Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

hvzalfAvatar border
TS
hvzalf 
Tangan Di atas Lebih Baik Dari Tangan Di bawah, Begitulah Prinsipnya Mbah Ujung


Sejatinya berbuat kebaikan itu mestilah menjadi kewajiban setiap orang. Sikap baik yang dipupuk selama hidup akan menuai kebaikan pula. Artinya orang yang senantiasa berbuat kebajikan akan mendapatkan pahala dari kebaikannya tersebut baik di dunia maupun di akhirat.

Namun, dalam prosesnya manusia memilih untuk jalannya masing-masing. Ada yang selalu berbuat buruk dan tak sedikitpun menempuh jalan kebaikan. Begitulah proses setiap orang menjalani kehidupan sehari-harinya.



Ane beruntung mendapati seorang tetangga yang secara usia sudah tergolong lanjut, fisik pun sudah menua. Namun, kebaikan di dalam hatinya tak pernah surut, masih semangat menebar kebaikan tetap bersedekah dengan segala keterbatasannya.

Mbah Ujung begitulah orang sekitar memanggilnya. Nama sebenarnya adalah Aliyuddin. Entah mengapa orang-orang menyebutnya dengan sebutan Mbah Ujung. Semasa mudanya Mbah ini dikenal sebagai tokoh masyarakat yang cukup disegani. Siapa yang tak mengenalnya. Bagi penduduk asli, Mbah Ujung kerap kali menjadi tempat berbagi cerita meski di masyarakat ia hanya sebagai warga biasa.



Pada bulan Januari lalu, Mbah Ujung mengembuskan napas terakhirnya. Namun, kebaikan dari Mbah Ujung tak pernah hilang dari masyarakat. Setiap tahun namanya tak pernah absen sebagai orang yang menyumbangkan kurban ketika lebaran idul adha. Walau penghasilannya sebagai petani biasa, ia selalu menyisihkan uang untuk menabung kurban yang memang 1 hewan diperuntukkan 7 orang. Selain sering berkurban, Mbah Ujung sangat terkenal dermawan. Ia kerap kali memberikan uang jajan kepada anak-anak yang ditemuinya siapapun itu. Ya, Mbah Ujung memang tak pernah melihat siapa orang tersebut, baginya berbagi adalah tujuan utama.

Pernah sekali ane berbincang dengan Mbah Ujung. Saat itu, di waktu pagi. Kala ane sedang membeli nasi uduk di tempat biasa Mbah Ujung juga makan di sana.



"Nak, kamu masih muda. Maka manfaatkanlah masa remajamu ini dengan sebaik mungkin. Kalau sudah tua seperti Mbah ini, segalanya sudah susah. Cepat capeknya." Aku hanya mengangguk mendengar nasihat Mbah Ujung sembari memakan nasi uduk miliknya. Lalu, ia memanggil seorang anak kecil berusia 8 tahun. Kemudia ia memberikan 3 lembar uang dua ribuan. Ia tersenyum padaku.

"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Gitukan kata guru agamamu?" Aku kembali mengangguk.



"Dan itulah prinsip hidup, Mbah." Seketika aku takjub. Rasanya sulit sekali membayangkan bagaimana orang sederhana seperti Mbah Ujung ini memiliki prinsip yang sebagian orang sukar sekali diterapkan. Di luar sana, masih banyak dari mereka senang diberi. Belum lagi para pejabat yang hartanya saja sudah tak terhitung. Namun, Mbah Ujung jauh lebih mulia dengan segala kesederhanaannya.

Kebaikan Mbah Ujung tak hanya kepada anak kecil saja, di sisi lain ia juga sering kali menyumbang untuk pembangunan masjid, atau anak yatim. Maka tak heran jika kepergian Mbah Ujung dari dunia, menyisahkan kehilangan yang begitu besar bagi masyarakat.

Spoiler for Cendol 1:


Spoiler for Cendol 2:


Spoiler for Cendol 3:


Spoiler for Cendol 4:


Spoiler for Cendol 5:


Spoiler for Cendol 6:


Spoiler for Cendol 7:


Spoiler for Cendol 8:


Spoiler for Cendol 9:


Spoiler for Cendol 10:


Sumber :
Opini pribadi berdasarkan pengalaman

oranduweidAvatar border
ginanisa7Avatar border
nunu403Avatar border
nunu403 dan 53 lainnya memberi reputasi
54
664
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan