girbas99Avatar border
TS
girbas99
"MARIA LITANI, PESONA JANDA NEWBIE" - GB STORY
"MARIA LITANI, PESONA JANDA NEWBIE" - GB STORY


Maria Litani, janda kembang pinter make up yg belum punya anak ini sekarang jatuh cinta lagi. Syukurlah ia kini sudah bisa move on. Litani sudah bisa menyembuhkan luka hatinya. Alexander, suaminya yang minggat ke Eropa digondol cewek bule Prawirotaman sudah pelan-pelan menguap dari lipatan ingatan.

Berhubung ikatan pernikahan mereka 2 tahun lalu disakralkan melalui Sakramen Pernikahan Gereja Katolik, saat ini mengurus cerai pun, memang jadi jauh lebih rumit prosesnya. Sekarang Litani sedang berjuang untuk mendapatkan surat pembatalan dari Vatikan, lagipula sama sekali tak ada kabar dari Alex di Eropa. Lagi sibuk "ihik" kumpul kebo sama pacar bulenya.

Proses administratif cerai memang masih berjalan. Tapi Hati Litani sepertinya sudah tertancap panah asmara. Litani sudah tercebur dalam kolam cinta. Dialah Ahmed, seorang filmmaker, sutradara muda film indie, bujangan, lulusan pondok pesantren yang pelan-pelan mengisi kekosongan jiwanya yg hampa.

Litani bertemu Ahmed di sebuah produksi film layar lebar. Litani mengurusi make up sebagai asisten, sedangkan Ahmed menjadi asisten sutradara. Selama shoting film 2 bulan di hutan dan pegunungan Bromo, cukuplah bagi mereka untuk saling curi pandang dan curi hati. Siapa sih yang betah lama-lama stucked di hati luka nan sepi. Lagipula kalau dilihat sepintas Litani itu mirip Clara Bernadeth. Sementara Ahmed, tipikal orang arab yg mancung, dan sudah pasti gede. Gede hidungnya. Cewek cantik wajar dapet cowok ganteng.

Bila ada waktu lowong di sela-sela shoting, Litani sering kabur dari ruang make up untuk mendekati astrada Ahmed yg hensem, flirting-flirting gitu.

Di lain pihak, sedikit-sedikit si astrada Ahmed minta koreksi make up, padahal make up si pemain, belumlah butuh koreksi, yang penting Litani bisa eksis.

Litani dan Ahmed lengket terus kaya lem castol. Sutradaranya lama-lama sebel sama Ahmed. Chief Make Up juga sebel sama Litani. Tapi ya apa mau dikata. Chelsea Islan boleh saja jadi tokoh utama di produksi film ini, tapi buat Litani di dalam kisah cintanya, ya Litani lah tokoh utamanya.

Ahmed orangnya ganteng, cerdas dan berbakat. Gosip yang berhembus, pak sutradara merangkap produser itu akan mengorbitkan Ahmed jadi sutradara film layar lebar sebentar lagi.

Litani merasa walau Ahmed secara usia lebih muda, ia jauh lebih dewasa. Ahmed pinter ngemong dan bisa memahami dirinya. Dan satu lagi Ahmed tidak keberatan dengan status janda nya. Hanya tinggal menunggu waktu untuk mereka jadian menjadi sepasang kekasih. Kekasih untuk perjalanan biduk rumah tangga nantinya.

* * *

Sore itu di rumah, Litani menanti diapelin sutradara Ahmed. Mama sedang ngisi TTS. Sementara mbak Yem sedang nyapu lantai.

Mama: Lita, siapa sih yg mau dateng? Wangi amat.

Litani : Ahmed, Ma

Mama: Weits, mau dikunjungi mas sutradara nih anak Mama. Ciye...ciye....ciye.

Litani: Plis deh, Ma. Litani kan bukan anak SMA lagi. Sejak aku SMA, Mama ciye ciye melulu.

Yem: Iya, bu. Mbak Litani bukan SMA tapi sudah Janda ya, Non. Ciye ciye.

Litani : Mbak Yem, nyambung aja sih kaya listrik.

Mama: Hehehehe... tapi kenapa namanya harus Ahmed ya?

Litani: Maksud, Mama?

Mama: Kok bukan Andreas, atau Antonius gitu?

Litani : Nah mulai deh, Mama....

Yem: Mbak, mas Ahmed itu masuk paroki mana ya? Baptisnya siapa? Duda apa Jaka? Ya...kalau mbak Litani kan janda...

Litani: Jonda janda...iya udah tahu. Ndak usah diulang ulang gitu donk. Sekalian aja diumumin pake speaker toa masjid sana.

Yem: waduh, janda cantik kita ngambek. Hahaha.

Litani: Iiih....kalian ini lho ndak bisa ya ngasih ruang bahagia buat aku sedikit saja sih.

Mama: Hahaha.....udahlah mbak yem. Lha wong mbak yem juga janda.

Yem: Lha kita bertiga ini kan trio janda. Hahaha.

Semua tertawa terbahak-bahak.

Ting tong ting tong, bel pintu berbunyi.


Ahmed sepertinya sudah tiba di TKP. Dengan penuh semangat Litani membukakan pintu. Senyum termanis telah disiapkan dengan bonus dua lesung pipit di pipi.

Pintu perlahan terbuka......

Litani: Lho......Om Birowo.

Birowo: Jangan panggil Om, Mas saja.....

Litani : oke, saya panggilin Mama dulu ya.

Birowo: Ndak perlu. Saya kan kemari ingin bertemu Litani, bukan Mama.

Litani: ups....

