Jakarta, 18 April 2020.
Sengaja saya bubuhkan tanggal di awal tulisan ini, karena ada kemungkinan tulisan ini memiliki sejarah tersendiri, setidaknya bagi saya pribadi.
Quote:
Umat manusia tengah menghadapi krisis yang luar biasa. Bukan serangan teroris yang masif, bukan resesi ekonomi yang telah digadang-gadang oleh para pakar ekonom, bukan pula perang sipil maupun antar negara. Namun ketiga hal di atas, bukan berarti tidak bisa terjadi, bahkan bisa terjadi secara bersamaan. Karena yang kita hadapi ini adalah krisis infeksi virus yang mendunia, atau yang telah resmi disebut oleh WHO sebagai pandemi.
Sebagai seorang pemuda yang memiliki gejolak pikiran liar. Ketika sudah muak dengan segala macam sandiwara dunia ini, saya pernah berfikir dan berujar di dalam hati. "Jika saja dunia manusia ini terjangkit pandemi oleh semacam
Tyrant Virus(T-Virus) mungkin dunia akan menjadi lebih adil, seru dan lainnya, karena tidak ada lagi yang namanya diskriminasi dalam berbagai hal, tidak ada lagi istilah si kaya dan si miskin, tidak ada lagi perbedaan antara si kulit hitam, kuning dan putih, mereka semua sama, mereka adalah penyintas yang sedang berjuang.
Bagi yang belum tahu, T-virus itu adalah julukan virus yang menjangkiti manusia sehingga membuat inang yang terjangkiti, kehilangan kendali atas motorik tubuhnya sendiri, bahkan mungkin kesadarannya (
consciousness). sehingga berperilaku seperti layaknya zombie. FYI, T-virus adalah julukan virus zombie yang ada di dalam video game
Resident Evil series.
Mungkin sekarang anda tertawa, melihat saya menyandingkan Covid-19 dengan T-Virus itu. Saya mengerti, T-virus hanyalah sebuah fiksi, yang berasal dari kemampuan intuisi kreatif dari pengembang game tersebut. Namun, saya melihat ada kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan memiliki indikasi yang bisa dibilang mendekati. Silakan baca penuturan saya di bawah ini, niscaya anda akan berhenti menertawakan saya.
Quote:
Penyebaran Secara Masif dan Anomali Liar
Quote:
Covid-19 ini, menurut saya pribadi sungguh luar biasa kejam. Bagaimana tidak, karena virus ini menyebar dari manusia ke manusia. Berbeda dengan virus-virus yang ditemukan di lingkungan kita dalam beberapa dekade terakhir. Misalnya contoh H5N1/Influenza A1, yang bertransmisi dari burung (oleh karena itu dinamakan flu burung) yang cukup heboh beberapa tahun silam.
Karena jelas "biang keladinya" adalah burung, kita sebagai manusia bisa menghindari untuk tidak berhubungan dengan yang namanya unggas. Bahkan saya masih ingat, lebih dari 3 bulan keluarga saya sama sekali tidak makan ayam dan kawan-kawannya.
Walaupun kasus penyebarannya tidak sebanyak corona virus, pada saat itu, masyarakat dengan sukarela menahan hasrat diri berhubungan langsung dengan unggas. Karena banyak pengganti protein yang diberikan oleh unggas, sehingga dengan situasi seperti ini, penyebaran virus H5N1 dapat ditekan dengan tidak sulit.
Berbeda dengan apa yang didampakan oleh Covid-19. Hingga sekarang, penularan virus hampir 100% melibatkan kontak antara manusia. Dan tentu manusia sebagai makhluk sosial, saya berani bilang bahwa
hampir tidak mungkin manusia memutuskan jaringan sosial sesama manusia dengan cara melakukan
physical distancingdan turunannya.
Misalnya, contoh saja saat ini: "Pemerintah Jakarta telah memberikan maklumat untuk tidak keluar rumah dan mengerjakan segala hal di rumah saja"
Hanya dengan satu pertanyaan sederhana: "Mau makan pakai apa hari ini?" dapat meruntuhkan maklumat tersebut sebagai solusi menghadapi agar tidak terinfeksi Covid-19.
