Dunia sedang di guncang kepanikan, tak terkecuali di negara kita yang menyusul kemudian. Kita semua tau, penyebaran COVID-19 begitu cepat dan drastis, perlahan tapi pasti jumlah korban semakin banyak yang berjatuhan. Kepanikan di mana-mana, inflasi mendadak untuk beberapa kebutuhan penunjangnya, sumpah-serapah teriak azab sana sini tanpa ada rasa kemanusiaan atau simpati untuk mereka yang sedang mengalaminya. Para pakar mengatakan, sampai tulisan ini dibuat belum ada vaksin atau obat untuk menangani virus ini, pertanyaannya, bagaimana dengan mereka yang sembuh setelah terjangkit? Karena fakta di lapangan menunjukan yang meninggal akibat virus ini kebanyakan lansia, atau orang-orang yang mempunyai riwayat penyakit akut dengan tingkat imunitas atau kekebalan dari dalam tubuh yang rendah.

Jadi kuncinya ada di manusia itu sendiri, ada di kita sendiri, ada pada kesadaran diri kita sendiri. Tanpa adanya anjuran lockdown dari siapapun, memang sudah sewajarnya atau memang sudah sepatutnya manusia menjaga kebersihan, cuci tangan sebelum makan, dan menjaga kesehatannya dengan cara apapun, misal olahraga, mengonsumsi makanan yang sehat atau apapun itu yg berhubungan dengan kesehatan, agar sistem kekebalan atau imunitas tubuh meningkat. Karena pada kenyataannya COVID-19 masih belum seberapa dibandingkan dengan Virus SARS atau EBOLA yang pernah mewabah. Tingkat kematian yg disebabkan COVID-19 masih terbilang rendah dibanding kedua virus tadi. Lalu kenapa semua orang panik? Kenapa semua orang merasa terancam? Kenapa semua orang ketakutan? Ya, karena apapun jenis penyakitnya apapun jenis virusnya, sudah menjadi sifat alami mahluk hidup 'takut' terhadap ancaman yang berpotensi memusnahkan golongannya, termasuk kita manusia. Itulah sebabnya penanggulangan agar penyebaran virus ini tidak signifikan benar-benar digencarkan, yang pada akhirnya menimbulkan ketakutan pada semua orang yang merasa terancam.

Ada virus yang lebih berbahaya dari segala jenis virus yang pernah ada atau bahkan pernah tercipta, ya virus 'kebencian' virus yang diciptakan oleh manusia yang tidak memiliki rasa peri kemanusiaan, virus yang sengaja disebarkan melalui media, memberikan berita tanpa bisa ditanyakan pertanggung jawabannya, menimbulkan kegaduhan dan rasa ketakutan yang semakin dalam dibuatnya.

Sudahkah berpikir? Mari berpikir lebih dalam lagi... Oke, sudahkah menemukan jawabannya? Karena sesungguhnya virus-virus yang paling jahat dan mungkin tidak ada vaksinnya adalah Manusia dengan semua egonya. Mengapa demikian? Berkacalah, lihatlah sekitar, pemerintah menganjurkan untuk berdiam diri di dalam rumah, mengisolasi diri sendiri, bahkan hampir semua sekolah, universitas, dan beberapa rutinitas pekerjaan dilakukan dari dalam rumah. Tapi apa yang terjadi di lapangan? Ya masyarakat malah berbondong-bondong menjadikan ini untuk ajang liburan, jalan-jalan dan bersenang-senang, tanpa sadar dan melihat bagaimana bahaya yg ditimbulkan.

Sangat jelas terlihat, kesadaran yang sangat sangat sangat rendah terhadap berbahayanya suatu penyakit yang bahkan bisa memusnahkan populasi dari manusia itu sendiri, atau memang sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia? Yang akan sadar jika sudah mengalaminya, atau akan kembali menyalahkan pemerintah dengan cap 'tidak becus menangani virus ini sehebat China?' ah sudahlah, sudah menjadi budaya bahwasanya pemerintah selalu salah di mata rakyatnya, padahal pada kenyataanya masyarakat itu sendiri yang enggan berkontribusi mencegah dan secara tidak langsung menjadi penyebabnya.