang pula ...🙈]

[Tapi kamu sukakan?😍]

Cintapun tumbuh dari bersenda gurau, tanpa pernah bertatap muka. Namun detakan jantung berpacu kuat, bila hati mulai memanggil namanya.

Entah kapan mulai adanya rasa, saling mengagumi antara aku dan Mas Pram.

Waktupun bergulir dengan cepat, tak terasa sudah 7 bulan kebersamaan kami.
Dua hati dan dua rasa yang sama tanpa bisa mengungkapkannya. Bagaikan sembilu yang menyayat kalbu tanpa iba.



Entah ... Apa yang terjadi di sana, aku juga tidak tahu. Tapi pesan singkatku tidak lagi dibalas, kalaupun balas itu hanya sekedarnya saja. Kadang terkesan cuek. Mas Pram seperti menghindar dariku.

Kini cinta itu telah dipaksa menjadi asing, tidak lagi saling menyapa, tidak lagi saling bercanda, Diam tanpa sebab, namun masih terlihat dalam satu wadah.
Sungguh rasa yang sangat menyakitkan hati.

"Secepat itukah dirimu berubah wahai Mas Pram? batinku."

"Ada apa dengan dirimu Mas? tanyaku dalam kebingungan.

"Apa salah dosaku padamu?" hatiku hancur dengan deraian air mata.

Setiap tarikan nafas ada rasa untuknya, setiap mata terpejam ada rindu untuknya,
Haruskah aku membenci rasa yang telah ada ?



Tanpa penjelasan darimu, aku harus membunuh dan mengubur hidup-hidup cinta dan rasa rindu yang telah ada, bagaikan mencabut nyawaku dari raga.

Lantas, ketika cinta dan rasa tidak sesuai dengan harapan dan impianku, haruskah aku menyalahkan Sang Maha Cinta?

Cinta selalu tepat datang menghampiri, tidak pernah salah. Mungkin aku yang salah ... salah dalam menempatkannya, bahkan aku salah dalam mengartikannya.


Cinta tidak harus memiliki, cukup mencintai dalam diam, bila melihat Dia bahagia maka akan turut bahagia, dengan untaian doa untuknya.
Bagaikan cinta yang merajut kasih tanpa harus merenda asa.

Semua hanya skenario-NYA
Bukan karena jarak yang menghalangi untuk bertemu ...
Bukan karena lisan takmapu berucap ...
Bukan karena waktu yang tidak berpihak ...
Tapi kesadaran hati bahwa semua harus mendapat Ridho dari Sang Maha Cinta.

Sadari bahwa diri ini memang rapuh maka mohonlah pada NYA.
Untuk menjaga hati agar tak salah merealisasikan rindu.
Mohon pertolongan NYA agar nama yang tertahta menjadi lantaran dekatnya diri ini pada Sang Maha Cinta.