Bayangkan, ketika keluarga Anda ingin masak. Jika tidak ke pasar atau swalayan, kita harus kemana lagi untuk membeli bahan masakan? Okelah, tidak ke pasar secara langsung, kita beli dengan bantuan aplikasi ojek online misalnya bahan masakan tersebut dengan fitur G*-Shop misalnya.
Lalu, ketika ojek online tersebut mengantar belanjaan kita, apa tidak menutup kemungkinan ada Covid-19 yang berada di bahan masakan kita? baik di plastiknya, bahan makanannya, dll. Coba dipikirkan lagi secara mendalam dan kritis, sepertinya selalu ada celah yang membuat Covid-19 menyebar.
Belum lagi Covid-19 atau virus Corona ini masih dalam perdebatan para pakar, tentang ada kemungkinan Corona bisa menyebar melalui transmisi
airbone.
Selama ini, kita hanya mengetahui penyebaran virus melalui:
- Percikan cairan tubuh (SARS/MERS)
- Unggas (flu burung)
- Hewan pengerat (Blackdeath / Pes)
- Darah (HIV/AIDS)
- Nyamuk (Demam berdarah)
Jika memang benar, corona virus menyebar melalui udara (airborne), maka virus ini akan sangat sulit untuk diperangi!
Celakanya lagi,
penyebaran corona virus terbilang senyap. Pasalnya dari beragam symptom ketika terinfeksi corona virus, mayoritas mereka yang terinfeksi tidak nampak tanda-tanda seperti telah terinfeksi corona. Dengan begitu bagi mereka yang merasa badannya sehat namun sebenarnya sudah terinfeksi corona, merasa dirinya tidak perlu cek kesehatan, di sini titik krusial mengapa corona virus menyebar begitu cepatnya.
.
Bicara mengenai data. Saat ini, pada tanggal 18 April, 2020. Sudah ada lebih dari 2,2 juta kasus mengenai infeksi corona virus. Ini membuat corona virus mencentak rekor besar dalam dalam beberapa dekade terakhir sebagai virus yang menyebar begitu cepatnya. Wajar, ketika WHO memberikan predikat "pandemi" kepada corona virus.
_____///_____________________///_____________________///_____
Quote:
Virus Itu Memiliki Kemampuan Untuk Berevolusi!
Quote:
Jangan pernah anda berfikir bahwa hanya makhluk hidup yang dapat dilihat dengan mata telanjang sajalah yang dapat berevolusi, seperti manusia, hewan, tumbuhan dan lainnya. Virus, walaupun kita harus memakai alat khusus untuk dapat mengetahui keberadaannya, juga memiliki kemampuan untuk berevolusi bahkan bermutasi ketika sudah mendapatkan inangnya.
https://www.sciencedaily.com/release...
Silakan baca mengenai artikel dengan pendekatan saintifik di atas. Disebutkan kalau virus ini adalah virus yang berasal dari mutasi alam dengan berbagai bukti yang ditemukan berdasarkan penelitian yang diambil sampel data dari virus SARS (2003) dan MERS (2012). Meskipun begitu, masih menjadi pertanyaan besar, apakah virus ini, ketika pertama kali menyerang populasi manusia dan masuk ke dalam sel manusia dalam berbentuk patogen atau tidak?
Jika sudah dalam bentuk patogen, maka kemungkinan besar penyebarannya akan dalam waktu yang lama, karena dengan demikian corona virus telah beredar di populasi hewan yang ada di sekitar kita. Lain halnya jika virus tersebut masuk ke sel manusia terdahulu, baru kemudian mengembangkan sifat-sifat patogen.
Bagi yang belum tahu, virus corona ini, berevolusi dengan cara membelah diri sehingga bisa masuk ke dalam sel manusia, ketika sudah berada di dalam tubuh manusia. Tidak menutup kemungkinan akan ada reaksi evolusi-evolusi lain yang akan terjadi di masa depan, misalnya dengan menyerang sistem motorik tubuh manusia sehingga membuat kacau cara bekerja tubuh. Dengan begitu, manusia tidak ubahnya menjadi seorang zombie.
Bayangkan, penyebaran yang luar biasa masif dan senyap, lalu ketika virus sudah menjangkiti banyak manusia yang tidak sadar, tiba-tiba virus tersebut berevolusi, kita mau bicara apa lagi?
_____///_____________________///_____________________///_____
Quote:
Perjalanan Manusia Menuju Kehancuran Sosial
Quote:
Pengembangan vaksin, tes antibodi, angka kematian semakin tinggi, tingkat infeksi menggila dan percobaan penyelamatan dengan meratakan
curva adalah kata-kata yang sering kita dengar ketika mendengar upaya manusia untuk melawan corona virus.
Suasana di sekitar kita, juga menjadi berbeda drastis pasca corona virus telah menjadi pandemic. Bandara sepi, banyak ruang sosial tutup, jalanan lengang, rumah sakit penuh sesak, dan orang berbondong-bondong "bersembunyi" di rumah, kesunyian telah menyelimuti jiwa-jiwa yang bersedih. Sampai di titik sini, tidak kah kalian sadar, bahwa kejadian ini mirip seperti karya-karya fiksi pada saat virus zombie mulai
outbreak?
Menurut profesor antropology dari Amerika Serikat yang juga mengajar tentang fenomena zombie, Profesor
Clare Sammels tengah meneliti tentang keterkaitan secara pararel antara pandemic Covid-19 dengan kiamat zombie. Menurut pendapat beliau, fenomena Covid-19 dan zombie berdasarkan penyebarannya jauh lebih mengerikan corona virus. Karena, di berbagai karya fiksi mengenai zombie, memiliki kaitan satu unsur yang sama mengenai penyebaran virus tersebut secara visual. Yaitu, kita semua akan segera tahu siapa saja yang terkena virus tersebut, cukup dilihat dari penampilan fisik dan perilakunya. Tidak perlu ada pengujian lebih mendalam.
Berdasarkan tuturan profesor yang menempuh pendidikan di Harvard ini, menyebutkan bahwa vaksin di dalam dunia zombie sama sekali tidak memiliki peran. Seperti yang kita tahu, vaksin itu adalah jaringan virus yang telah "dijinakan" Jadi, virus di dalam vaksin sudah tidak memiliki sifat destruktif. Vaksin diinjeksikan ke dalam tubuh manusia agar tubuh manusia secara alami menciptakan pertahanannya sendiri dari
antibody, sehingga apabila terpapar virus yang sebenarnya, tubuh manusia dapat melawan dengan baik.
Dan di dalam dunia zombie, tidak ada versi lemah dari virus zombie yang layak untuk "dijinakan" Dengan demikian, menurut Profesor Clare, di dalam dunia fiksi zombie, sangat tidak memungkinkan melakukan '
herd immunity' yaitu cara melawan virus, dengan menjaga populasi yang rentan oleh orang-orang yang telah kebal terhadap virus tersebut (telah divaksin, misalnya)
Sampai detik ini, Covid-19 belum ada obat dan vaksinnya. Namun telah ada beberapa percobaan menyembukan covid-19 melalui obat malaria. Namun, efek samping dari mengonsumsi obat ini dirasakan sangat menyiksa dan belum ada kepastian memang benar menyembuhkan atau tidak, setidaknya itu yang dirasakan oleh Istri dari aktor kawakan Tom Hanks, Rita Wilson. Yang sama-sama terkena virus Covid-19 beberapa waktu lalu. Sumber berita tentang Rita Wilson, silakan cek
di sini
Ada satu lagi hal yang menjadi perhatian penuh Profesor Clare. Yaitu, sebuah asumsi di dalam dunia zombie manapun, bahwa sistem pemerintahan, militer, polisi, dll, hancur total ketika virus menyerang. Dan tatanan sosial masyarakat menjadi jauh berubah, menjadi versi terburuk mereka. Keserakahan, kejahatan, kehilangan kepercayaan, menjadi situasi yang kerap akan dihadapi setiap harinya!
Jadi, apakah kita siap menghadapinya?