* * *

Birowo kini duduk berhadapan dengan Litani di ruang tamu. Mereka nampak bicara serius. Di balik dinding, telinga Mama dan Mbak Yem penasaran mencuri dengar.

Yem: Nyah, Pak Birowo itu siapa?

Mama: Ow, dia itu saudara jauh Papanya Litani. Duda ditinggal mati. Istrinya meninggal karena kanker.

Yem: Kok ganteng ya, Nyah. Sepertinya dia orang kaya.

Mama: iya, ia punya peternakan ayam potong di surabaya. Julukannya Birowo Pithik.

Yem: cocok tuh, buat Nyonya.

Mama: Iya dulu dia pernah coba-coba ndeketin aku.

Yem: terus?

Mama: ndak tau ya, setelah tau Litani menjanda kok malah berubah haluan.

Yem : Waduh. Nyonya yang sabar ya....

Mama: Udah biasa....dasar lelaki !

Yem: Duda bawa anak berapa?

Mama: Anaknya 4 masih kecil-kecil.

Yem: Hmm. Pak Birowo itu mau nyari istri apa babysitter ya sebenarnya, Nyah?

Mama: Stt...diam kamu.

Ting tong Ting tong. Pintu dibuka. Tibalah Ahmed di depan pintu. Ahmed membawa bunga mawar. Namun situasi menjadi canggung karena Om Birowo ternyata juga membawa oleh-oleh coklat buat Litani.

Ahmed dan Birowo lantas saling diperkenalkan oleh Litani. Mereka bersalaman dengan seperlunya. Tatapan mereka tajam, setajam bayonet. Tuhan menciptakan syaraf insting antirival di otak tepatnya antara kedua bola mata manusia. Fungsinya untuk mendeteksi yang datang rival atau bukan. Bila manusia menghadapi ancaman, maka biasanya tanda bahaya akan berbunyi dalam otak dan hati. Syaraf antirival Ahmed dan Birowo sama-sama sedang menegang berdenyut kencang.


Ahmed: Perkenalkan, saya Ahmed Najib, Om.

Birowo : Jangan panggil saya Om. Panggil saja saya Mas Birowo. Yohanes Birowo.

Litani: Kalian berdua kenapa sih natapnya kok kaya gitu. Nanti naksir lho. Udah duduk sini, med. Makasih ya bunganya. Aku bikin minum dulu ya...

Litani lalu berjalan menjauh. Sambil mengambil coklat dari Om Birowo. Ahmed dan Birowo kini duduk berhadapan persis kaya orang lagi main catur.

* * *

Telinga Mama dan Mbak Yem sedang menempel di dinding, saat Litani masuk ke ruang makan.

Litani: weits...ada agen CIA sama KGB lagi nyadap nih.

Mama dan Mbak Yem, tersenyum malu karena tertangkap basah.

Litani: Ma, Om Birowo barusan nembak aku. Aku kudu piye? Ahmed piye ki?

Mama: Waduh anak Mama ditembak Duda.

Litani: bingung aku, Ma. Aku sih ndak njawab apa-apa.

Mama: Ya wis mimik sik. Tenangno pikirmu.

* * *

Sementara itu di ruang tamu...

Birowo: Dik Ahmed ini, kerja dimana?

Ahmed: Saya filmmaker, Om.

Birowo: Ow jadi Dik Ahmed ini pacarnya Litani?

Ahmed: Hampir, Om.

Birowo: jangan panggil Om....Mas saja.

Ahmed: Lagi bisnis apa, Mas?

Birowo : Saya bisnis properti. Ada juga peternakan ayam potong di Surabaya. Anak-anak muda Surabaya kalau mau bikin film indie suka minta sumbangan ke saya.

Ahmed: Wow bagus itu, Om. eh, Mas.

Birowo: Kalau di credit title nama saya suka ditulis produser eksekutif, Entahlah maksudnya apa.

Ahmed: ya, mungkin om diposisikan sebagai donatur. Bisa juga pemodal. Investor gitu.

Birowo : Tapi saya itu ya suka prihatin lho sama anak anak film itu.

Ahmed: Prihatin gimana, Om?

Birowo : Lha udah mahal capek capek bikin film, eh baru keluar sebentar di bioskop, langsung keluar bajakannya di internet. Kan jadi males beli tiket. Saya aja ndak pernah pergi ke bioskop. Mending nonton lewat YouTube. Ha ha ha.

Ahmed: itu yg menjadi keprihatinan kami, om.

Birowo: jangan jangan yg mbajak orang film juga ya...hahaha. Maaf lho, saya juga cuma baca di koran lho.

Ahmed: Maaf, Om. Kalau menurut saya jangan terlalu percaya berita koran. Koran suka asal ngomong, mosok kemarin dia bilang pemicu kanker terbesar manusia berasal dari junk food ayam potong lho, Om.

Birowo hanya terdiam. Ahmed juga silent. Itu adalah suasana yang teramat awkward alias wagu. Emosi mendidih dari dalam dua tungku jiwa kedua lelaki itu.

Sementara itu ada tiga pasang kuping yang menempel dari dinding sebelah. Jantung Litani berdegup kencang. Namun diam-diam ia merasa bangga.

Rasa ke-AKU-an sebagai seorang perempuan dalam diri Litani melesat naik ke puncak tertinggi. Sampai pucuk ubun-ubun bahkan. Karena tidak setiap perempuan di dunia ini diberi sebuah karunia kemewahan memilih dan menyeleksi para calon lelakinya.

Litani tersenyum penuh tanda tanya. Hanya dia yg tahu apa isi hatinya sebenarnya kini.


GirBas99
Diubah oleh girbas99 22-03-2020 01:22
0
1.3K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan